Suasana pesta yang digelar di dekat kolam renang juga semakin mencekam sejak para tamu mendengar suara tembakan pistol tadi. Pihak security resort dengan cepat bergerak dan mengamankan situasi.
Beberapa security segera melakukan pagar betis untuk mengamankan tamu-tamu VIP yang ada di dekat kolam renang. Beberapa tamu yang kedapatan sedang memanfaatkan suasana pesta untuk ‘mojok’ juga diminta untuk berkumpul menjadi satu.
Pihak security resort dengan cepat dapat menciptakan kondisi aman dan terkendali bagi para tamu undangan, membuat kepanikan yang sempat melanda mereka menjadi reda.
Beberapa orang yang menggunakan seragam safari berwarna hitam dengan badan tegap dan kekar terlihat mengelilingi para tamu dengan sikap waspada. Mereka melihat ke sekelilingnya seolah-olah ada musuh yang siap menyerang kapan saja.
“Aku ingin mencari Papa!!” teriak Dienta memecah suasana hening mencekam di tempat itu.
Suaminya memeluk erat tubuh Dienta dan menjaga agar sang istri yang sedang histeris tidak berbuat kalap. Dienta sendiri memang sangat kuatir sekali. Perasaannya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk sudah terjadi pada Papanya.
Ditambah lagi dengan sikap aneh Cynthia dan cowoknya tadi saat mendatangi ruangan meeting yang dipakai Papa dan rekan-rekannya, Dienta tentu mulai berpikiran macam-macam.
Wajah Papa yang terlihat gugup, panik dan ketakutan saat cowok Cynthia menyebutkan dua kata dengan nada datar dan tenang, ‘Demon’ dan ‘Biro’.
Apa maksudnya? Teriak Dienta dalam hati yang makin berkecamuk tidak karuan.
Tapi, Dienta tak seperti Cynthia, dia adalah seorang wanita tulen. Jenis wanita yang lebih suka berjam-jam melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan dibandingkan berlatih bela diri atau kegiatan fisik lainnya. Alhasil, Dienta hanya bisa menangis sesenggukkan ketika tubuhnya dipeluk paksa oleh sang suami yang berusaha untuk mencegahnya pergi.
“Tenang Beb, Papa adalah seorang prajurit. Tak akan semudah itu hal buruk menimpa dirinya,” bisik suami Dienta dengan suara pelan ke telinga istrinya.
Dan Dienta masih saja terisak-isak dalam pelukan suaminya.
=====
Setengah jam kemudian, dua buah kapal patroli cepat milik Angkatan Laut terlihat mendekat ke arah dermaga pribadi milik resort ini. Semua tamu yang sedari tadi masih sedikit dicekam ketakutan terlihat menarik napas lega.
Pihak security resort memang melakukan tugasnya dengan baik tadi, tapi tentu saja rasa aman yang mereka berikan tak akan seperti sepasukan prajurit terlatih bersenjata lengkap yang datang bersama kapal patroli itu.
Ketika kedua kapal itu merapat, dengan sigap, sekitar 20an orang berpakaian militer lengkap dengan senjata laras panjang mereka meloncat turun ke dermaga dan langsung mengamankan situasi. Beberapa menit setelah itu, seorang laki-laki dengan luka mengerikan di wajahnya dan hanya memiliki satu telinga terlihat berjalan turun pelan dari kapal diikuti dua orang berseragam perwira AL dan seorang wanita yang mengenakan baju berwarna putih menyerupai seorang perawat.
“Letnan, minta tolong amankan tempat ini dengan anggota kalian. Kami akan melakukan kontak dengan agen kami,” kata Arya kepada salah satu perwira yang mengikutinya.
“Siap laksanakan!!” jawab sang perwira yang dengan cepat dan langsung bergerak bersama anak buahnya untuk mengambil alih kendali dari para security resort.
Arya, si wanita berseragam putih dan seorang perwira AL satunya lagi berjalan melewati kolam renang dan sama sekali tak mempedulikan tatapan mata semua orang ke arah mereka. Terutama Arya yang memang memiliki penampilan sangat mengerikan dengan cacat dan bekas luka di wajahnya.
Bayangan mereka bertiga lalu menghilang di balik bangunan resort yang berada di sebelah utara kolam.
Beberapa menit kemudian, Arya tersenyum lebar ketika melihat sesosok laki-laki yang mengenakan kaos biasa dan celana seadanya di hutan kecil belakang resort. Di sebelah laki-laki itu berdiri seorang wanita cantik berpakaian seksi dan memiliki wajah eksotis khas gadis oriental. Sebuah kontras yang sangat mencolok antara mereka berdua.
Selain mereka berdua, ada tujuh tubuh yang tergeletak di tanah dan semak-semak tak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Mana Jenderal?” tanya Arya kearah Munding setelah mereka bersalaman.
Tanpa berkata apa-apa Munding menunjuk ke salah satu tubuh yang tergeletak di tanah tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tapi, berbeda dengan tubuh lain yang sebagian masih mengaduh kesakitan dan sebagian lagi pingsan tak sadarkan diri, tubuh si Jenderal sama sekali tak bergerak dan tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan.
“O, periksa!” perintah Arya pendek ke arah wanita pendiam yang sedari tadi mengikutinya.
Setelah mendengar perintah Arya, si wanita berkaca mata tebal dan mengenakan baju perawat itu dengan cekatan bekerja dan melakukan autopsi forensic terhadap jasad Jenderal Kasman. Semua orang lain hanya memperhatikan O melakukan tugasnya tanpa mengganggu.
Tak lama kemudian, wanita cantik berkacamata tebal dan dipanggil O oleh Arya itu pun selesai melakukan pekerjaannya.
“Ketua, dia murni meninggal karena bunuh diri. Metode bunuh dirinya dengan menggunakan zat kimia yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut. Untuk detail kandungan zat kimia yang menyebabkan kematiannya, aku harus melakukan pemeriksaan lebih jauh dibantu dengan tim,” kata O sambil mengemasi alat-alatnya.
“Oke kalau begitu. Letnan, kamu yang akan menjadi saksi dari pihak luar, oke?” tanya Arya ke perwira AL yang bersama mereka.
“Siap!” jawab sang Perwira.
“Kalau begitu, aku minta tolong anggotamu untuk membawa mereka semua ke kapal patroli. Ini sekarang menjadi urusan Biro. Mereka semua disinyalir melakukan percobaan tindakan makar,” kata Arya simple.
Si perwira sedikit ragu dengan kata-kata sang Ketua Biro, tapi apa yang bisa dia lakukan? Mungkin atasannya sekalipun, atau mungkin jika Jenderal Kasman kembali hidup, dia tetap harus menunjukkan respect untuk sang Ketua Biro, apatah lagi dirinya?
Tak lama kemudian, jasad sang Jenderal bersama tubuh keenam rekannya yang berhasil dilumpuhkan oleh Munding dan Cynthia dibawah oleh pasukan yang datang bersama Arya.
Tapi, prajurit-prajurit itu tentu memiliki jiwa ksatria bahkan kepada rekan-rekannya yang kemungkinan sudah melakukan kejahatan. Mereka mengumpulkan semua tamu termasuk staff resort ke dalam gedung aula milik resort dan menjaga akses keluar masuk tempat itu sebelum proses evakuasi jenazah Jenderal Kasman dan teman-temannya digelandang oleh tim dari AL.
Mereka tentu tak ingin orang luar melihat pemandangan yang bisa mencoreng nama baik institusi mereka sendiri. Hanya Dienta dan suaminya yang diijinkan untuk tetap berada di dekat kolam renang saat proses evakuasi berlangsung.
Saat empat orang prajurit membawa jenasah Kasman, Dienta langsung berteriak histeris dan kesetanan. Dia langsung memeluk tubuh Papanya yang tak lagi bernyawa itu dan menangis sekeras-kerasnya. Hari ini seharusnya menjadi hari yang berbahagia untuk Dienta tapi takdir berkata lain. Dia harus kehilangan Papa untuk selamanya.
“Maaf Bu. Jenasah ini sekarang dalam tanggung jawab Biro. Beliau akan dikembalikan kepada keluarga untuk dikebumikan secara militer dalam waktu kurang dari 6 jam,” suara seorang wanita mengagetkan Dienta dan suaminya.
Apalagi Dienta, ketika dia mendengar kata-kata ‘Biro’, emosinya langsung meluap, “Aku tak peduli dengan Biro kalian!! Lihat saja, aku akan gunakan koneksi Papaku untuk meminta kalian bertanggung jawab. Pagi ini, kami masih baik-baik saja dan Papa masih tersenyum ceria!! Tapi lihat sekarang, Papa sudah terbujur kaku tanpa nyawa!!" teriak Dienta dengan suara nyaring dan melengking.
=====
Author note:
Nganu, sebenarnya itu nganu, tapi kalian tahu sendiri kan gimana caranya biar anu, lagian anunya belum selesai dianukan. Jadi ndak bisa anu langsung.
Mungkin anunya nanti agak anuan dikit. Harap maklum ya.
Wkwkwkwk..
KAMU SEDANG MEMBACA
munding:utopia
Action(Action) Utopia merupakan sebuah negeri khayalan yang diciptakan oleh Sir Thomas Moore dalam bukunya yang berjudul Utopia. Negeri ini berupa sebuah pulau di tengah-tengah Samudera Atlantik yang memiliki tatanan kehidupan yang ideal, dari semua segi...