S2 - Part 2

7.3K 999 60
                                    

Kedatangannya di tambang emas miliknya, membuat beberapa orang meninggalkan pekerjaannya, demi untuk menyambut Baihee. Sekaligus untuk memberikan laporan perihal penambangan maupun rumah produksi.

"Apa sejauh ini ada masalah?" tanya Baihee ketika melihat raut ragu dari tuan Cheng.

Cheng Yun mengangguk. "Beberapa minggu lalu, penjaga gerbang mendapati beberapa orang yang bersikeras ingin masuk. Alasannya karena ingin melihat apa yang ada di dalam."

"Bukankah itu melanggar privasi?" Alis Baihee bahkan sampai bertaut karena berpikir ke ingin tahuan orang lain yang cukup mengusik.

Cheng Yun, "benar, tapi yang menjadi masalah adalah mereka mengatakan bahwa mereka adalah utusan dari keluarga nyonya. Mereka bahkan mengancam akan datang kembali dengan membawa surat hukuman dari Raja Iger, karena bersikap tidak sopan pada anggota kerajaan."

Kali ini raut wajah Baihee mendatar. Dirinya baru saja menganggap keluarga lamanya itu terlalu tenang. Tapi tenyata mereka bergerak dengan mencoba mengusik bisnisnya. Baihee yakin bahwa mereka pasti tidak puas karena Baihee mendapatkan tambang emas sebagai hadiah dari Kaisar dan ingin mencoba memilikinya? Sungguh tak tahu malu.

Baihee, "jangan khawatir. meskipun mereka berhasil membawa surat dari Raja. Mereka harusnya sadar diri bahwa tambang ini berada di luar kekuasaan Kerajaan Iger. Ini sudah masuk bagian Kekaisaran Henix dan mereka tidak berhak ikut campur sekalipun berkata bahwa mereka adalah keluargaku. Kedepannya jangan sungkan untuk mengusir mereka lebih kasar lagi, aku akan memastikan keamanan kalian. Tapi untuk berjaga-jaga, aku akan membuatkan surat pernyataan yang telah ku bubuhkan cap resmi Putri Mahkota agar mereka tidak semena-mena."

Cheng Yun mengangguk dengan senyum kepuasan atas keputusan Baihee. "Baik, nyonya. Terimakasih."

Baihee, "kalian bekerja padaku, aku pasti menjamin keselamatan kalian. Bersyukur tempat ini telah terlindungi rune sihir yang tinggi. Bila keadaan mendesak, jangan hiraukan mereka dan berdiri lah di dalam rune agar mereka tidak dapat melukai siapapun."

Cheng Yun, "baik, nyonya."

Setelah laporan perihal kasus kecil itu. Baihee langsung mengecek seluruh proses penambangan hingga tahap pencetakkan emas.

Merasa semuanya sudah aman dan berjalan sesuai harapan. Baihee memilih kembali pulang.

Setibanya di kediaman, Baihee tidak langsung istirahat melainkan meminta ketiga ksatrianya berkumpul kembali. Baihee merasa perlu melakukan sesuatu untuk keamanan seluruh bisnisnya.

"Aku tak akan berbasa-basi karena ini sudah cukup malam. Aku ingin tahu apa di jaman ini sudah ada Meriam?"

Pertanyaan Baihee membuat Chen, Jun, dan Kai membelalakan matanya. "Nyonya tidak berniat memulai perang, bukan?" Reflek Kai melontarkan pertanyaan konyol itu.

Melihat reaksi ketiga ksatrianya, itu cukup menghibur Baihee yang tengah berpikir keras demi keamanan seluruh usahanya itu. "Pertanyaanmu itu cukup menjadi jawaban bagiku. Berarti ada ya. Hmm, apa bulatan yang ditembakan itu dari bubuk mesiu?"

Kali ini raut wajah ketiganya semakin aneh.

"Sejak kapan Meriam menggunakan bubuk mesiu? Dan apa itu mesiu, nyonya?" Kali ini Jun berpartisipasi dalam perbincangan.

Mata Baihee sontak melotot dan dalam sekejap berubah bingung. 'Sial! Aku tidak pernah pandai sejarah. Sebenarnya kapan Meriam versi bubuk mesiu ada? Ahh apapun itu, aku harus merahasiakan kemampuan bubuk mesiu. Tapi aku akan memanfaatkannya untuk tameng pelindung negaraku nanti dan pastinya seluruh lokasi bisnisku.'

"Lupakan. Lalu dengan apa Meriam di tembakan? Dan apa yang keluar? Maksudku serangannya seperti apa?" Alih Baihee.

