Tommy hanya bisa menatap Jian dengan mulut menganga, sang petarung legendaris nomor satu dari China, ternyata memiliki legendary concept dengan latar belakang seperti itu?
Tak ada yang istimewa atau luar biasa. Jian menjadi petarung legenda karena seumur hidupnya dia hanya memotong dan memotong saja.
“Kenapa? Kau tak percaya?” tanya Jian.
“Seluruh hidupku memang hanya berisi satu kata itu saja. Aku suka memotong sesuatu, saat aku bisa membelah sesuatu menjadi dua bagian atau beberapa bagian, itu adalah hal yang terindah dan paling menyenangkan,” lanjut si Kakek Botak.
“Aku belajar untuk menggunakan pisau, pedang, kapak, dan semua benda tajam yang bisa digunakan untuk memotong sesuatu. Aku menguasai semuanya, seberapa besar tenaga, seberapa besar sudutnya, seberapa cepat ayunan tangannya, semua yang diperlukan untuk memotong sesuatu, aku akan mempelajarinya.”
“Sebagian besar orang mungkin berpikir, hal yang terpenting saat menggunakan pedang atau pun senjata tajam adalah kecepatan dan ketajaman. Aku tak menyalahkan mereka, tapi semuanya tidak sesederhana itu. Saat seseorang bisa memotong tanpa menggunakan benda tajam, saat seseorang bisa memotong tanpa menggunakan kecepatan, saat itulah mereka mungkin akan menjadi pewaris konsepku,” kata Jian mengakhiri ceramahnya.
Tommy yang tadinya melihat ke arah Jian dengan pandangan tak percaya dan sedikit menghina, kini sadar bahwa dibalik semua kata-kata sederhana Jian, ada sebuah jalan panjang yang mengerikan. Memotong tanpa menggunakan benda tajam? Memotong tanpa menggunakan kecepatan tangan? Bagaimana mungkin itu semua bisa dilakukan?
Jian adalah monster, saat itulah Tommy kembali sadar, kenapa si Kakek tua ini bisa sekian lama mendominasi China selama puluhan tahun, negara yang menjadi salah satu leluhur kebudayaan dunia.
Tapi, Tommy tak bisa menyerah sekarang. Dia datang bukan untuk menyerah kalah oleh sang Raja Tua. Dia datang karena ingin menumbangkannya dan mengambil alih singgasana.
“Storm!” teriak Tommy tiba-tiba sambil mengayunkan kedua tangannya dari samping kiri kanan tubuhnya ke arah Jian.
Jian yang kini sudah berdiri tegak dan berada di dalam domain miliknya yang terlihat chaotic dan kacau dengan kilatan cahaya tak terhitung jumlahnya itu, berjalan ke arah Tommy perlahan tanpa ragu. Seolah-olah dia yakin kalau serangan barusan dari Tommy tak akan melukainya.
Puluhan bahkan ratusan batu kecil yang tadinya melayang di seantero World of Gravity milik Tommy bagaikan pasukan yang mendapatkan panggilan dan titah dari sang Raja. Mereka bergerak cepat dan melesat ke arah Jian.
Seandainya tadi, ‘Meteor’ lebih mengedepankan kualitas dengan ukuran bongkahan batu yang besar, serangan Tommy kali ini, ‘Storm’, terlihat lebih mengedepankan kuantitas. Ribuan bahkan puluhan ribu, batu-batu kecil melesat dengan cepat ke arah Jian yang berjalan pelan ke depan.
Tapi, sama seperti yang terjadi dengan Meteor tadi, semua batu kecil yang memasuki area 1,5 m dalam domain Jian, seperti sebuah benda yang dimasukkan ke dalam mesin perajang atau pencacah, mereka seperti diiris-iris sesuatu dengan kecepatan luar biasa, menjadikan batu-batu itu menjadi debu ataupun serbuk kecil yang berhamburan dan sama sekali tak membahayakan Jian.
Jian maju perlahan-lahan dan berjalan ke arah Tommy, matanya terlihat memancarkan determinasi dan percaya diri, sedangkan bibirnya terlihat seperti seorang biksu yang sedang menggumamkan sutra.
Tommy mencoba mendengarkan apa kata-kata yang diucapkan oleh Jian, tapi ketika dia mendengarnya, seluruh tubuh Tommy bergetar. Karena kata-kata itu adalah kata-kata paling arogan yang pernah dia dengar.
“Jika ada batu yang menghalangiku di depan, aku akan memotongnya!”
“Jika ada pohon tumbang yang menutupi jalanku, aku akan memotongnya!”
“Jika ada musuhku yang bersembunyi dan bersiap akan menyergapku, aku akan memotongnya!”
“Jika sang Dewa Langit menghalangi jalanku dan menjadi musuhku, aku akan memotongnya!”
“Jika langit dan bumi berusaha untuk menghalangiku, aku akan memotongnya!”
Dengan suara bergumam pelan dan hanya berupa seperti bisikan pelan, tapi kata-kata Jian menunjukkan betapa dia punya arogansi yang luar biasa. Seolah-olah di muka bumi ini, siapapun yang menghalangi jalannya akan dia belah menjadi dua.
“Aku akan memotong semuanya!” kata Jian sambil mengangkat tangannya ke atas lalu dengan cepat mengayunkannya ke bawah, “Qie!!”
“Aku menyerah!!!”
Dengan cepat Tommy langsung berteriak sekencang-kencangnya sambil memaksa teknik World of Gravity-nya mengecil dengan diameter 2 m saja. Dengan memampatkan teknik domainnya seperti itu, Tommy dapat menambah kontrol dan pengaruh yang dia miliki menjadi berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Sebuah kilatan cahaya yang luar biasa menyilaukan terlihat dari atas langit dan turun ke arah Tommy setelah Jian mengeluarkan tekniknya tadi. Tommy bergidik ngeri dan dengan cepat menjatuhkan diri ke lantai dengan domain yang makin terkontraksi menjadi hanya berdiameter 1 m di sekelilingnya.
Boooooooooommmmmmm.
Sebuah goresan yang membuat lantai arena ini terbelah menjadi dua terlihat di sebelah kanan Tommy. Hanya berjarak beberapa puluh centimeter saja dari tempat Tommy duduk bersimpuh dengan keringat dingin yang membasahi punggungnya.
Selain Tommy, Cui Lan Seng yang berada di tepian arena juga merasakan seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin. Dia tak pernah melihat Jian mengeluarkan serangan sedahysat ini sebelumnya. Selama ini dia selalu menganggap bahwa Jian dan dirinya hanya terpaut tak begitu jauh.
Cui menganggap kalau Jian hanya beruntung karena memiliki legendary conceptnya. Konsep yang hanya didapatkan dari keberuntungan Jian. Tapi kini Cui sadar, tak ada yang namanya keberuntungan dalam dunia serigala petarung. Mereka semua belajar dan melatih diri mereka sekuat tenaga dan setengah mati. Tak ada keberuntungan apa pun disini.
“Sekarang katakan, kenapa Utopia menyerang Kongzi,” tanya Jian sambil menyungginkan senyuman.
“Bukankah itu wajar, kalian yang pertama kali mengadakan gathering untuk menghadapi kami. Bagaimana mungkin kami tidak bereaksi?” tanya Tommy.
“Duel lagi? Kali ini aku tak akan menahan diri,” jawab Jian pelan.
Tommy hanya bisa tersenyum kecut saja, keliatannya jalan Tommy masih panjang untuk bisa menggeser singgasana sang Raja Tua ini.
“Jawaban apa yang ingin kau dengar Pak Tua?” tanya Tommy seteah menghela napas panjang.
Jian mengrenyitkan dahinya. Dia agak kebingungan dengan kata-kata Tommy.
“Whatever. Aku akan memberitahumu. Toh nanti kau juga akan tahu,” kata Tommy.
“Serangan kami ini sudah lama sekali kami rencanakan. Kebetulan saja kalian mengadakan acara gathering ini. Tapi sekalipun tidak ada gathering ini, kami akan menggunakan acara apa pun untuk menyerang kalian, asalkan kalian bersembilan, para Tetua Kongzi, berkumpul di satu tempat,” kata Tommy.
“Pernahkah terpikir oleh kalian berdua, kenapa timing kami bisa tepat sekali? Kenapa kami bisa tahu persis lokasi acara ini diadakan? Kenapa seolah-olah pasukanku mudah sekali menghabisi para bodyguard kalian?” tanya Tommy yang membuat Cui dan Jian terdiam.
“Lebih dari separuh dari Tetua Kongzi sudah bergabung dengan Utopia meskipun hanya sebagian kecil saja anggota kalian yang membelot ke Utopia,” lanjut Tommy sambil tertawa.
“Sampai detik ini, aku selalu heran, kenapa para petarung lemah itu justru lebih setia dengan Kongzi dibandingkan para Tetua yang selalu dihormati oleh semua anggota kalian?”
“Para petarung yang mungkin saat ini sudah habis dibantai oleh para Tetuanya sendiri,” gumam Tommy dengan nada aneh untuk menggambarkan kondisi musuhnya, campuran antara sedih, kecewa, dan simpati.
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...