"Jaaay"
"Paan?"
"How's Koki condition today?" Yuki langsung nanya to-the-point ke kembarannya.
Dia baru aja kelar kelas, dan sekarang lagi mau jalan pulang. Nah makanya, daripada dia bosen ga ngapa-ngapain, mending dia nelpon kembarannya. Siapa tau Jay lagi di rumah sakit--
"Yuki..."
Si cewek itu langsung berenti jalan pas denger suara Jay bener-bener kayak ga bersemangat, "Eh? Nande?" (kenapa?)
"Tonari san udah balik ke Jepang lagi kemarin" kembarannya ngasih tau, masih denggan nada bicara yang sama.
"Eh? Ada kerjaan kah?" Yuki bingung. "kirain dia bakal cuti dulu selama nemenin Koki pengobatan di sana--"
"Ki--"
"Tapi kalo sampe balik ke Jepang lagi buat kerja, berarti ada yang darurat banget dong ya?" Yuki masih aja nyerocos memikirkan kemungkinan kemungkinan yang bisa jadi alesan kenapa cowok tinggi itu balik ke Jepang, "Terus dia berapa lama di sini? Nanti Koki di sana gimana?"
"Ki..."
"Pembuatan sel barunya tuh sekitar 4 mingguan kan ya? Apa 6 minggu?" si cewek itu lanjut ngomong, "aku lupa. Padahal udah pernah dikasih tau sama Riki--"
"Yuki!" Jay motong omongan kembarannya, "Koki has passed away!"
Yuki matung denger itu, "hai?" (ya?)
"He's gone. That's why Tonari san flew back to Japan"
--^^--
"Arigatou gozaimasu"
Heeseung nunggu sampe cowok tinggi itu selesai ngebeli patung batunya sebelum jalan lagi buat nyamperin dia yang udah mau keluar dari kuil, "Kei san?"
Ngedenger ada yang manggil namanya, cowok jangkung itu berenti dan nengok ke belakang. Ngeliat Heeseung, dia ga langsung ngebales sapaan si mahasiswa itu, tapi tangan kirinya langsung mindahin patung batu yang dia pegang ke samping badannya
Kayak berusaha nutupin patung itu biar ga keliatan sama Heeseung.
Tapi karena udah keburu ngeliat dari awal, si mahasiswa itu langsung nanya, "Sono jizo katta..." (lu beli patung itu...) dia nunjuk patung batu yang dipegang sama Kei, "...masaka, Koki-chan mou--" (jangan bilang Koki udah--)
"Dattara nanda?" (Kalo iya, kenapa?) Nada bicaranya Kei defensif banget. Kayak nantangin Heeseung buat marah sama dia.
Dan Heeseung, hampir masuk ke perangkap itu. Dia hampir aja kelepasan emosi. Tapi untungnya dia ngeliat muka capeknya cowok Jepang itu.
Emang sih, ada rasa ga terima yang dia rasain, mungkin karena Heeseung ga bisa ngeliat saat-saat terakhirnya Koki, cuma... Pasti bapaknya lebih ngerasa hancur kan dibanding dia?
"Okotte ne?" (Ga marah?) Kei nanya lagi sambil naikin sebelah alisnya ke Heeseung
Bingung, Heeseung nanya balik, "ittai nani okotte irunda--?" (mau marah buat apa--?)
"Datte, Koki no koto, zenbu, ore no sei da--" (Ya soalnya, semua soal Koki, kan salah gue--)
"Dou iu--?!" (apa-apaan--?!) Heeseung berenti ngomong, terus dia mijit batang idungnya. Stress sendiri dia ngomong sama Kei nih @.@
Aneh aja lagian. Giliran marah, salah! Giliran ga marah, malah disuruh marah! -_-
Heeseung nunjuk ke kuil lagi, "Inotta ka?" (udah berdoa?)
Kei ngeliatin kuil itu dengan senyum remeh, "Kami sonzai suru to omou?" (Lu percaya ada Tuhan?)
Heeseung, karena terlahir dari keluarga yang lumayan taat sama Tuhan, dia ngebales, "atari mae darou!" (Ya iyalah!)
KAMU SEDANG MEMBACA
UPW - Urusan Penerus Warisan
Fanfiction"Kayaknya gue menyetujui kerjasama ini untuk membantu hal-hal yang berkaitan dengan kerjaan deh" "Ini juga jadi kerjaan kalo ga selesai" "Ngurusin masalah percintaan lu ga ada di jobdesk gue, bangsat!" "Kita simbiosis mutualisme aja, deal?" "..." "...