~Baihee's POV~
Aku masih ingat rasanya 'melahirkan' anak-anakku.
Sakit.
Aku bahkan tak dapat melupakan rasa sakitnya ketika perutku dirobek tanpa anastesi. Rasa itu jelas tak mungkin dapat ku lupakan.
Ya. Tapi aku tidak menyesal. Akhirnya aku mampu melahirkan anakku dengan selamat.
Kembar.
Meski kala itu mataku hampir terpejam, namun kekuatanku sebagai seorang ibu jelas melihat bahwa anakku terlahir kembar.
Kedua bayi merahku keluar tanpa tangisan yang sempat membuatku ketakutan.
Tapi lagi, mataku yang masih bertahan akhirnya menemukan tanda kehidupan pada bayi-bayiku.
Aku lega.
Dan akhirnya aku mempasrahkan keadaanku pada semesta.
Lalu sekarang dimana aku?
Kenapa aku mengambang disini?
Sepanjang mataku memandang, hanya ada warna putih dan ini semua seolah tak berujung.
Aku hanya mampu terdiam ditempatku saat ini karena aku memang tak dapat menggerakan anggota tubuhku.
Apakah ini alam kematian?
Apakah sungguh sedamai ini?
Apakah perjuanganku hanya sampai dimana aku melahirkan anak-anakku?
Bolehkah aku menangis sekarang?
Meski aku lega telah berhasil melahirkan mereka namun ada rasa tak rela ketika aku tak dapat merasakan tubuh mungil mereka dalam dekapanku.
Kenapa nasibku seperti ini?
Apa aku ditakdirkan untuk tidak memiliki anak?
Apa aku setidak layak itu untuk merawat mereka?
Aku mulai merasa putus asa. Bisakah aku memeluk buah hatiku sebelum aku benar-benar pergi?
"Ibu."
Hm? Mengapa aku mendengar suara anak kecil?
Mataku terus berputar, mencari.
Namun nihil. Hanya ada hamparan putih tak berujung disini.
"Ibu."
Aku tidak salah mendengar. Aku mendengarnya. "Siapa itu?" Balasku dengan berteriak di ruang hampa ini.
"Ini kami, ibu."
Lalu tiba-tiba aku melihat dua cahaya mendekatiku. Ketika semakin dekat, aku melihat jelas bahwa cahaya tersebut ternyata seekor naga.
Salah. Bukan seekor, melainkan dua.
Anehnya aku sama sekali tak merasakan takut dan bagiku, mereka sangat menggemaskan. Mereka tampak lucu dan kecil.
"Kalian yang memanggilku?" Aku mencoba bertanya pada kedua makhluk yang mirip dengan sosok naga putih kala itu. Hanya ukurannya yang berbeda.
"Ya! Kami anak ibu." Satu naga putih kecil berputar mengelilingiku.
Alisku sontak mengerut. Aku masih ingat bahwa bayiku manusia. Sebenarnya apa ini?
Melihat raut bingungku. Salah satu naga putih yang hanya terbang di depanku pun akhirnya berhenti tepat di depan wajahku. "Kita pindah dulu ke gua dimensi ayah."
Setelah berucap demikian. Hamparan putih ini tiba-tiba retak dan reflek aku meraih dan memeluk kedua naga kecil itu. Mengantisipasi bila retakan itu berupa serpihan kasar yang mampu melukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasíaMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...