S2 - Part 68

2.7K 365 30
                                    

Di sebuah aula besar. Terlihat begitu banyaknya orang yang berkumpul, menduduki kursinya masing-masing, berdasarkan jabatan mereka.

Kaisar dan Permaisuri sendiri duduk di singgasananya, menanti pembahasan apa yang ingin didiskusikan oleh para pejabat ini.

Kaisar Haocun melirik pada Permaisurinya, yang sejak awal terlihat kuyu dan sayu.

Meski watak Permaisuri cukup keras. Haocun masih menghormatinya sebagai seorang istri dan menyayanginya karena telah melahirkan seorang putra baginya.

Jadi, ketika melihat istrinya ini semakin terlihat kurus sejak berita meninggalnya Pangeran Mahkota Guang Shan. Kaisar Haocun juga tak tega.

Ada sedikit berkat juga dari insiden ini. Yakni, Permaisurinya tidak begitu berambisi lagi. Dan bahkan tampak mampu menerima keberadaan Selir Agungnya dan putra putri lainnya.

Padahal yang tak Kaisar Haocun duga adalah ambisi Permaisuri terdorong pun karena dirinya yang menunjukan timpang kasih. Perlakuan Kaisar sendiri terhadap Permaisuri dan Selir Agung, sangat berbeda.

Hal tersebut membuat Permaisuri semakin dipojokkan oleh keluarga dan partai pendukungnya. Sehingga dirinya berusaha mempertahankan posisi sang putra agar tak dianggap Pangeran tak dianggap atau kasarnya adalah Pangeran buangan.

Tapi sekarang, putranya telah pergi meninggalkannya. Keluarga dan partainya pun mulai terlihat mengasingkan dirinya.

Tak sekali dua kali, Permaisuri dicibir karena tak memiliki keturunan lain selain Guang Shan.

Namun itu semua tak membuat Permaisuri sakit hati. Dirinya lebih sakit ketika menghadapi kenyataan dimana putranya telah tiada.

Mulanya Permaisuri mulai mencoba menerima takdirnya. Dirinya pun sudah lelah.

Sama seperti Guang Shan. Permaisuri pun hanya dianggap boneka.

Permaisuri sadar itu namun Permaisuri sadar bahwa dirinya masih memerlukan keluarga dan partainya agar dapat selalu berdiri disisi pria yang menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Kaisar Haocun.

Meski harus menginjak duri karena luka pengabaian sang suami. Namun, Permaisuri masih egois dan ingin memiliki Kaisar Haocun.

Meski hanya sebatas duduk berdampingan di Singgasana. Saling merangkul lengan di sebuah acara. Itu cukup menyenangkan bagi Permaisuri yang kehausan kasih sayang suaminya sendiri.

Dan untuk mendapatkan secuil kebahagiaannya itu, Permaisuri harus mempertahankan posisinya sebagai seorang istri sah Kaisar.

Kisah cinta Permaisuri begitu menyakitkan. Ini sebabnya pula, ketika melihat sang putra terlihat jatuh hati pada sosok Baihee. Permaisuri berusaha membantu. Lagipula Baihee memang sempurna.

Bukankah dunia begitu tak adil baginya dan putranya?

Permaisuri harus diduakan oleh kasih sayang Kaisar yang lebih memilih Selir Agungnya.

Lantas, apakah salah bila Permaisuri marah dan tak terima bila cinta putranya pun harus sebelah tangan?

Selir Agung sudah mendapatkan sosok pria sempurna seperti Kaisar Haocun.

Tak bisakah putranya juga mendapatkan sosok sempurna seperti Baihee? Darisinilah, Permaisuri menekankan bahwa yang cocok dengan sosok cerdas dan cantik seperti Baihee adalah putranya, Pangeran Mahkota Guang Shan.

Tapi miris. Seberapa keras Permaisuri berjuang. Takdir tampak mempermainkan hidupnya dan putranya.

Apakah darah Permaisuri terkutuk hingga tak pernah mendapatkan 'rumah' yang menerimanya dengan sepenuh hati? Dan bahkan tidak diizinkan bersama seseorang yang mampu menghangatkan hatinya?

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang