Part 38

11.1K 1.9K 433
                                    

Kondisi Hongli yang telah bugar kembali, dijadikan Baihee untuk mengajak sang suami ke pulau yang kini menjadi milik mereka.

Baihee ingin memastikan, apakah benar pulau yang sebenarnya bernama pulau Phoenix itu memiliki sesuatu yang berharga seperti apa yang tertulis di buku.

Memerlukan waktu tiga jam untuk dapat tiba di pulau. Dua jam perjalanan darat dan satu jam menyebrangi lautan. Baihee berpikir, suatu hari nanti, berarti dirinya perlu untuk membuat jembatan penyambung antara pulau dan daratan yang masih wilayah kekaisaran Henix.

Sepanjang perjalanan, Hongli terus terdiam karena menelisik, dirinya waspada karena takut ada hal berbahaya ketika perjalanan mereka menuju pulau maupun di pulau itu sendiri.

Ketika kapal kayu mereka berlabuh, Baihee meminta nelayan yang mendayung untuk menunggu di tepi pantai. Setelah itu barulah Baihee menggandeng Hongli untuk masuk lebih dalam.

"Apakah kau yakin tidak akan ada sesuatu yang membahayakan disana?" tanya Hongli yang masih menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memantau situasi dan kondisi.

Baihee mengangguk yakin. "Menurut buku yang berada di Gua dimensiku. Pulau ini dinamakan Feng Huang Dao atau sebut saja pulau Phoenix. Tanah dan udara disini beracun itu karena sesuatu tengah melindungi sesuatu yang lain, memastikan tidak ada yang akan mengancamnya. Seolah alam memang menyegel tempat ini dari manusia luar."

Hongli mendengarkan dengan seksama. Cukup terkejut sebenarnya karena pulau ini bernamakan Phoenix. Hongli setuju dengan pemikiran Baihee, pastilah ada sesuatu yang dilindungi di dalam sana sehingga menyegel wilayahnya seperti ini. Apakah mungkin ada Phoenix?

Hongli menggelengkan kepalanya, bila memang ada, dirinya sebagai keturunan terpilih pasti dapat merasakannya, tapi ini nihil.

"Lalu bila ini tersegel, bagaimana cara kita masuk?" Tanya Hongli.

Baihee langsung merogoh tas kainnya dan mengambil kertas yang telah di gambar menjadi suatu peta berdasarkan pengetahuan yang diberitahukan oleh buku di perpustakaan alamnya.

Baihee, "menurut gambar yang ku salin dari buku itu. Pintu masuknya ada di sebelah utara. Ayo kita jalan dulu kesana. Selama kita tidak melewati garis merah di gambar ini, harusnya belum ada racunnya. Coba kita lihat dan perhatikan, apa yang menjadi garis merah pada gambarku ini." Baihee menelisik sekitar, begitupun dengan Hongli.

Dan yang berhasil menyadarinya lebih dulu adalah Hongli. "Lihatlah kesana. Pohon aneh itu selalu ada setiap seratus meter. Seperti garis merah dalam gambarmu itu adalah garis yang ditarik dari pohon satu ke pohon lainnya."

Baihee memicingkan matanya dan seketika dirinya mengulum senyum. Pohon aneh yang dimaksud adalah pohon buah naga di jamannya. Tapi memang pada jaman ini, mereka belum tahu perihal buah ini karena sepertinya Baihee sendiri baru melihatnya di pulau ini, bahkan di Gua dimensi sang naga saja tidak ada. Terbukti pula dari ucapan Hongli yang memandang aneh pohon itu.

Baihee tertawa kecil sembari menarik Hongli mendekat ke pohon buah naga merah. "Di dunia ku dulu.... Hmm sedikit aneh mengatakan itu 'dulu' padahal duniaku adalah masa depan. Baiklah kembali ke topik utama. Pohon ini adalah pohon buah yang disebut buah naga. Dan ini bisa dimakan."

Hongli mengangguk saja karena dirinya percaya dengan Baihee. Lagipula tujuan utamanya bukan perihal buah ini melainkan garis merah di gambar yang masih mereka duga adalah pohon ini.

Baihee, "sepertinya dugaanmu benar, suamiku. Garis merah ini adalah pohon satu ini ke pohon lainnya lagi. Jadi, sekarang kita cukup berjalan dengan tetap di bagian luar ini dan jangan melewati batas pohon naga lainnya."

Baihee langsung menggandeng Hongli lagi dan berjalan mengikuti arah angin, menuju sisi utara. Dan ketika tiba di bagian utara, Baihee langsung kembali melihat sekitarnya dan terlihat ada sebuah patung kecil yang tertutupi tanaman lumut.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang