Part 61

7.5K 1.3K 66
                                    

"Pastikan kalian semua meminum ini tiga kali sehari dan ini akan ku berikan masing-masing satu sabun untuk kalian gunakan saat membersihkan diri. Cara penggunaannya..." Baihee terus menginformasikan kepada seluruh penduduk local Lioth perihal meminum rebusan air daun jambu yang telah dirinya campur dengan sedikit air mata Phoenix dan juga membagikan sabun buatannya yang telah dicampur dengan air dari danau abadi miliknya.

Bila saja ada larutan alcohol, pastilah Baihee menggunakan itu namun karena jaman sekarang belum mengenal alcohol, Baihee hanya mampu menggunakan air magis dengan harapan dapat membantu kesembuhan penduduk Lioth.

"Dimohon jangan menggaruk kulit meskipun gatal, tahanlah meski sulit. Bila terlalu sulit menahan rasa gatalnya, kalian bisa berendam dengan cara seperti tadi. Campurkan garam laut dalam air basuh kalian." Lanjut Baihee.

"Tapi nyonya, garam laut kami sudah habis tak bersisa." Jawab salah seorang wanita paruh baya yang menggendong anak perempuannya yang masih kecil.

Baihee terdiam sejenak. "Apa disini ada jahe?"

Para wanita dan gadis disana menggeleng. "Jahe adalah salah satu rempah dari timur yang cukup mahal harganya, kami tak memiliki bibitnya untuk ditanam."

"Hmmm." Baihee memejamkan matanya untuk mengingat resep tradisional apa lagi yang bisa membantu pengobatan cacar air. "Ah! Bagaimana dengan jeruk nipis atau daun mimba?"

"Kalau itu ada, nyonya. Setiap rumah kami memiliki satu pohon jeruk nipis karena untuk mencuci alat makan dan peralatan masak."

"Rumah saya menanam pohon mimba."

Baihee tersenyum cerah. "Kalau begitu untuk yang memiliki jeruk nipis, kalian bisa melarutkan perasan jeruk nipis ke dalam air mandi kalian. Untuk daun mimba pun sama tapi perlu di tumbuk lebih dahulu. Keduanya bermanfaat sama seperti garam laut untuk penyakit ini."

"Tapi, benarkah kami akan sembuh, nyonya? Kami sudah tidak kuat dengan keadaan ini. Kami sudah miskin kenapa harus mengalami musibah seperti ini juga." seorang nenek menangis dengan tatapan pilu menatap Baihee.

Tanpa ragu, Baihee mendekat dan memeluk nenek itu. "Jangan khawatir, hanya tiga hari, bila kalian rutin dengan arahanku, kalian akan sembuh. Mungkin akan meninggalkan bekas karena sebelumnya kalian sudah garuk hingga menimbulkan infeksi, tapi perlahan bekasnya dapat menghilang. Aku menjamin kesembuhan kalian."

Mereka semua merasa tersanjung dan terharu karena Baihee sama sekali tak jijik dan bersikap begitu ramah. Mereka akan menaruh harapan terakhir kalinya untuk kesembuhan mereka. Mereka sudah tidak tahan hidup terisolasi seperti tahanan.

Setelah bertukar pikiran perihal apa yang boleh dan tak boleh di lakukan. Baihee akhirnya dapat beristirahat. Namun baru hendak menginjak kakinya untuk memasuki kediaman singgah sang suami, Baihee melihat seorang perempuan dengan hanfu serba putih. Terlihat cantik namun aura tegas begitu melingkupi dirinya.

Mata Baihee menelisik sebelum memilih mendekatkan diri pada sosok perempuan itu. "Salam, apakah nona yang bernama nona Qi?" salam Baihee sembari bertanya perihal identitas perempuan cantik yang tak tertular penyakit cacar air itu.

Perempuan itu menoleh dan tersenyum begitu anggun, membungkuk kecil, bersikap hormat pada Baihee. "Salam. Benar, perkenalkan saya adalah Qi Qian Qu. Bila boleh saya menebak, anda adalah nyonya Han, istri Jenderal Han?"

Dengan senyuman, Baihee mengangguk. "Nama yang cantik seperti nona. Mari berbincang di dalam." Baihee mengajak Qi Qian Qu masuk.

Meski rumah singgah Hongli kecil, namun masih ada bilik penyekat dimana memisahkan antara ranjang dan tempat duduk untuk menerima tamu.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang