S2 - Part 52

5K 709 43
                                    

Di suatu ruang mewah di Kerajaan Iger, dua manusia tengah berlutut dengan darah mengalir di kepala mereka. Bahkan terlihat wajah mereka yang penuh lebam akibat pukulan benda tumpul.

Hal tersebut terjadi karena majikan mereka menjadikan mereka samsak hidup akibat tidak berhasil memuaskan keinginan sang majikan.

"TIDAK BERGUNA!!! KALIAN SAMPAH!!!"

Dengan murka dan seolah belum puas, Ma Rong Yi terus memukul tubuh tak berdaya dua bawahannya yang diberikan misi menyusup ke Dreamland.

Rong Yi tidak terima bila dirinya tak mendapatkan informasi apapun selain keberadaan lumpur pelebur, benteng kokoh, meriam dan gerbang tinggi.

Yang Rong Yi inginkan adalah apa yang berada di balik gerbang itu sendiri. Hal yang membuat Baihee dapat membangun begitu megah pulau yang dianggap mati.

Tambang?

Harta karun?

Apapun itu, Rong Yi merasa bahwa Baihee tidak pantas mendapatkan itu. Terlebih setelah semua yang menimpa dirinya dan putrinya.

Tongkat kayu dalam genggaman Rong Yi masih terus melayang, menghantam dua tubuh yang tampak sudah akan sekarat.

Terlihat yang perempuan bahkan sudah dalam posisi bersujud dengan kepala terjerembab di lantai. Matanya sudah sayu-sayu seolah hanya beberapa tarikan nafas lagi, dirinya akan segera meninggalkan kehidupannya.

Rekannya yang laki-laki pun sudah hampir tersungkur namun pertahanan tubuhnya sebagai seorang pengangkut barang dan pembajak sawah, lebih kuat. Meski kini sikap berlututnya sudah tak sempurna lagi.

KRAK

Tongkat kayu Rong Yi patah, bersamaan dengan pemuda bawahannya itu terbatuk darah dan kini sudah kejang-kejang.

Tampaknya pukulan terakhir Rongyi, berhasil menghantam kepala belakang dekat leher pemuda tersebut.

Bukannya panik ada calon mayat. Rong Yi justru melempar kasar tongkat kayunya dan menendang dan menginjak dua budaknya tersebut.

"Begini saja kalian mati? Baguslah! Aku tidak perlu repot-repot memikirkan kehidupan keluarga kalian. Dan kalian cukup dilemparkan pada binatang buas hingga diterkam tak bersisa."

Melihat aliran kental berwarna merah mulai menggenangi tubuh dua budaknya. Mimik wajah Rong Yi justru mengernyit jijik. "Ck! Darah jelata kalian sudah mencemari kediamanku. bahkan kematian saja tak cukup untuk kalian mengganti ruginya."

"Gong! Buang mayat mereka ke hutan. Pastikan hutan yang memiliki banyak monster agar mayat mereka segera tak bersisa." Rong Yi bersuara dan memerintah ksatria bayangan miliknya.

Dengan patuh, sosok pria dengan banyak bekas luka yang telah mengering di wajah dan tubuhnya itu langsung keluar dari wilayah tergelap di sudut ruangan dan menunduk tanpa suara sebagai salam dan kepatuhan.

Tanpa berbicara, sosok laki-laki bernama Gong tersebut langsung menggunakan kemampuan sihirnya untuk memindahkan mayat tersebut ke lokasi yang diinginkan oleh sang majikan.

Rong Yi hanya mendengus melihat kemampuan Gong. Dirinya tahu bahwa Gong adalah ksatria yang cukup hebat dan bahkan memiliki sihir mantra teleportasi.

Sihir mantra sendiri berbeda dengan sihir bawaan lahir. Sihir mantra adalah mereka yang mempelajari sihir dengan mantra dan pola sihir.

Tidak memerlukan Qi dan hanya perlu kepandaian ingatan, kecepatan menghafal, dan ketepatan melafal.

"Kau memiliki kemampuan teleportasi tapi kau bahkan tidak dapat memindahkan dirimu sendiri untuk menyusup ke pulau mati itu." Cibir Rong Yi tak menghargai kemampuan ksatrianya.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang