S2 - Part 54

3.6K 486 26
                                    

Hongli, "dan disini semua, saya ingin menjelaskan satu hal penting lainnya. Yakni, suara dan keputusan tertinggi di Dreamland adalah istri saya, Han Baihee."

Semua orang langsung memandang tak percaya. Belum ada sejarahnya bahwa perempuan berada pada posisi tertinggi. Pastilah selalu laki-laki. Mereka semua mengarahkan tatapan mereka pada Baihee yang berdiri dengan tenang disisi Hongli.

Hal ini memang sudah dirundingkan bersama. Mulanya Baihee tidak ingin menerima usulan Hongli tersebut karena dirinya ingin tidak ingin terlihat superior diatas sang suami. Namun Hongli berkata justru hal ini demi kelangsungan rencana Baihee.

Baihee berkata ingin menciptakan sebuah periode baru dimana semua memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam bertahan hidup dan mendapatkan pendidikan.

Maka, hal tersebut harus dimulai dengan perempuan.

Perempuan pada jaman ini memiliki nilai sangat rendah, bahkan seolah lebih rendah dari budak. Mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan. Dan mereka dibesarkan hanya untuk sebagai nilai tukar.

Meskipun itu tidak begitu berlaku bagi para putri istana. Namun tidak semua perempuan beruntung untuk dilahirkan sebagai seorang putri Raja maupun Kaisar.

Masih banyak diluar sana perempuan tak berdaya yang hanya dijadikan pemuas nafsu atau sekedar pencetak anak. Mereka yang hanya berstatus budak, tak dapat memperjuangkan harga diri dan hidupnya terlebih pada para bangsawan.

Ketika mereka mendapatkan perlakuan tak adil dan pelecehan oleh sesama budak maupun bangsawan pun, tak ada hukum yang dapat melindungi mereka karena mereka bahkan tidak tercatat oleh sipil.

Mereka dipaksa untuk tidak dapat bangkit dengan 'kebodohan' yang disengaja. Para budak tidak diberikan pendidikan. Terlebih perempuan. Meskipun perempuan tersebut berasal dari keluarga bermartabat, namun mereka tidak mendapat pendidikan akademik. Mereka sengaja dituntut hidup di bawah kaki laki-laki.

Dunia ini masihlah miris. Dimana seorang perempuan dipandang sebagai barang murah. Lagi, meski perempuan bangsawan sekalipun, mereka tetap menjadi nilai tukar. Entah untuk membangun relasi, maupun memperkuat pijakan tahta keluarga.

Mendengar betapa mulia keinginan sang istri. Hongli sepenuhnya mendukung. Dirinya juga geram dengan para manusia yang tidak dapat menghargai sesama. Bahkan mereka tidak sungkan melecehkan seorang perempuan yang padahal mereka semua terlahir dari rahim perempuan.

Hongli juga selalu memikirkan ibunya. Saat dimana ibunya kerap kali dipandang sebelah mata meski memiliki kecantikan yang luar biasa.

Wigon dan Henix mungkin berbeda secara kekejian, kekejaman, dan kekerasan. Namun perihal pendidikan, aturan mereka masih sama. Perempuan dididik untuk melayani, bukan sebagai pribadi mandiri yang dapat bersaing dengan laki-laki.

Oleh sebab itu, Hongli sangat yakin, memilih Baihee sebagai pemimpin Dreamland, bukanlah hal yang salah.

Toh, sejak awal, Dreamland ini adalah tanah Feng Huang milik Baihee. Baihee pula yang membangun setiap sudut tanah Dreamland.

Maka, sudah sepantasnya, Baihee lah yang orang pertama yang memiliki kekuasaan tertinggi di tanah Dreamland.

Baihee adalah simbol perwujudan nyata dimana seorang perempuan juga mampu berdiri kokoh, memimpin negeri dengan ratusan hingga ribuan orang, dengan baik dan bijaksana.

Baihee akan menjadi contoh, bahwasannya nilai seorang perempuan, tidak sebatas memuaskan diatas ranjang dan menghasilkan keturunan.

Perempuan mampu lebih dari itu.

Oleh karena alasan inilah, Baihee akhirnya menyetujui usulan Hongli yang cukup tabu di jaman ini.

Baihee, "meski aku adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Bukan berarti kalian tidak menghargai dan tidak menghormati suamiku. Posisinya di Dreamland adalah sama sepertiku. Secara tahta kursi, mungkin memang aku diberikan kepercayaan oleh suamiku untuk memimpin. Namun, bukan berarti suamiku tidak memeliki kewenangan apapun. Suaraku adalah suaranya. Dan suaranya pun menjadi keputusanku. Tentunya selama itu baik dan benar.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang