S2 - Part 16

6.2K 919 127
                                    

Nungguin?

Hehehe



Enjoy!






***

"Aku tidak menyangka istri kecil ku ini sangat licik." Hongli memeluk Baihee dari belakang. Sedangkan Baihee sendiri sibuk memotong tanaman bonsai yang berada di kamar khusus Pangeran Mahkota di istana.

Baihee tertawa kecil. "Mereka pantas mendapatkannya. Ah benar! Apa masih belum ada titik terang dari Pangeran Guang Shan?"

Hongli mendesah kasar. Menumpukan dagunya pada bahu sempit Baihee. "Sudah tidak bisa diharapkan. Aku hanya perlu menunggu adikku selesai pelatihannya."

Baihee menepuk pipi Hongli lembut. "Selagi aku di istana. Bagaimana bila aku menemui adik-adikmu? Aku belum pernah menemuinya."

Hongli menggeleng. "Tidak bisa, istriku. Keduanya sedang berada di perguruan. Kau tahu sendiri bahwa perguruan tidak memperbolehkan datang dan pergi sesuka hati. Itu sebabnya guru pribadi yang Permaisuri utus untuk adikku, di datangkan kesana dan ikut tinggal disana."

Perguruan dalam jaman ini sama seperti asrama. Dimana murid akan tinggal disana hingga masa kelulusan. Dan memasuki perguruan itu seperti masuk sekolah dimana diberikan pembelajaran lengkap sekaligus pendidikan sihir. Memakan waktu minimal lima tahun untuk dapat lulus dari perguruan.

"Aku sungguh penasaran dengan paras kedua adikmu. Pasti mereka rupawan sepertimu." Kekeh Baihee.

Hongli tak menanggapi dan justru kini berfokus mengelus perut besar Baihee. "Berapa lama lagi dia lahir? Besar sekali? Apa ini baik-baik saja?"

Baihee meletakkan gunting di sisi pot bonsai. Lalu ikut mengusap perutnya. "Mungkin karena dia spesial jadi sebesar ini. berdasarkan perhitungan 'kebohongan' kita, bayi ini akan lahir di bulan ke sepuluh."

Alis Hongli mengernyit ketika mengingat ucapan Xuan Wu. Mereka harus mulai menyusun alasan perihal Baihee yang tidak melahirkan di bulan ke sembilan. Melainkan melewati satu bulan dari masanya.

"Berarti itu masih dua bulan lagi." Gumam Hongli yang di iyakan Baihee.

Baihee, "kira-kira alasan apa yang cocok ya? Mereka semua pasti panik karena aku tidak melahirkan di usia kandungan sembilan bulan yang mereka ketahui."

Hongli, "setidaknya ini lebih mudah daripada lahir lebih dulu. Mereka akan langsung mencerca dan membawa kejadian masa lalumu lagi. Mereka akan berpikir bahwa kau hamil bukan anakku." 'Meski itu benar adanya.'

Mendengar batin Hongli. Baihee membalikan badannya dan memeluk Hongli meski terhalang perut besarnya. "Setelah aku melahirkan, mari membuat anak kita berdua, hm?"

Hongli akhirnya terkekeh dan mengangguk kecil sembari membalas pelukan Baihee. "Tentu saja. Meski aku berjanji akan mengasihi anak dalam kandungan seperti anakku sendiri namun tak menampik bahwa aku menginginkan anakku sendiri."

Baihee, "aku tahu."

Hongli melepas pelukan Baihee karena mengerti bahwa Baihee tak nyaman dengan cara berpelukan di depan, terlebih perut besar Baihee yang membuat Baihee jadi seperti membungkuk.

"Apa kamu akan pulang hari ini? Tidak bisakah sampai besok saja?" Sungguh Hongli masih merasa kurang waktu kebersamaannya dengan Baihee.

Baihee mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Hongli dengan lembut. "Aku harus melihat perkembangan pulau kita. Aku ingin, ketika anak kita lahir, sudah tak banyak kesulitan yang harus kita kerjakan. Aku sudah berada disini selama seminggu. Aku sudah seharusnya segera kembali kesana."

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang