Part 20

17.3K 2.6K 108
                                    

Baihee mengerjapkan matanya dan dirinya dibuat bingung ketika mendapati kamar yang tampak maskulin dan elegan. Dan ketika mengingat-ngingat, dirinya baru tersadar bahwa saat ini pasti Baihee telah berada di kediaman Hongli di perbatasan.

Yang menjadi pertanyaan Baihee saat ini dan benar saja, bahwa Baihee belum pernah menanyakan perbatasan apa tepatnya, Hongli membawanya. Apakah perbatasan Hegon, kediaman yang dihadiahkan oleh Kaisar atau perbatasan Logos, tempat Hongli selama ini tumbuh?

Baihee menelaah sekitar dan menganalisa dari bentuk bangunannya, seharusnya ini adalah bangunan tua, walau tidak terlihat lapuk namun design kuno pada setiap barang yang berada disini, membuktikannya.

Ceklek

"Kau sudah bangun?" suara Hongli terdengar dan membuat Baihee langsung menoleh ke arah pintu. Terlihatlah Hongli yang membawa wadah perak berisikan air dan handuk kecil, mendekat ke arahnya "aku baru saja hendak membasuh tubuhmu dengan kain basah hangat agar tidurmu menjadi nyaman, namun kau lebih dulu terbangun"

Mendengar itu, hati Baihee menghangat, bukankah Hongli adalah sosok suami idaman? Sudah tampan, kaya, dan sangat perhatian.

Baihee mendudukkan dirinya lalu tersenyum manis pada Hongli "terimakasih banyak, suamiku"

Pipi Hongli bersemu merah, walau beberapa kali mendengar Baihee menyebut dirinya dengan julukan suami, namun perasaan berbunga-bunga itu masih ada dan terus menerbangkan perasaannya.

"Khem, jadi adakah yang ingin kau akui?" pungkas Hongli pada akhirnya, menatap dalam pada Baihee yang kikuk dengan pertanyaan tiba-tiba Hongli.

Baihee, "apa maksudmu?"

Hongli mengambil handuk kecil lalu mencelupkannya ke wadah air dan memerasnya, sebelum akhirnya tangannya bergerak mengusap lembut wajah Baihee "kita sudah suami istri, apakah masih ada yang harus disembunyikan? Atau kau belum mempercayaiku?"

Baihee terdiam sesaat sebelum akhirnya menggeleng dan mengambil tangan Hongli di wajahnya untuk digenggam "bukan karena itu, hanya belum menceritakan bukan berarti tidak akan diceritakan, sebelumnya, aku hanya tengah meyakinkan diri, apakah suamiku ini memang orang yang dapat dipercaya atau tidak namun sejak kita benar-benar menyatu, sejak saat itu, aku sudah percaya padamu. Aku akan menceritakannya" lalu mengalirkan kejujuran cerita perihal gua dimensi beserta isi-isinya, bahkan rencana Baihee kedepannya.

Baihee yakin pada Hongli karena seorang pewaris Phoenix bukanlah manusia pendusta, serakah, ataupun gelap mata akan hal duniawi. Lagipula, sekalipun penilaian Baihee salah, segala cara apapun yang dilakukan seseorang untuk merebut dimensi itu adalah mustahil. Itu adalah gua dimensi khusus sang naga dan keturunannya. Baihee bisa masuk kesana karena izin sang naga itu sendiri pada mulanya dan saat ini, karena inti sang naga lah yang membuatnya dapat keluar masuk dengan bebas kesana, lagipula, gua itu sudah menjadi miliknya dan anaknya kelak. Gua dimensi naga tidak dapat dicuri seperti dimensi ruang yang disimpan dalam batu spirit.

Mendengar penuturan Baihee, Hongli mengusap kepala Baihee dengan lembut "kau telah berusaha keras sejauh itu. Itu milikmu dan kau bebas melakukan apapun, tapi berhati-hatilah pada tanaman racun, aku tidak ingin dirimu dan anak kita terluka, apa kau mengerti?"

Baihee mengangguk lalu menubrukkan dirinya pada pelukan Hongli "kau bukanlah ayah biologis anak ini, namun berada di dekatmu, entah mengapa membuatku sangat nyaman, begitupun dia" ucap Baihee sambil mengelus perutnya.

Hongli ikut menjulurkan tangannya untuk mengusap lembut perut rata Baihee "dia sudah mengerti bahwa aku lah ayahnya satu-satunya saat ini dan sampai nanti"

Baihee mengangguk "kira-kira bagaimana kita mengatakan pada semuanya kalau aku tengah mengandung saat ini?"

Hongli, "nanti saja tunggu sebulan kemudian"

Baihee, "tapi bagaimanapun usia kandungan hanyalah 9 bulan, bagaimana kita mengelabui orang-orang?"

Hongli, "kita dapat membuat sebuah tragedy kecil yang mengharuskan kau melahirkan lebih cepat, itu bukan hal yang sulit, biarlah itu kita pikirkan nanti"

Baihee mengangguk "baiklah. Oh iya, kira-kira, kita akan menetap disini atau justru ke perbatasan Hegon?"

Hongli menunduk menatap Baihee yang kini mendongak padanya "apa yang kau inginkan? Disini atau disana?"

Baihee, "hmm karena jarak dari pulau kesini lebih jauh, aku lebih menyukai tinggal di perbatasan Hegon untuk sementara"

Hongli mengernyitkan alis "sementara?"

Baihee mengangguk "ya, sementara. Karena pulau itu akan menjadi tempat tinggal kita. Ah benar, sepertinya aku belum menceritakan jelasnya, pulau itu adalah Feng Huang Dao atau bisa disebut dengan pulau Phoenix. Pulau itu tidak beracun sama sekali bila kau menghendakinya, itu adalah wilayah kekuasanmu kelak. Kau akan semakin kuat di pulau itu karena itu tanah leluhurmu. Aku tahu bahwa kau menginginkan kebebasan dari kekaisaran, bukan? Maka sama denganku. Itu sebabnya aku meminta pulau tersebut sebagai pulau yang tidak tersentuh aturan kekaisaran, pulau itu adalah mutlak milik kita dan kekuasaan kita. Kita perlu tinggal di perbatasan Hegon untuk sementara selama kita membangun 'rumah' kita di pulau itu. Bagaimana menurutmu?"

Hongli menyentil kening Baihee, gemas "kau tahu? Bahwa kau lebih terlihat memberitahu daripada meminta izin maupun saran. Terbukti dengan kau yang sudah menyusun langkah-langkah membangun kehidupan baru disana"

Baihee terkekeh "mau bagaimana lagi, posisi kita itu terbalik, harusnya aku yang Phoenix dan kau yang Naga tapi justru aku lah yang memiliki inti sang pemimpin mytic legenda, jadi saja, sikap dominanku lebih terkuar, jangan salahkan aku"

Hongli menggeleng pelan "karena rencana istriku ini sudah matang dan memang terbaik untuk masa depan kita dan anak kita, maka aku akan mendukungnya. Tapi kita tetap perlu bertahan disini sekitar tiga bulan, memastikan terlebih dahulu, apakah para pemberontak telah musnah atau belum, kita tidak dapat meninggalkan rakyat disini begitu saja. Baru setelah ini, kita ke perbatasan Hegon"

Baihee menyetujuinya, lagipula mengurus izin peralihan pulau itu memerlukan stempel kekaisaran lain, terlebih meminta hak kebebasan mutlak. Dan selama menunggu, dirinya akan lebih memilih membuka usaha dibidang fashion terlebih dahulu, perihal kecantikan akan dirinya tunda hingga mereka tinggal di pulau tersebut agar tidak perlu bolak-balik dan lebih pentingnya, kekaisaran tidak mengendus perihal potensi alam dari pulau tersebut. Berbeda dengan usaha fashion, banyak pedagang kain dan penjahit dimanapun.

"Suamiku, aku ingin membuka usaha butik, apakah diizinkan?" tanya Baihee.

Hongli, "apakah kau melakukannya karena suka atau karena membutuhkan uang?"

Baihee, "aku memerlukannya untuk mematahkan rumor diriku yang tidak berguna dan pastinya aku ingin semua orang melihatku begitu pantas untuk jenderal ini atau bahkan membuat mereka berpikir bahwa betapa beruntungnya dirimu mendapatkan istri sepertiku" tepuk Baihee di dada sang suami.

Hongli "tidak perlu terlalu mendengarkan mereka tapi bila itu keinginanmu, aku tidak akan melarang dan mengekangnya. Katakan padaku bila kau memerlukan bantuan"

Baihee mengangguk cepat "saat ini aku memerlukan modal, walau aku memiliki hartaku sendiri, tampaknya akan lebih baik bila memanfaatkan suamiku yang kaya ini"

Hongli terkekeh dengan kejujuran Baihee "baiklah aku akan memberikan 10.000 koin emas, apakah cukup?"

Mata Baihee seketika berbinar cerah "sangat cukup. Jangan berani kau berubah pikiran atau menguranginya ya" ancam Baihee dengan mata menyipit.

Hongli mengecup puncak kepala Baihee "harta suami adalah milik istrinya"

Baihee tertawa senang "benar. Tapi harta istri tetaplah hanya milikku, ya?"

Hongli menggeleng dengan tawa kecilnya, tidak merasa keberatan.




To Be Continue

***

Hongli idaman gak sih? Aku sih yes >_<




See yaaa

Love yaaa~

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang