Baihee menggigit bibirnya berusaha memutar otak akan apa yang harus dilakukannya. Karena ketentuan kantung ruang itu sudah mutlak. Dan benda penting itu tidak untuk perjual belikan.
Jing Mi sebenarnya bercerita bahwa bisa saja dirinya membuat untuk diluar darah Wigon. Namun, dirinya telah bersumpah bahwa tidak akan pernah membuatkan dimensi ruang pada orang diluar keturunan Wigon asli.
Alasannya karena dulu para penyihir ruang dibantai karena keserakahan banyak pihak yang berusaha memanfaatkan mereka untuk hal tidak baik. Namun para penyihir ruang menolaknya. Hingga terjadilah bentrokan itu. Bahkan kedua orangtua Jing Mi harus menjadi korban.
Karena insiden berdarah itu, seluruh penyihir ruang habis tak bersisa, sedangkan Jing Mi yang kala itu masih bayi, berhasil diselamatkan ibunya dengan ide gilanya, memasukkan Jing Mi ke ruang dimensi milik Permaisuri Wigon kala itu.
Jing Mi hampir mati karena ruang dimensi tidak diperuntukkan makhluk hidup. Bersyukur Permaisuri Wigon saat itu mendengar lirihan bayi Jing Mi dan tergerak untuk memeriksa kantung ruangnya.
Betapa terkejutnya Permaisuri mendapati sesosok makhluk kecil di dalamnya. Permaisuri menduga bahwa sosok pembuat kantung ruang miliknya lah yang melakukan hal tersebut.
Meski bingung, Permaisuri merawat Jing Mi dengan baik hingga sebuah informasi pembantaian para penyihir ruang membuat Permaisuri tersadar seketika.
Bayi dalam gendongannya pastilah salah satu keturunan penyihir ruang. Oleh sebab itu, keberadaannya hingga sekarang, disembunyikan dan Jing Mi diminta bersumpah hanya boleh memberitahukan dan membuat kantung ruang pada para keturunan Wigon saja. Bukan bermaksud serakah, namun justru demi keselamatan Jing Mi sendiri.
Jing Mi tumbuh bersama Yi Ze, Pangeran Mahkota Wigon kala itu, yang tak bukan adalah Kaisar Wigon masa kini. Itu sebabnya mengapa Jing Mi cukup akrab dengan keluarga kerajaan Wigon. Karena Jing Mi sudah dianggap seperti keluarga meski tidak tercatat seperti itu.
Sebenarnya, dengan keberadaan kantung ruang, semua orang juga mengetahui bahwa masih tersisa seorang penyihir ruang. Namun, mereka kesulitan mencari karena Kekaisaran Wigon melindunginya. Dan para manusia serakah itu, tidak berani bersinggungan dengan Kekaisaran Wigon.
"Apa yang membuat keningmu berkerut seperti ini? Bahkan bibirmu terluka?" Hongli mengusap bibir Baihee agar menghentikan kegiatan menggigit bibirnya itu.
Baihee yang tengah berkecamuk dengan pikirannya langsung memilih menceritakan beban permasalahan yang dirinya alami.
Hongli mengelus kening Baihee lembut. "Mengapa harus berpikir begitu keras? Jika memang kantung ruang hanya dapat digunakan oleh para keturunan Wigon. Maka, cari dan pekerjakanlah para pemimpin cabang yang masih keturunan Wigon."
Baihee menatap Hongli bingung. "Wigon sudah sangat makmur. Untuk apa rakyat Wigon bekerja untukku? Mereka pasti enggan meninggalkan Wigon, hanya demi aku, kan?"
"Kamu pikir, Semua keturunan murni Wigon hanya tinggal di Kekaisaran Wigon?" Kekeh Hongli.
Baihee, "hm? Lalu?"
Hongli menggelengkan kepalanya. "Sudah banyak para keturunan Wigon yang hidup berkelana di wilayah orang lain. Meski tanah Wigon sangatlah makmur. Masih banyak orang yang tetap ingin keluar dari zona nyamannya. Entah untuk pengalaman hidup ataupun menemukan tambatan hatinya."
Baihee menepuk dahinya sendiri. Benar apa kata suaminya. Mengapa dirinya tidak terpikirkan hal tersebut. "Kamu benar. Tapi bagaimana cara kita mengetahui asal usul mereka yang berdarah Wigon atau tidak? Karena tidak mungkin kita secara jelas membuat syarat bahwa hanya pemilik darah Wigon yang boleh melamar pekerjaan, bukan?"
Hongli, "biarkan saja mereka semua melamar. Nanti aku akan membantu mencari data mereka di pencatatan sipil. Mereka lahir dimana dan darimanakah kota kelahirannya, sejak kapan datang ke Kekaisaran Henix, intinya jawaban-jawaban yang menginformasikan asal usulnya."
Mata Baihee seketika berbinar cerah. "Kamu memang suami terbaik!" Tanpa malu, Baihee mengecup pipi Hongli. Membuat sang empu tersenyum sangat tampan.
"Baiklah, oleh sebab itu, kedepannya cobalah untuk mengandalkanku." Hongli senang bila sang istri mengandalkan dirinya. Sangat senang!
Baihee mengangguk mengiyakan dan langsung memeluk erat Hongli.
Hongli, "oh iya, jadi kapan kamu akan membantu mengurus Gunung Putih?"
Baihee, "dua minggu lagi aku akan kesana dengan membawa rancangan produksi dan peralatan yang dibutuhkan. Aku masih perlu berdiskusi dengan para pandai besi untuk membuat peralatan yang belum ada. Dan semoga aku berhasil membuatnya."
Hongli, "pasti berhasil. Kamu itu hebat."
Baihee menyipitkan matanya. "Kamu memang manis sekali berbicara. Tapi aku sedang cukup sedih." Lalu merubah wajahnya menjadi murung.
Kalimat itu langsung membuat Hongli menunduk untuk melihat Baihee yang lebih pendek darinya. "Kenapa? Apa yang membuatmu sedih?"
Baihee menghela nafas berat sebelum akhirnya menguraikan pelukannya.
Alis Hongli terangkat bingung dengan gerakan Baihee yang terus mundur sembari mulai membuka tali hanfu nya lalu melepaskan kain pakaiannya, selapis demi selapis.
Ketika pakaiannya terbuka sempurna, langkah Baihee berhenti. "Lihatlah perutku bergelambir. Meski aku sudah berendam dengan air danau suci dan bahkan air mata Phoenix. Perlu waktu lama untuk memperbaiki bentuk perutku ini." Baihee menunduk sedih menatap perutnya.
Setiap Baihee hendak mandi, ada perasaan was-was dimana sang suami akan jijik melihat bentuk tubuhnya. Itu sebabnya Baihee menggunakan kain kencang untuk difungsikan sebagai korset.
Berbanding dengan kekhawatiran Baihee yang tak mendapat respon apapun dari sang suami. Hongli justru dibuat memerah dan kepanasan.
Bisa-bisanya Baihee membuka seluruh pakaiannya dengan santai seperti itu di depannya?
Di mata Hongli, Baihee tetap cantik, menarik, dan pastinya, mampu menggoda jiwa prianya. Peduli apa persoalan perut Baihee? Istrinya seperti itu karena berjuang mengandung dan melahirkan.
Justru di mata Hongli, kecantikkan Baihee tak ada bandingannya lagi.
Baihee yang salah paham dengan keterdiaman Hongli, menunduk sedih. Karena malu dengan dirinya sendiri, Baihee langsung berbalik badan dan memunggungi Hongli.
Hongli semakin meneguk ludahnya kasar saat melihat betapa sintal dan bulatnya bongkahan bawah Baihee.
Sebelum Hongli bergerak ganas, Hongli mencoba menghitung terlebih dahulu dalam pikirannya. Sudah berapa lama waktu berlalu pasca Baihee melahirkan. Hal ini akan mempengaruhi keputusan Hongli dalam metode terkamannya.
Perlukah berlaku lembut atau boleh sedikit kasar.
Otak Hongli melalang buana hingga tanpa sadar ternyata kakinya sudah bergerak melangkah, mendekati Baihee.
Bertepatan dengan jarak yang semakin sempit. Hongli akhirnya berhasil memutuskan bahwa dirinya sepertinya akan berlaku sedikit kasar. Ya, sedikit. Semoga saja.
"Apa istriku tengah menggodaku saat ini?" Suara serak Hongli, mengalun seduktif, tepat di samping telinga Baihee yang langsung terkejut.
"Hah?" Reflek Baihee melongo bingung. Bukankah Hongli ilfeel padanya? Tapi kenapa tampaknya Baihee salah? Dan rumitnya, kini bulu kuduk Baihee meremang dan merasa bahwa dirinya akan dimangsa.
Benar saja. Baru saja Baihee berbalik badan, bibir Baihee langsung disambar brutal oleh sang suami.
Baiklah. Ternyata Baihee hanya salah berprasangka. Dan kini Baihee harus melayani sang suami yang sudah berpuasa berbulan-bulan.
Semoga saja bayi kembarnya tidak merengek dalam waktu dekat atau Hongli pasti akan 'menderita'.
To Be Continued
***
Holaaa~ Kangen Baihee? Baru 3 hari lalu lah update hehehe.
Tapi hari ini kalau Like and Commentnya banyak. aku double update deh >_<
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasíaMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...