Munding keluar dari ruangan interogasi dan menarik napas dalam. Dia semakin sadar kalau di atas langit masih ada langit lagi. Mungkin dia tak terkalahkan sampai saat ini, tapi di luar sana, di seluruh dunia, entah ada berapa puluh bahkan berapa ratus orang petarung lagi yang mungkin akan bisa menghabisi Munding dalam sekejap.
Yuki, seorang petarung inisiasi, mampu menghilangkan jejaknya sekalipun berada dalam domain milik Munding saat bersembunyi. Jika misalnya dia mendekati Munding dan berada dalam jarak dekat lalu melayangkan serangan mendadak, Munding pasti akan terlambat untuk mengantisipasinya.
Jika teknik yang dipakai para Ninja itu digunakan oleh seorang Ninja dengan level manifestasi, Munding bergidik membayangkannya.
Itu masih dalam kategori individu, belum jika memikirkan kekuatan tarung secara kolektif. Dengan jumlah petarung manifestasi yang dimiliki oleh negara lain, kalau memang benar apa yang dikatakan oleh Yuki, maka keselamatan Munding dan keluarganya tak akan pernah benar-benar terjamin.
Akan selalu ada pihak-pihak di luar sana yang akan dengan mudah menghabisi keluarga Munding yang sekarang mungkin terlihat seperti sebuah keluarga tak tersentuh dimata kalangan petarung negeri ini.
Satu-satunya yang bisa Munding lakukan adalah berlatih dan belatih terus, menjadi semakin kuat dan kuat hingga dia mampu melindungi keluarganya sendiri dengan kedua tangannya.
“Gimana?” sebuah suara mengagetkan Munding yang masih larut dalam pikirannya sendiri.
“Gadis itu mungkin akan berguna bagi lembagamu,” jawab Munding tak lama kemudian kearah Arya yang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Maksudmu?” tanya Arya sedikit kebingungan.
“Dia bukan anggota Utopia. Dia adalah mata-mata yang ditanam oleh sebuah organisasi di Jepang untuk memonitor pergerakan Utopia. Itu artinya kalian bisa saling berkerja sama dan bertukar informasi kan?” tanya Munding.
“Eh? Serius?” tanya Arya kaget.
“Iya. Dia mengaku anggota Clan Takeda dari Jepang. Aku yakin dia tak berbohong soal itu. Untuk detail lainnya, mungkin kamu bisa langsung berdiskusi dengan dia,” jawab Munding sambil berjalan ke arah ruangan satunya tempat D-1 sedang diinterogasi.
Arya yang mendengar kata-kata Munding langsung berjalan dan bergegas masuk ke dalam ruangan tempat Yuki berada. Dia punya segudang pertanyaan yang sangat ingin diketahuinya dan kini mendapat sumber yang mungkin bisa menjadi pemberi jawaban baginya.
=====
“Apa ini?” gumam Nurul keheranan.
Sejak kejadian aneh yang terjadi sore itu. Saat Nurul tak sadarkan diri ketika melihat suaminya dan Amel bermesraan di halaman belakang rumah, ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya.
Nurul merasa dia melihat sesuatu seperti sebuah uap yang menyelimuti seluruh tubuh setiap orang yang berada di dekatnya. Dan anehnya bahkans saat Nurul memejamkan matanya, dia masih bisa ‘merasakan’ aura itu. Seolah-olah Nurul masih bisa melihat dan mengetahui dimana posisi orang itu dan apa yang mereka lakukan, sekalipun dalam kondisi memejamkan mata.
Nurul sendiri juga melihat kalau tubuhnya diselimuti oleh sesuatu yang sama dengan apa yang menyelimuti orang-orang itu, sesuatu yang wujudnya seperti uap air dan berasal dari badan lalu perlahan-lahan seperti hilang ke udara. Tapi uap itu terus keluar dari pori-pori kulit dan tak pernah berhenti menyelimuti tubuh setiap orang.
Nurul juga bisa memperhatikan kalau aura yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda. Ada yang tipis, ada yang tebal, ada yang menyala-nyala sangat kuat dan berbagai macam bentuknya.
Nurul hanya menarik napas dalam. Betapa saat ini dia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya dan menanyakan tentang semua ini. Nurul yakin kalau Munding pasti tahu soal ini.
“Nurul, suamimu belum selesai juga urusannya ya?” tanya Ibu kepada Nurul yang sedang melihat Alit yang bermain-main di halaman rumah Ibunya di Sumber Rejo.
“Bentar lagi Bu, mungkin sore ini. Ini barusan ngasih kabar lewat WA kok,” jawab Nurul, “Bapak sama Om malah lebih lama lagi kan perginya?” tanya Nurul.
“Iya, Bapakmu tu!! Ndak ingat umur, entah pergi kemana dia sama Om-mu. Udah hampir seminggu ini belum balik. Handphone juga ndak bisa dihubungi lagi,” sungut Ibu.
=====
Munding turun dari pesawat dan tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang. Dia berjalan menuju pintu kedatangan dan berdiri di sana sambil melihat ke arah kiri dan kanannya.
“Taksi Pak?” tawar salah seorang bapak-bapak ke arah Munding yang dia jawab dengan gelengan kepala dan senyuman.
Munding lalu melihat kearah handphone-nya dan membaca pesan yang baru saja masuk dari Amel.
‘Aku sudah di depan pintu kedatangan,’ kata Munding.
‘Tunggu Mas, aku kesana. Ini masih sampai di gate masuk kok,’ jawab Amel.
Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di depan Munding dan seorang gadis cantik terlihat turun dari sana dan mencium punggung tangan Munding sambil tersenyum manis.
“Ndak lama nunggunya kan Mas?” tanya Amel.
“Nggak kok. Barusan,” jawab Munding sambil memasukkan tas ranselnya ke dalam mobil.
“Mau langsung pulang ke rumah?” tanya Amel.
“Iya. Aku kangen Alit,” jawab Munding sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, mobil itu melaju membelah jalanan dan menuju sebuah desa kecil yang terletak beberapa jam perjalanan dari tempat ini.
=====
Nurul tersenyum senang membaca pesan yang barusan diterimanya. Munding dalam perjalanan pulang dan sebentar lagi akan sampe ke sini.
“Alit… Sini Sayang, Ayah bentar lagi mau pulang,” panggil Nurul ke arah jagoan kecilnya.
Sepuluh menit kemudian, sebuah mobil meluncur masuk ke halaman rumah Pak Yai yang ada di Sumber Rejo. Mobil itu lalu parkir perlahan-lahan dan setelah berhenti, sesosok laki-laki yang sangat dirindukan Nurul pun keluar dari sana. Alit yang melihat sosok Ayahnya langsung berlari ke arah laki-laki itu.
Tapi Nurul justru terdiam ketika melihat Munding.
Ini kali pertama Nurul bertemu Munding sejak kejadian aneh yang dialaminya. Dan ini kali pertama Nurul melihat Munding setelah dia mempunyai kemampuan untuk melihat ‘uap air’ yang aneh itu.
Saat Nurul melihat suaminya, dia tak melihat uap air sama sekali. Tak ada sedikitpun aura yang terpancar dari tubuh suaminya. sedikit pun. Tapi, sebagai gantinya, ada sebuah bola raksasa yang berukuran lebih dari 10 meter dan menyerupai mangkuk terbalik yang mengelilingi tubuh suaminya.
Nurul juga bisa melihat ketika Munding berjalan, bola itu juga akan bergerak mengikutinya.
Di dalam bola raksasa yang mengelilingi Munding, ada sesuatu yang membuat suasana di area itu menjadi lebih gelap dari tempat di luar lingkaran itu. Nurul tak tahu apa itu. Tapi ketika dia melihat Alit dan Amel sama sekali tak terpengaruh ketika berada di dalam sana, Nurul tahu kalau lingkaran berukuran besar yang dimiliki oleh suaminya itu bukanlah sesuatu yang membahayakan.
Munding berjalan sambil menggendong Alit ditangannya sedangkan Amel membawa barang bawaan yang memenuhi kedua tangannya. Amel bergegas mendahului Munding ke arah Nurul. Dia memang tak pernah sekalipun memperlihatkan sikap mesra ataupun dengan sengaja bermesraan dengan Munding saat ada di dekat Nurul.
=====
Author note:
Saya tambahi satu chapter lagi habis ini, tapi ada syaratnya...
Doa'in saya selamat sampai pulang ke rumah dan dapat banyak ikan ya? Otw mau mancing ke laut ni. Wkwkwk..
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...