Jun, "tentu saja dengan sihir, nyonya. Kami akan membentuk sihir kita menjadi bentuk padat dan dengan bantuan Meriam, jarak serangan sihir kami akan lebih jauh. Perihal yang keluar apa, sudah jelas sihir juga. Sama seperti serangan langsung, yang membedakan hanya jarak jangkauan saja. Itu sebabnya Meriam biasanya digunakan hanya ketika berperang."

Baihee mengangguk dengan pose berpikir. "Lalu apa ada senapan juga?"

Chen, "apa itu senapan, nyonya?"

Baihee, "hampir seperti Meriam tapi dengan bentuk yang cukup digenggam tangan."

Ketiganya langsung menggeleng karena memang tidak ada. Disinilah Baihee menyadari bahwa ketika bertarung di jaman ini, hanya menggunakan kemampuan sihir dan pedang. Masih belum masuk jaman dimana senapan telah digunakan.

Tidak, Baihee tidak berniat membuka ladang usaha di bagian senjata api. Karena itu akan merusak dunia yang indah ini. Namun, bukan berarti Baihee tidak ingin membuatnya. Baihee hanya akan membuat khusus untuk wilayah kekuasaannya nanti, demi menjadi yang terkuat dan tak mudah di jajah. Baihee membuat demi pertahanan namun bila keadaan mendesak, tentunya menjadi serangan mematikan.

Baihee bukan orang pasrah dengan ancaman pihak luar yang mencoba mengusik ketentramannya. Tidak ada seorangpun yang boleh mengusik segala hal yang menjadi miliknya tanpa izin.

"Baiklah. Sepertinya cukup untuk diskusi kita ini. aku harus merincikan rencana yang ada di kepalaku terlebih dahulu." Baihee memilih mengakhiri karena dirinya perlu mengasah otak untuk merancang pertahanan benteng di pulau terlebih dahulu.

Meski masih penasaran namun Chen, Jun, dan Kai memilih bungkam dan mengikuti perintah Baihee untuk menyelesaikan diskusi tanpa tujuan dan hasil itu. Setidaknya, itulah yang berada dipikiran mereka.

***

Sembari menggunakan skincare buatannya, Baihee terus berpikir perihal dirinya yang kini tak dapat lagi terlalu bersantai.

Selain bisnis, Baihee merasa perlu memiliki kemampuan bela diri. Sebenarnya secara teori dan belajar sendiri itu sudah namun belum praktek bersama lawan sesungguhnya. Sihir pun tak punya selain kemampuan duplikasinya. Tapi bagaimana bila diserang diam-diam? Meski memiliki sisik naga. Mengasah ketrampilan sendiri, tidak buruk juga.

Menjadi Putri Mahkota cukup mengancam keamanannya. Bahkan sudah tiga kali dalam seminggu ini, Chen, Jun, atau Kai, berhasil meringkus pembunuh bayaran yang telah terikat kontrak darah kesetiaan.

Sesungguhnya Baihee tahu dari membaca pikiran, namun itu tak dapat dijadikan bukti. Jadi, yang dapat dirinya lakukan adalah berlatih menjadi lebih kuat.

Bila dirinya merasa tak mampu mengasah diri sebegitu kuat. Maka dirinya akan membuat senjata perlindungan sendiri sesuai keahliannya.

Racun.

Tapi tetap saja membutuhkan media untuk racun-racun tersebut.

Mata Baihee tak sengaja melihat ke arah satu kotak kecil di meja riasnya. Seketika matanya berbinar karena menemukan ide cemerlang.

Jarum.

Jarum yang akan menjadi media racun itu sendiri dan Baihee akan menggunakan gerakan serangan berpedang namun bukan mengibas pedang, melainkan berlatih melempar jarum dengan akurat.

Baiklah. Baihee telah memutuskan bahwa esok hari, dirinya akan fokus di gua dimensi untuk membuat dan mempelajari beberapa hal.

1. Sarung tangan anti racun

2. Saku khusus penyimpanan jarum-jarum beracun, yang cukup di sampirkan dalam pakaian. Mudah dibawa namun tersembunyi. Tentunya mudah diraih.

3. Mencari dan mempelajari buku tentang titik meridien yang mampu melumpuhkan.

Sebagai seorang dokter kecantikan kulit secara tradisional. Memegang jarum bukan hal asing lagi. Karena Baihee gunakan untuk akupuntur. Namun titik akupuntur yang dipelajari hanya seputar kecantikan dan kesehatan kulit, bukan pengobatan lain apalagi pembunuhan.

Ya, meski Baihee tidak memiliki sihir dan cukup berat juga malas untuk mengangkat pedang. Jarum adalah yang paling tepat untuk seorang dokter sepertinya diluar kemampuan berduplikasi.



To Be Continued

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang