“Ini siapa Cyn?” tanya Dienta dengan senyuman centil di bibirnya sambil mengulurkan tangan ke arah Munding.
Ada sebersit sorot mata penuh persaingan di mata Dienta saat menatap Munding dan dia tahu apa itu. Mungkin bagi Dienta, Munding hanyalah sebuah boneka pemuas bagi Cynthia dan ada sedikit keinginan untuk merebut Munding dari tangan Cynthia.
Sama seperti seorang gadis kecil yang ingin merebut boneka milik temannya sendiri, hanya karena dia iri, bukan karena dia memang menginginkan boneka itu sepenuh hati. Bisa juga hanya karena dia tak ingin kalah dengan rekannya. Tapi Munding tak peduli akan semua itu.
Munding juga tak menyambut uluran tangan Dienta dan hanya mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Dia tak kenal Dienta, dan dari sorot mata dan tingkah lakunya, ada sedikit rasa jijik dan mual dalam perut Munding saat dia menatap gadis yang baru saja melepas masa lajangnya itu.
“Cyn, kasih tahu tu lakimu! Jangan belagu! Emangnya bini gue barang najis apa nggak mau diajak salaman,” tegur seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Dienta dan menatap tajam kearah Munding.
Munding hanya meliriknya sekilas, setelah itu dia mengalihkan pandangan matanya. Dia mulai melepaskan intent-nya dan mencoba mencari tahu dimana posisi target yang dia cari. Munding mengedarkan pandangan matanya dan setelah beberapa saat dia tersenyum. Dia telah menemukan target yang dia cari. Ada 3 orang petarung inisiasi dan 4 orang petarung awakening dalam sebuah ruangan resort yang berada di lokasi paling dalam dan agak jauh dari kolam renang tempat Munding sekarang berdiri.
“Hei Songong!! Belagu amat sih Lu?? Kalau diajak ngomong nyaut dong, Bangsat!!” bentak suami Dienta dengan suara keras dan membuat semua orang yang ada di sini menolehkan kepalanya kesini.
Beberapa orang melihat kearah Munding dengan tatapan mencibir, sambil berbisik-bisik pelan. Sebagian besar dari mereka tahu kalau selama ini suami Dienta selalu mengejar-ngejar Cynthia. Tapi karena tak kunjung berhasil, akhirnya dia banting setir ke Dienta dan sukes ke pelaminan.
Dan kini, laki-laki yang dibawa oleh Cynthia ke acara ini tentu tak ayal menjadi sasaran suami Dienta, apalagi kalau bukan demi sebuah pembuktian, bahwa dia lebih layak dari laki-laki pilihan Cynthia dan membuat gadis itu menyesal telah salah memilih.
Tapi.
Suami Dienta memilih lawan yang salah untuk memenuhi egonya. Mungkin juga bukan salah dari laki-laki itu, tapi salahkan keadaan yang mempertemukan dia dengan Munding di saat seperti ini.
Munding sama sekali tak menggubris kata-kata laki-laki itu dan berjalan menuju ke arah bangunan tempat Kasman dan rekan-rekannya berada. Semua orang yang mengharapkan ada pertunjukkan tambahan terjadi di tempat ini sedikit kecewa ketika melihat reaksi Munding.
Ada dua orang gadis super cantik di sebelah mereka, ayo dong tunjukkan kejantananmu!! Mungkin seperti itulah kata-kata mereka yang tersimpan dalam hati masing-masing.
“Mas?” Cynthia memanggil Munding dengan nada tanya.
“Mereka ada disana. Kamu mau ikut aku atau tetap disini?” tanya Munding tanpa menoleh, dia berusaha mengunci intent ketujuh orang yang ada di dalam ruangan itu.
“Ikut,” jawab Cynthia cepat dan menyusul Munding.
“Cyn?” raut muka Dienta sedikit kebingungan ketika melihat ke arah Munding dan Cynthia yang meninggalkan taman di tepi kolam renang ini dan berjalan cepat menuju bangunan utama yang ada di sebelah daratan sana.
Karena penasaran, Dienta berlari kecil mengikuti Cynthia dan Munding. Dia tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh kedua orang yang seharusnya adalah tamu undangan acara perayaan pernikahannya itu.
Tak seperti Dienta, suami Dienta berdiri lalu menepukkan tangannya beberapa kali untuk menarik perhatian para tamu undangan di acaranya sendiri, “Oke, teman-teman, ada sedikit technical issue terjadi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Sebagai wujud permintaan maaf, bagaimana kalau kita percepat saja ke acara sexy dancers performance?” tanyanya yang langsung disambut oleh teriakan riuh rendah dari tamu-tamunya.
Beberapa saat kemudian, setelah para penari yang bisa dibilang memakai baju yang kekurangan bahan itu mulai melenggak-lenggokkan badannya diiringi dentuman music yang hingar bingar, insiden tadi seolah terlupakan oleh para tamu undangan.
Suami Dienta hanya menarik napas dalam dan melirik tajam kearah ketiga orang tadi menghilang.
=====
“Mereka di dalam, 3 orang inisiasi, 4 orang awakening, total 7 orang,” kata Munding pelan di depan pintu ruangan itu kepada Cynthia yang berdiri di sebelahnya.
Tok tok tok.
Munding berdiri diam dan menunggu setelah mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali. Tak terdengar suara apapun dari dalam ruangan setelah Munding mengetuk pintu tadi.
Tok tok tok.
Munding mengulanginya lagi, tapi kali ini, bahkan sebelum ada reaksi apa-apa dari dalam ruangan, Dienta sudah berhasil menyusul mereka. Munding memberikan isyarat ke arah Cynthia agar menemani Dienta dan berdiri di belakang.
Dienta terlihat ingin bertanya kenapa Cynthia dan cowoknya ingin masuk ke dalam ruangan yang berisi Papa dan rekan-rekannya itu. Tapi dia terdiam ketika melihat Cynthia memberikan isyarat jari telunjuk yang ditempelkan ke bibirnya.
Setelah beberapa saat menunggu dan tak ada jawaban dari dalam ruangan, Munding tersenyum kecil dan berkata dengan suara pelan, “Demon, Biro.”
Hanya dua kata yang diucapkan oleh Munding dengan nada datar dan suara pelan, tapi di dalam ruangan, ketujuh orang yang mendengar kata-kata Munding langsung terdiam dan saling melihat dengan wajah panik.
Dalam lingkaran serigala petarung di Nusantara, apalagi untuk para petarung yang memiliki kawanan atau tergabung dalam lembaga seperti mereka bertujuh, tidak mungkin mereka tak mengenal nama sang ‘Demon’ dari Biro.
Sosok yang menjadi satu-satunya ujung tombak tim serang dari Biro yang bahkan sepak terjangnya sudah diakui sampai ke level Asia.
“Kenapa dia ada disini?” tanya salah seorang petarung awakening yang berada di dalam ruangan kepada rekan-rekannya dengan suara bergetar.
Tapi tak ada yang berani menjawab pertanyaan itu. Mereka tahu bagi sang Demon, sekalipun mereka berbisik-bisik sepelan mungkin, suara percakapan mereka pasti akan dapat didengarnya. Mereka mungkin tak mengerti istilah manifestasi, legendary concept, atau domain yang dimiliki Munding. Tapi nama ‘Demon’ selalu berdampingan dengan dua kata bagi para petarung itu, misterius dan mengerikan.
Cklek.
Tak sampai hitungan semenit, pintu yang tadinya tertutup kini sudah terbuka. Seorang laki-laki paruh baya dengan tubuh yang kekar dan mengenakan kaos polo berwarna putih berdiri disana dengan sebuah senyuman yang bercampur dengan rasa gugup dan kebingungan.
Ketika Dienta melihat sosok yang berdiri di balik pintu, dia sedikit terkejut, ini kali pertama dia melihat sosok ayahnya yang biasanya selalu arogan dan penuh percaya diri berubah menjadi seperti seekor anak anjing yang sedang berusaha menyenangkan majikannya.
“Papa?” tanya Dienta dengan nada setengah tak percaya.
=====
Author note:
"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."
Itu adalah quotes dari Bapak Proklamator RI, Ir. Soekarno.
Kalau saya? Kalian pasti tahu musti ngapain untuk mendapatkan tambahan chapter di malam minggu ceria ini. Wkwkwkwk.
Tapi, nanti...
Sekarang saya mau berpetualang dulu ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...