Part 40

11.7K 1.8K 183
                                    

Sudah tiga hari sejak kepergian Hongli dan Baihee ke pulau. Kini mereka tengah bersiap untuk menghadiri tuntutan kepada Pangeran Mahkota Henix di pengadilan agung.

"Bagaimana perasaanmu tentang ini?" tanya Hongli yang duduk memperhatikan sang istri di dandani oleh Xiao Yi.

Melalui cermin, Baihee menatap Hongli dan tertawa kecil dengan wajah Hongli yang begitu serius dengan mencapit pelipisnya dengan kedua jari sembari memejamkan mata. "Aku merasakan hal biasa saja. Lantas mengapa kau terlihat berpikir begitu keras?"

Hongli menghela nafas sebelum akhirnya membuka mata dan mengganti posisinya menjadi bersedekap dada. "Kau tidak tahu tabiat Pangeran Mahkota, sayang."

Baihee melirik ke arah Xiao Yi. "A Yi, kau bisa keluar sekarang."

Xiao Yi menunduk dan langsung pamit undur diri. Sedangkan Baihee langsung bangkit dan menghampiri Hongli. "Boleh aku duduk?"

Hongli mengangkat alis sejenak, karena merasa sofa di sisinya masihlah kosong, mengapa Baihee meminta izin.

Namun melihat tatapan mata Baihee mengarah pada pahanya. Hongli terkekeh dan langsung membenarkan posisi duduknya, sebelum akhirnya menepuk pahanya, "kemarilah."

Baihee lantas tersenyum sangat manis dan tanpa ragu lagi, duduk di pangkuan Hongli, yang langsung merengkuh perut dan pinggul Baihee agar tak terjatuh. "Kenapa menjadi sangat manja, hm?"

Baihee menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Hongli. Rasa yang selalu membuatnya nyaman. "Tidak ada. Justru karena aku ingin menenangkanmu dari pikiranmu tentang kakakmu itu."

Hongli, "tapi yang ku katakan adalah kenyataan. Guang Shan itu berambisi. Dan dia dalam perlindungan permaisuri. Aku tak tahu apa yang akan dirinya berani perbuat setelah kita melaporkannya pada pengadilan. Terlebih Kaisar juga mendukung kita. Guang Shan itu memiliki rasa iri yang begitu besar. Dia pasti akan membenciku lebih dari kemarin-kemarin."

"Jangan khawatir suamiku. Lagipula meski dia berambisi atau membencimu. Kita akan mampu menghadapinya." Baihee mengelus rahan tegas Hongli dengan lembut.

Hongli meraih tangan Baihee dan mengecupnya singkat. "Bukan kita yang ku pikirkan. Tapi ibuku yang berada di istana."

Baihee terdiam. Ini memang sulit bila menyangkut sang mertua yang tinggal di istana.

"Hmm, kita bisa ajukan syarat di pengadilan nanti. Bila diketahui ibu terluka baik secara mental dan fisik dalam kurun waktu tertentu. Maka, kita bisa menuntut kembali dengan ada ataupun tak ada bukti." Usul Baihee. Baihee ingat di dunia modern nya dulu. Ini dinamakan juga perlindungan saksi atau bahkan pihak keluarga korban dan saksi sendiri. Hal ini di lakukan demi menjaga keamanan pihak terkait.

Dan benar saja, ternyata Hongli langsung menunjukkan binarnya dan kini menciumi seluruh wajah Baihee. "Kau memang istriku yang pintar."

Baihee tertawa geli. "Sudah.. sudah.. hentikan.. kita hanya perlu menjaga diri kita sendiri bila mereka tidak dapat melampiaskannya pada ibu."

Hongli mengangguk membenarkan. "Ya, aku akan menjagamu."

"Baiklah. Tolong ya suamiku." Goda Baihee. "Sudahi pembicaraan kita, ayo kita segera berangkat ke pengadilan."

Hongli, "ayo."

***

TOK

TOK

TOK

"Setelah terbukti bersalah tanpa adanya sanggahan apapun dari pihak Pangeran Mahkota. Maka di putuskan bahwa Pangeran Mahkota Henix akan dikenakan hukuman pengasingan selama enam bulan dan di wajibkan melakukan bakti sosial kepada masyarakat setempat dengan tidak menggunakan gelarnya. Selama enam bulan, Pangeran Mahkota diharuskan berbaur dengan kesetaraan derajat dengan masyarakat biasa. Keputusan ini ditetapkan dan dimulai setelah Pangeran Mahkota berada di desa Lioth, yang menjadi desa pengasingan bagi Pangeran Mahkota."

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang