Part 22

16.6K 2.7K 159
                                    

~Baihee's POV~

"May...."

"Mayleen...."

Aku membuka mataku perlahan dan yang ku lihat hanya sebuah ruang hampa tanpa ada satupun barang maupun makhluk.

Gelap, namun aku masih dapat melihat.

"Mayleen...."

Suara itu lagi, tapi tunggu, mengapa dia memanggilku dengan nama asliku? Dimana aku sekarang? Bukankah aku sedang tertidur? Apa ini mimpi?

"Siapa itu?" aku mencoba berteriak dan ternyata suaraku menggema.

Aku mencoba menoleh ke kiri dan ke kanan bahkan memutar-mutar untuk mencari eksistensi yang memanggilku.

"Datanglah padaku, Mayleen...."

Aku mengernyit, bagaimana caraku mencarinya bilamana aku tidak mengetahui asal-usulnya? "kau bercanda? Siapa dirimu? Keluarlah!"

"Aku menunggumu...."

Aneh, aku sama sekali tidak merasakan ketakutan apapun, justru entah dorongan darimana, aku seperti harus bertemu dengannya secepat mungkin, namun siapa? Dan kemana aku harus mencarinya? "hei? Setidaknya beritahu aku, siapa kau? Dan dimana kau?"

Senyap

Tak ada lagi suara yang menjawab. Aku hendak kembali berteriak namun sebuah cahaya menyilaukan tiba-tiba menusuk mataku hingga aku tiba-tiba tersentak, bangun.

"Sayang!" suara pertama yang menyapaku ketika aku tersadar dari mimpi?


~Author's POV~

Merasakan kepala Baihee bergerak gelisah, Hongli terbangun dari tidurnya dan lagi, dia merasakan aura yang semula sempat dirasakan namun tidak ada ketika memasukki kamarnya.

Hongli mengedarkan pandangannya pada penjuru kamar, namun nihil.

Beralih menatap sang istri yang masih bergerak dalam tidurnya, Hongli langsung menepuk lembut pipi Baihee.

Hongli, "Baihee?"

Tak ada jawaban.

Hongli bangkit duduk dan mencoba mendudukkan tubuh Baihee, menggoncang lembut tubuh Baihee "sayang? Bangunlah".

Masih tidak ada jawaban.

Hongli mulai panik ketika keringat dingin mulai timbul di kening Baihee, bahkan tubuh Baihee bergetar. Dengan lebih keras, Hongli berteriak, "Sayang!"

Kali ini berhasil, Baihee langsung terkesiap sembari membuka matanya, menatap linglung pada ruangan dan Hongli.

"Sayang? Ada apa denganmu? Apa kau bermimpi buruk?" tanya Hongli masih dengan kekhawatiran yang kental di benak dan hatinya.

Baihee terdiam sesaat sebelum akhirnya menggeleng sambil tersenyum "bukan mimpi buruk, hanya mimpi yang aneh. Jangan khawatir, ya?".

Hongli menghela nafas, "bagaimana mungkin aku tidak khawatir, ketika istriku sendiri menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya".

Baihee mengulurkan tangan mengusap wajah Hongli dengan lembut, "maaf membuatmu khawatir. Tapi sungguh, aku baik-baik saja. Dan lebih penting daripada itu, aku lapar, suamiku"

Hongli mencoba menelisik kejujuran dalam perkataan Baihee dan ya, Baihee jujur, akhirnya Hongli mengalah untuk tidak bertanya lebih lanjut. Hongli tidak akan memaksa bila sang istri belum ingin bercerita, "baiklah, ingin makan di rumah atau keluar?".

Mata Baihee seketika berbinar-binar, dirinya begitu menyukai jajanan pasar dan mendengar tawaran Hongli, Baihee dengan cepat dan antusias, langsung memekik "pasar!"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang