Suara derak kaki kuda terus menggema di kegelapan malam. Suara lolongan serigala liar, sama sekali tidak menghentikan lajuan kuda yang ditunggangi oleh sepasang manusia berbeda gender itu.
"Sebenarnya kemana kita akan pergi, Chao?" Suara lemah Bai Rong mengalun di keheningan malam yang mengerikan di hutan itu.
Chao yang duduk di belakang Bai Rong sembari memegang tali kekang kuda, tidak mengalihkan tatapannya pada pemandangan depan. Memastikan agar mereka tidak menabrak pohon ataupun berpapasan pada binatang buas.
Chao, "ke tempat yang nona inginkan. Tempat dimana tidak ada yang mengenali nona dan berakhir mampu membuat hidup baru."
Bai Rong mendongak memiringkan kepalanya dan sedikit mendongak untuk melihat wajah Chao. "Benarkah ada tempat seperti itu?"
Chao, "ada. Sebaiknya jangan banyak bicara karena semakin berisik akan semakin mengusik binatang buas. Langkah kuda saja pasti sudah mengganggu tidur mereka."
Bai Rong akhirnya menutup mulutnya karena dirinya sadar bahwa kini hanya dapat bertumpu pada Chao.
Bila Bai Rong masih pada karakter dan keegoisannya yang tinggi, pastilah mendapatkan kalimat tak sopan dari Chao, akan membuatnya memaki dan mengamuk. Tapi kini Bai Rong harus sadar diri, bahwa dirinya bukan siapa-siapa lagi. berkelahi dengan Chao, hanya akan merugikannya.
Sembari diam, Bai Rong yang menatap kembali ke depan, memikirkan percakapan terakhirnya dengan sang ayah.
Melihat betapa ayahnya menatapnya dengan penuh kecewa, itu cukup menyentil perasaannya.
Bai Rong sangat menyayangi ayahnya. Itu sebabnya Bai Rong sangat ingin mendapatkan kasih sayang Bai Xue.
Bai Rong tahu bahwa Bai Xue menyayanginya. Hanya saja Bai Rong terlalu serakah karena kapasitas sayang Bai Xue lebih tertuju pada Baihee. Bai Rong iri dan egois ingin kasih sayang Bai Xue hanya tertuju padanya.
Ya, Bai Rong sesayang itu dengan Bai Xue karena hanya Bai Xue yang benar-benar tampak tulus ketika berbicara padanya. Bahkan ibunya sendiri saja tidak. Ibunya lebih kepada mengarahkan dan mendiktekan segala sesuatunya, sesuai keinginannya. Ibunya selalu mendoktrinnya agar agresif merebut posisi Putri Mahkota.
Akibat rasa iri Bai Rong, Bai Rong pun memiliki pemikiran sejalan dengan ibunya. Dan inilah mula semuanya terjadi.
Beberapa jam lalu. Ayahnya hanya memberikan pelukan singkat dan menitipkan keselamatannya pada Chao. Ayahnya juga menjanjikan pada Chao bahwa seluruh keluarga Chao akan dibiayai oleh Iger. Jadi, Chao tidak perlu khawatir bila harus pergi bersama Bai Rong.
Tidak ada pemberian sekantong emas.
Tidak ada perbekalan makanan.
Chao dan Bai Rong hanya keluar dengan pakaian sederhana dan seekor kuda.
Tapi kali ini Bai Rong tidak impulsif menyimpulkan. Justru Bai Rong mampu melihat bahwa Bai Xue hanya sedang mendidiknya. Seperti wejangan singkat yang sudah Bai Xue utarakan sendiri.
Karena bila Bai Xue benar-benar tidak peduli padanya. Bai Xue tidak akan mungkin meminta Chao untuk ikut pergi bersamanya dan bahkan tetap menjaganya.
Meski hatinya takut tak akan mampu melewati hidup dengan baik tanpa harta. Tapi Bai Rong juga penasaran dengan hidup tanpa belenggu intrik istana.
Bai Rong tahu bahwa keputusannya pergi seperti ini pasti akan membuat ibunya sedih. tapi Bai Rong sudah tidak sanggup lagi. Salah. Bai Rong sudah tidak ingin lagi.
Bai Rong juga tahu bahwa bila mengetahui dirinya pergi, ibunya pasti akan mengerahkan seluruh prajurit miliknya untuk mencarinya. Tapi Bai Xue menjanjikan akan membantu perihal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
Viễn tưởngMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...