"Bawa mereka semua. Pastikan sumpal terlebih dahulu mulut mereka, mencegah bila mereka menyisipkan racun di dalam mulutnya agar tetap bungkam. Chen, minta bawahanmu untuk bertanya pada pemilik toko terdekat dengan toko kita, adakah kerugian yang mereka alami karena insiden ini? bila ada, catatlah dan berikan padaku. Aku akan meninjaunya. Bagaimanapun mereka tidak seharusnya menderita kerugian karena permasalahanku." Perintah Baihee pada Chen.
Kali ini Jun dan Kai senantiasa berdiri disisinya.
Banyak warga yang melihat sikap dan tindakan Baihee. Membuat mereka terharu karena Baihee masih mementingkan pedagang lagi, padahal dirinya tengah menderita kerugian yang lebih besar. Mereka ingin membantu namun mereka sendiri hanya rakyat biasa yang tak mungkin menyaingi kemampuan finansial bangsawan maupun pedagang besar.
Mereka hanya dapat memantapkan dalam hati bahwa mereka tidak akan ragu menggunakan produk Baihee dan akan memberitahukannya pada seluruh teman-teman mereka. Lagipula, pemilik sekaligus pembuat sabun itu, sangatlah baik hati. Jadi, hal ini layak di dapatkannya.
"Kira-kira, siapa yang membantu memadamkan api? Melihat seluruh rancangan bangunan terbuat dari kayu, pastilah ada seseorang yang membantu memblokir api agar tidak terlalu mempengaruhi bangunan di sisi kita." Baihee merasa bahwa api yang melahap tokonya, pastilah di tahan seseorang karena tidak begitu merusak bangunan sampingnya. "Apakah di antara ke enam orang itu memiliki kemampuan elemen air?"
Jun menggeleng. "Mereka hanya perampok dan penipu biasa, tidak memiliki sihir apapun, saya telah memeriksanya. Bahkan bakaran pun menggunakan api biasa dan bukan elemen sihir."
Alis Baihee bertaut, entah dimana posisi pelaku pemblokiran dan pemadaman api itu. Entah kebetulan menolong atau sengaja. Atau juga dari pihak musuh karena targetnya hanyalah toko Baihee.
"Tidak perlu banyak berpikir. Aku yang melakukannya." Sosok perempuan berpakaian serba putih itu mendekati Baihee.
Jun dan Kai yang memang mengenal sosok perempuan itu pun, bergeser agar memberikan ruang.
"Nona Qi?"
Qi Qian Qu tersenyum kecil. "Salam kepada Putri Mahkota." Bisik Qi Qian Qu. Qian Qu tahu bahwa Baihee pasti belum ingin identitasnya diketahui. Itu sebanya dirinya berbisik sebagai tata krama, meski tak sampai membungkukan tubuhnya. Ingat! Dirinya lebih mulia.
Baihee pun sama sekali tak tersinggung. "Bagaimana bisa nona Qi berada disini?"
Qian Qu, "aku adalah cultivator bebas. Kebetulan saja aku habis mengunjungi istana untuk mengajari beberapa teknik khusus pada suamimu. Berniat berjalan-jalan di pusat kota. Justru harus mendapatkan pertunjukan api unggun. Demi mencegah adanya korban. Kau jelas mengerti apa yang ku lakukan."
Bibir Baihee mengerucut. "Harusnya kau lebih cepat. Agar tokoku tidak hangus terbakar."
Tatapan mengejek, dilayangkan Qian Qu pada Baihee. "Kau sudah kaya raya. Kehilangan satu toko itu tak ada artinya. Bahkan kau mendapatkan banyak harta dari perampokan nyatamu pada paman Xuan Wu."
"Enak saja merampok. Itu kan kesepakatan bersama." Baihee tidak setuju dijuluki perampok. Mereka hanya melakukan win win solution. Lagipula Xuan Wu memiliki harta yang luar biasa tak ternilai. Permintaan Baihee pasti hanya hal kecil bagi Xuan Wu.
Dengan anggun, Qian Qu mengibas tangan berhanfu putihnya. "Ya, ya. Kalau begitu aku pergi. Aku hanya ingin menyapamu sebentar agar tak memusingkan hal yang tak perlu. Tapi mungkin aku akan sedikit memberikan bocoran. Seseorang menargetkan kehancuran usahamu. Dia tak terima bila kau berhasil. Jadi, perketatlah pengawasanmu."
Tanpa diberitahu, Baihee jelas sadar bahwa ini adalah ulah seseorang yang menginginkan usahanya berjalan tidak lancar. Telah ada beberapa nama yang masuk ke dalam list, orang-orang yang patut di curigai. Hanya perlu mencari bukti nyata. "Ya, terimakasih."
Lalu keduanya berpisah dengan Baihee yang memilih untuk menyewa penginapan karena hari telah gelap. Kehamilannya sudah besar, Baihee tidak ingin mengambil resiko.
***
Dengan perlahan, kaki Baihee masuk ke dalam bak berisi air hangat. Aroma bathsalt buatannya, menyeruak hingga menenangkan pikiran dan tubuh Baihee.
Baru saja ingin memejamkan mata. Baihee merasa seseorang berada di kamarnya dan bahkan berjalan pelan menuju penyekat antara bak mandi dan ruang tidur.
Dengan pelan, Baihee meraih jarumnya.
Ketika siluet tubuh terlihat. Tanpa menunggu lama, Baihee langsung melesatkan jarum miliknya.
TAK
TAK
Dua jarum yang dilemparkan berhasil dihindari hingga menancam pada penyekat.
"Sayang, ini aku."
Mendengar suara yang amat di kenalinya. Baihee langsung bangkit dari rendamannya. "Hongli?"
Uap panas yang begitu tebal perlahan menunjukan sosok sang suami yang kini mulai mendekat dan terlihat jelas.
Reflek Baihee menghela nafas. "Kau mengejutkanku. Ku pikir siapa. Beruntung kau mampu menghindari jarum beracunku."
Tak ada jawaban, membuat Baihee mendongak dan melihat wajah Hongli yang memerah. Seketika Baihee teringat bahwa dirinya tengah tidak berbusana dan justru berdiri menghadap Hongli.
Baihee langsung berbalik badan dengan wajah memerah.
Meski dipikir-pikir, mengapa pula keduanya malu ketika telah beberapa kali melakukan hubungan suami istri.
Apa mungkin karena hubungan jarak jauh dan membuat keduanya sulit bertemu. Kini perasaan canggung seperti malam pertama kembali hadir?
Baihee tersentak ketika sepasang lengan melingkar memeluknya. Satu tangan dibawah perutnya seolah membantu mengangkat beban kehamilannya dan satu lagi mengusapnya lembut.
Tapi bukan itu yang Baihee fokuskan. Punggung Baihee jelas merasakan kulit dan bukan kain.
Wajah Baihee langsung merah padam ketika menduga bahwa sang suami terangsang dan ikut membuka pakaian. Hendak mandi bersama.
"Aku merindukanmu." Lirih Hongli dan mulai mengecupi pundak polos putih milik sang istri.
***
Ketiga pemuda dengan wajah merah mengusir seluruh prajurit dan pelayan yang berada di sekitar kamar nyonya nya.
Rasanya, baru saja sang tuan menanyakan lokasi penginapan mereka dan hanya beberapa waktu kemudian sudah mendengar suara meresahkan.
Beruntung Xiao Yi tidak ikut dan diminta menjaga kediaman. Bila tidak, pasti gadis polos itu akan ternodai telinga dan pikirannya.
"Apakah Jenderal tidak ingat bahwa penginapan ini bukan penginapan mewah yang memiliki peredam suara?" Keluh Kai dengan wajah merah padam.
"Ekhem sudah jangan diingat. Kak Chen telah memasangnya sekarang." Jun menjawab namun tak ayal wajahnya pun memerah.
Chen mengusap wajahnya kasar. Beruntung ketiganya yang paling dekat dengan ruangan sang nyonya. Bila tidak pasti prajurit semua dibuat berhasrat tak pada waktunya. Demi keamanan dan kenyamanan bersama. Chen langsung memasang sihir peredam di sekitar kamar Baihee dan mengusir semua orang yang berkeliaran di dekat kamar.
Bila Baihee mengetahui ksatria pribadinya sendiri mendengar perbuatan cabulnya bersama sang suami. Baihee pasti kehilangan wajahnya.
Ya, biarlah ini menjadi rahasia Chen, Jun, dan Kai.
To Be Continued
***
Maafkan ni, explicit + nya ku sensor disini hahaha. tapi masih nyambung lah ya. full chapternya di KK aja. maafkan yoooo, disini banyak anak-anak kan yang baca. Lagipula explicitnya dikit banget kok, gak baca juga gak ngaruh apa-apa, ciyus O_O
Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasiMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...