Chapter 92 - Kaget

3K 226 85
                                    

“Jadi kamu juga ada disini, Munding?” gumam Titis alias Gunman yang sedang memimpin anggota Divisi Soldier Utopia membantai petarung Kongzi dan tamu-tamunya.

Tommy yang melihat Munding mendapatkan arahan dari Jian dan sedang menuju proses metamorphosis yang dia alami, tentu saja tak akan membiarkan Munding berhasil begitu saja. Dia tak ingin menambah satu lagi gunung baru yang harus dia daki selain Jian.

“Storm!!” teriak Tommy sambil melayangkan serangannya.

Ratusan benda yang berada di dalam ruangan ini seperti benda-benda yang tersapu angin puting beliung dan menerjang ke arah Munding dengan cepat. Suara berdesau keras menyertai benda-benda itu saat menuju ke arah korbannya.

Mereka semua bertarung di dalam ruangan. Sekalipun ruangan ini luas karena memang digunakan untuk meeting oleh Kongzi, tapi tetap saja ruangannya terbatas. Tak ayal, beberapa orang yang ada di dalam ruangan ini ikut menjadi sasaran serangan Tommy yang memporak-porandakan semua benda yang ada di sekelilingnya.

“Apakah itu sikap seorang ksatria?” cibir Jian ke arah Tommy.

Jian yang kembali sadar dari dunia ilusi bersamaan dengan Tommy, melihat ketika Tommy melakukan serangan yang menyasar semua orang di ruangan ini dan menggunakan domain miliknya untuk memblokir beberapa orang yang ada di belakangnya.

“Aku bukan ksatria!! I am God!!” teriak Tommy dengan mata yang dengan cepat berubah menjadi berwarna jingga.

“Orang gila!!” teriak Jian sambil merangsek maju dan mengangkat tangannya ke atas, bersiap untuk menyerang Tommy dengan teknik terkuatnya.

Tommy tentu saja tahu itu, tapi dia tak berniat untuk melayani Jian. Tommy tahu kalau saat ini dia bukan lawan si Kakek Botak yang sudah bau tanah dan kenyang asam garam pertarungan itu.

Sasaran Tommy adalah si petarung legenda yang masih hijau seperti daun yang baru saja tumbuh, dia ingin membuat daun itu layu dan mati bahkan sebelum tumbuh sempurna, agar tak ada yang menyaingi dia saat ingin menggantikan sang Raja.

Dengan lambaian tangan, tubuh Lee dan Knife melayang ke arah Tommy. Tommy lalu mengangkat satu tangannya ke atas. Untuk musuh seperti Munding, Tommy menganggap kalau separuh kekuatan dari serangan Meteornya sudah cukup untuk menghabisi si Demon yang terkenal di Asia Tenggara itu.

Bagi Tommy, julukan Demon yang diterima oleh Munding hanyalah sebuah julukan kosong yang diberikan oleh para petarung yang hanya melihat langit dari dalam sumur, julukan yang diberikan oleh mereka yang berwawasan sempit dan belum melihat luasnya dunia. Seperti itulah pendapat Tommy soal Demon.

“Silahkan berbangga hati, aku menggunakan separuh dari kekuatan Meteorku untuk menghabisimu,” gumam Tommy dengan nada sinis.

Tommy tahu kalau mungkin penghalang terbesar bagi dia saat ini adalah Jian. Serangan pertamanya tadi berhasil dinetralisir oleh Jian, jika si Kakek itu ingin ikut campur lagi dengan serangannya yang kedua, Munding pasti akan selamat.

Karena itu, sebelum Jian sempat berkata apa pun, Tommy menatap ke arahnya, “Silahkan pilih, kau ingin menyelamatkan dia atau menyelamatkan anggota Kongzi, organisasi yang kalian jaga selama ini? Kau pasti tahu kalau kondisi di luar sana sangat kritis bagi anak buahmu kan?” kata Tommy sambil tertawa keras.

Tommy senang karena dia bisa menempatkan Jian dalam posisi sulit seperti sekarang ini. Sekalipun dalam duel tadi, Tommy kalah, tapi setidaknya, sekarang dia bisa menertawakan Jian sepuas hati.

Munding sendiri masih larut dalam sensasi yang kini dia rasakan seiring dengan mengecilnya domain miliknya. Sensasi yang pernah dia alami saat mengalami proses manifestasi intent-nya dalam dunia penuh kegelapan dulu.

Munding merasakan lagi kegelapan tanpa batas yang seakan membuat dirinya merasa nyaman dan dan berada di tempat yang seharusnya. Dia memejamkan mata dan menikmatinya.

Munding belum menyadari jika ada bahaya yang mengancam nyawanya saat ini.

“Meteor!!” teriak Tommy sambil melambaikan satu tangannya ke arah Munding.

Berbeda dengan serangan pertamanya tadi, Tommy mungkin hanya menggunakan satu tangannya saja, tapi bongkahan atap cor yang tadi terjatuh saat Tommy dan kedua rekannya datang ke ruangan ini dari atas, kini melayang dengan cepat dan mengarah ke Munding.

Jian yang masih kebingungan saat memikirkan anggota Kongzi karena perkataan Tommy tadi terlambat untuk bereaksi saat Tommy melayangkan serangannya.

Sedangkan semua petarung lain yang ada di ruangan ini, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Sejak Tommy keluar dari dunia ilusi dan menggunakan domain gravitasinya ketika dia melihat Munding sedang mencekik Lee, mereka semua sudah berada dalam pengaruh kekuatan Tommy.

Domain Munding semakin mengecil dan akhirnya berhenti saat ukurannya hanya memiliki radius 1 meter mengelilingi tubuhnya, jauh lebih kecil daripada domain Tommy yang berdiameter 15 meter.

Wuussshhhhhhhhh.

Bongkahan beton cor dari lantai atas yang berterbangan dan mengeluarkan suara mengerikan melayang dengan cepat ke arah Munding yang masih setengah memejamkan mata. Chiyo yang melihat semuanya di depan mata hampir tercekat karena rasa kuatirnya.

“Mundinggg!!!” teriak Kunoichi itu.

Jian yang terlambat untuk bereaksi tetap maju dan melesat ke arah Munding, setidaknya dia harus melakukan seuatu. Sedangkan beberapa petarung lain seperti kedua biksu dari Tibet, Takeda Nobuyuki dan Cui hanya bisa menatap pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa.

Boooooommmm. Boommmmm. Boommmmmm.

Suara keras menggelegar saat beberapa buah bongkahan itu mengenai domain Munding yang berwarna hitam. Jian yang datang sekejap kemudian, mengayunkan tangannya saat dia berada di sebelah Munding dan kilatan cahaya terlihat terbang dengan cepat dan memotong beberapa bongkahan batu yang belum mengenai Munding.

“Hahahahahahaha,” Tommy tertawa lalu melesat ke atas dengan cepat, membawa Lee yang tak sadarkan diri dan Knife yang tersenyum sinis ke arah semua orang yang ada disini.

Jian dengan cepat memutar tubuhnya lalu melihat kearah Munding. Saat itulah mata Jian terbelalak lebar. Baru kali ini dia melihat sesuatu yang menakjubkan seperti yang dilihatnya sekarang.

Bongkahan batu yang mengenai domain kegelapan Munding seperti sebuah benda tanpa berat dan massa. Mereka melayang tanpa bergerak dan kehilangan momentum akibat serangan Tommy tadi.

Seperti sebuah benda yang mengapung di luar angkasa.

Tenang.

Diam.

Tak bergerak.

Ini bukan konsep melayang karena tak ada gravitasi seperti batu-batu yang melayang di dalam World of Gravity milik Tommy. Karena di dalam domain kegelapan Munding, bongkahan batu itu selain mengambang tak bergerak, mereka juga seperti berubah menjadi serpihan debu hanya dalam hitungan detik saja.

Tak lama kemudian, tak ada apa pun disana.

Batu-batu itu seolah-olah sama sekali tak ada sejak awal. Hanya ada kegelapan yang menyelimuti Munding dan sosoknya yang masih memejamkan mata.

Jian masih diliputi rasa terkejutnya, sampai detik ini, dia tak tahu konsep apa yang dimiliki oleh laki-laki muda dari Asia Tenggara ini.

=====

Author note:

Sesuk prei, tapi saya sudah siapkan satu chapter untuk besok. Mau di-up sekarang apa besok?

Komen di bawah.

munding:utopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang