Part 9

18.4K 2.5K 65
                                    

"Saya baru tahu bahwa putri ternyata berbakat dalam membuat pakaian" puji Hongli sembari menatap cermin besar di depannya.

Baik Hongli dan Baihee kini tengah berada di ruang tunggu pengantin, sudah lengkap dengan pakaian pernikahan yang di rancang oleh Baihee. Hongli tak berhenti mengagumi gaya pakaian yang diciptakan Baihee, terlihat asing dari biasanya namun tak dipungkiri sangat indah. Terlebih dalam jubah Hongli terdapat bordir Naga dengan benang emas sedangkan milik Baihee terbordirkan Phoenix, membuat kesan agung dan mewah.

*Contoh pakaian pernikahan yang dirancang Baihee (gambar dari google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Contoh pakaian pernikahan yang dirancang Baihee (gambar dari google)

*Contoh pakaian pernikahan yang dirancang Baihee (gambar dari google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Detail milik Baihee (gambar dari google)


Baihee tersenyum di balik penutup kepala merahnya "anda terlalu memuji, pangeran".

Hongli mengangguk kecil "mengapa putri terpikirkan menggunakan simbol Naga dan Phoenix untuk pakaian pernikahan kita?"

"Cukup sederhana, kekaisaran Henix merupakan darah keturunan legenda Phoenix dan saya sendiri merupakan darah keturunan legenda Naga. Anda yang mengenakan Naga dan saya yang mengenakan Phoenix, menandakan bahwa kita telah bergabung menjadi satu dalam ikatan dan itu adalah pernikahan" jelas Baihee dengan mudahnya.

Hongli menaikkan sebelah alisnya, "Naga? Bukankah raja Iger merupakan keturunan legenda Harimau Putih? Naga itu keturunannya pihak mendiang selir agung, ibumu, bukan? Dan putri sebagai anak perempuan, membawa marga ayah dimana adalah Harimau Putih. Lantas, mengapa Naga?"

Baihee terkekeh "saya terkesan bahwa pangeran begitu penasaran dengan saya. Tapi tidak masalah, alasan mengapa saya memilih Naga karena faktanya, darah saya lebih kental dengan darah ibu saya dibandingkan ayah saya. Hal paling mudah untuk dijadikan bukti adalah warna bola mata yang biru ini, bahkan paras dan tubuh ini lebih mirip dengan ibunda"

"Walau terkesan memaksakan tapi saya menerima alasannya" putus Hongli karena peka bahwa tidak semua cerita dapat dibicarakan leluasa.

Baihee tersenyum "saya penasaran, apakah pangeran sungguh tidak keberatan dengan fisik buruk rupa saya?"

Hongli mengendikkan bahu acuh "seperti yang dibahas sebelumnya, saya tidak terlalu peduli"

Baihee, "lalu bila saja suatu hari nanti, pangeran menemukan gadis cantik diluar sana yang mampu memikat hati pangeran, apa pangeran akan meninggalkan putri buruk rupa ini?"

Hongli terdiam untuk berpikir sesaat, sebelum akhirnya menjawab "saya tidak berani mengatakan tidak karena hati manusia di masa depan, tidak ada yang mampu prediksi"

Baihee mengangguk kecil tanda setuju, namun berbanding dengan elakkan kalimatnya "kita memang tidak mampu memprediksi masa depan tapi kita sebagai manusia yang memiliki akal sehat, sesungguhnya dapat berpegang teguh pada komitmen"

"Komitmen dalam pernikahan hanya hadir pada dua sejoli yang mengikat janji suci karena perasaan murni saling mencintai sedangkan saya dan putri hanyalah pernikahan politik" pungkas Hongli mengutarakan persepsinya.

Baihee, "lantas bagaimana bila suatu saat nanti pangeran dan saya saling mencintai? Apakah pernikahan kita yang tidak dilandasi komitmen yang benar, pada akhirnya akan kandas begitu saja? Bagi saya, komitmen memiliki makna yang lebih besar, yaitu tanggung jawab. Bukan hanya perihal materi melainkan mental dan batin yang berpengaruh pada harga diri"

Hongli menatap Baihee dengan dalam, sangat disayangkan bagi Hongli karena tidak dapat melihat ekspresi wajah Baihee ketika membahas permasalahan serius seperti ini "jadi, apa maksud putri, putri ingin memulai pernikahan ini dengan komitmen yang benar?"

Baihee tertawa dengan merdu dan anggun "ah ternyata pangeran cukup peka, bagaimanapun saya ini perempuan, saya tentu menginginkan kepastian dan ketegasan sejak awal agar suatu hari nanti, hati putri ini tidak terluka begitu dalam"

Hongli, "komitmen seperti apa yang putri inginkan?"

Baihee, "entah saya harus bahagia atau justru bermiris hati karena calon suami sama sekali tidak mengetahui harus berkomitmen bagaimana, namun bukan masalah, saya akan mengatakannya secara terbuka bahwasannya dalam prinsip pernikahan saya, saya tidak terima di duakan, jadi pangeran dilarang keras memiliki selir selama saya masih memegang gelar sebagai istri pangeran. Saya lebih menghargai pangeran memutuskan ikatan pernikahan daripada secara tidak langsung, harga diri saya terinjak dengan cara pangeran yang memiliki banyak wanita. Sekalipun saya buruk rupa, saya memiliki ego dan gengsi yang besar. Sekalipun di mata orang lain, saya tidak layak bersanding dengan pangeran namun saya tetap tidak menerima diri saya direndahkan begitu saja"

Hongli tersenyum kecil dengan nada tegas dan tajam milik Baihee "saya dapat melakukan hal tersebut"

Baihee mengangguk puas "dan satu lagi, penuhi segala tanggung jawab pangeran sebagai seorang suami dan ayah kemudian hari, perihal ini, saya tidak perlu mendiktenya bukan?"

"Hahaha menarik. Ini sungguh menarik. Saya tidak tahu bahwa putri sungguh mempersiapkan masa depan yang aman dengan penuh pertimbangan" tawa Hongli menggema, sungguh untuk pertama kalinya, pangeran kedua Henix ini dapat tertawa begitu lepas. Mungkin beberapa orang tidak menangkap apa yang lucu hingga membuat Hongli tertawa namun bagi Hongli, sikap Baihee cukup menghiburnya.

Baihee mengibaskan rambutnya sombong, melupakan dirinya yang masih bertudung, menyebabkan rambutnya sedikit terjambak karena banyaknya jepitan yang menahan kain tudung agar tidak mudah lepas, kelakuan absurdnya membuatnya reflek menggigit bibirnya malu dengan kekonyolan yang dilakukannya, berdoa semoga Hongli tidak menyadarinya "ekhem, saya anggap pangeran sepakat, lalu adakah kehendak yang pangeran ingin saya lakukan saat menjadi istri pangeran?"

Hongli, "menjadi istri saya itu tidak mudah, banyak yang akan berusaha mengincar putri dengan maksud memancing saya, saya harap putri dapat memantaskan diri menjadi pendamping saya. Berlatihlah agar menjadi kuat dan sisanya cukup sama seperti keinginan putri, penuhi tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu yang baik bagi anak-anak"

Akhirnya mereka mencapai kesepakatan mereka sendiri dengan keinginan mereka masing-masing,

Percakapan keduanya harus terhenti karena pintu terketuk dari luar, menyampaikan bahwa sudah saatnya mempelai pengantin memasukki aula.



To Be Continue

***

Yuk, 200 Vote untukku percepat update ya >_<

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang