S2 - Part 38

6.5K 978 78
                                        

Chen, "mohon maaf, merekrut untuk pekerjaan apa, nyonya?"

Baihee, "hmm, sebenarnya aku sedikit bingung. Apakah ini terkategori merekrut atau tidak. Mungkin aku memerlukan saran darimu. Kamu tahu, bukan? Bahwa Dreamland sudah selesai dibangun. Kita hanya kekurangan penghuninya..."

"... Aku ingin kamu menginformasikan pada rekan maupun kenalanmu yang mungkin gemar berpetualang. Beritakan pada mereka bila melihat seseorang yang kiranya tidak mampu tapi memiliki bakat atau meskipun tak berbakat tapi pekerja keras, tawarkanlah untuk pindah ke Dreamland."

Chen mengangguk kecil. Dirinya sudah mengerti maksud dari keinginan majikan perempuannya ini. "Bila begitu, tidak perlu mencari pekerja baru. Saya yakin bahwa rekan-rekan saya pasti bersedia membantu. Lagipula, ini bukan seperti mencari seseorang secara khusus."

Baihee terdiam sesaat sebelum mengangguk kecil, menyetujui pemikiran Chen. "Baiklah. Tapi pastikan untuk menawarkan pada mereka yang memang tidak terdaftar pada catatan sipil pemerintahan. Karena aku tidak ingin dianggap memicu perang dengan mengambil rakyat wilayah lain."

Di jaman kuno seperti sekarang, masih banyak rakyat yang tidak tercatat di catatan sipil. Contohnya para budak yang belum dibeli atau mereka yang berasal dari keluarga yang salah satu anggotanya dihukum pengasingan, seperti kasus Libetian.

Ada juga kalangan orang miskin yang hidup dengan rasa kasihan orang lain. Mereka biasanya berasal dari rumah budak yang melarikan diri atau memang memilih untuk melepaskan diri.

Rumah budak sendiri bukanlah berbentuk sebuah rumah semata, melainkan sebuah kelompok besar yang didanai oleh beberapa pejabat dan bangsawan untuk menampung para calon budak. Di rumah budak, mereka akan diberi makan meski tidak begitu layak. Setidaknya mereka tidak kelaparan.

Mereka yang bernaung dalam rumah budak, harus siap bila sewaktu-waktu ada yang ingin membeli mereka, entah untuk apa tujuannya.

Inilah yang membuat banyak orang memilih melarikan diri atau melepaskan diri dari rumah budak. Mereka lebih memilih hidup di jalanan dan mengemis, daripada mereka hidup dalam kegundahan, sosok seperti apa yang akan membeli mereka tanpa mereka mampu menolak.

Nah, mereka lah sasaran Baihee. Orang-orang yang tidak terdaftar. Sehingga bila mereka pergi dari suatu wilayah pun, tak akan ada yang peduli.

Meski Baihee sadar bahwa kelak dirinya akan bersinggungan dengan para pemilik rumah budak. Mereka pasti akan secara perlahan kehilangan para calon budak mereka, yang akan menjadi sumber uang mereka. Kecuali bila mereka sukarela mengeluarkan segelontor uang lagi untuk mendaftarkan para calon budak kepada catatan sipil dan meng klaim bahwa merekalah pemilik para calon budak itu.

Tapi apa peduli Baihee? Baihee hanya menawarkan hidup yang lebih baik dan manusiawi. Tentunya dengan imbalan tenaga mereka untuk bekerja.

Seluruh rencana bisnis Baihee tentu tidak akan berjalan tanpa adanya orang yang bekerja memproduksinya.

Jadi, sama-sama saling membutuhkan dan menguntungkan.

"Baik, nyonya. Saya akan segera mengabarkan hal ini pada semua kenalan saya." Chen menunduk kecil tanda kehormatan.

Baihee, "jangan lupakan untuk beritahukan apa yang akan mereka dapatkan bila pindah ke Dreamland dan tentunya syarat bila ingin menjadi bagian dari Dreamland. Sumpah darah itu mutlak. Aku tidak ingin memberi makan dan membesarkan 'tikus', 'ular', dan 'rubah' di 'rumah'ku."

"Tentu. Jangan khawatir soal hal tersebut, nona." Ujar Chen dengan mantap.

Baihee mengangguk puas. "Baiklah, kau bisa langsung kerjakan."

Setelah mengucapkan salam pamit. Chen segera pergi. Tentunya Chen telah meminta Jun atau Kai untuk menggantikan posisinya sebagai bayangan di dekat Baihee selama di dalam ruangan.



***

Baihee berjalan di dampingi Xiao Yi dan kedua ksatrianya. Dirinya ingin menemui sang suami yang sedang bersama kedua buah hatinya.

Baihee dan Hongli, mereka selalu mengupayakan agar bergantian mendampingi si kembar. Bila Hongli bekerja, maka Baihee yang akan berada disisi si kembar. Begitupun sebaliknya.

Meski mereka memiliki pelayan pribadi yang ditunjuk untuk menjaga Wei Long dan Nan Fei. Tapi kejahatan datang karena ada peluang. Sehingga Hongli dan Baihee tidak akan benar-benar melepaskan kehadiran mereka, sebelum sang anak lancar berjalan dan berbicara.

Saat ini, bila seseorang menjahati si kembar, mungkin Baihee dapat tahu karena mereka dapat berkomunikasi secara pikiran. Tapi itu tidak dapat dijadikan bukti.

Lain ceritanya bila Wei Long dan Nan Fei sudah dapat berbicara. Semua orang jelas tahu bahwa anak kecil hampir mustahil berbohong. Jadi, perkataan mereka akan dapat dijadikan bukti.

Bukan Hongli dan Baihee mengharapkan kedua buah hatinya celaka dengan pikiran seperti ini. Mereka hanya mencegah hal yang mungkin saja bisa terjadi.

Ketika tiba di kamar Wei Long dan Nan Fei. Baihee tersenyum lembut melihat Hongli yang tengah menimang kedua bayinya bersamaan dengan kedua tangan kokohnya.

Baihee melangkah mendekat dan memeluk Hongli dari belakang. Berhubung tinggi Baihee tidak melebihi Hongli. Sehingga Baihee memiringkan kepalanya agar dapat melihat kedua bayi mungilnya yang tengah menyayu.

"Kamu sudah selesai bekerjanya?" Tanya Hongli lembut. Memiringkan sedikit tubuhnya agar dapat mengecup singkat puncak kepala Baihee.

Baihee berdeham pelan dengan senyuman masih menghiasi wajah cantiknya. "Apa kamu tidak pegal menggendong keduanya secara bersamaan?"

"Tidak. Mereka sangat ringan. Lagipula, aku tidak ingin pilih kasih. Si kecil Nan Fei lebih sulit tidur. Bila menggendong bergantian, porsi Nan Fei akan lebih lama. Aku tidak ingin, Wei Long merasa tidak adil." Jujur Hongli.

Baihee terkekeh pelan. Hongli jelas tahu bahwa kedua putra putri kembarnya itu memiliki pemikiran dewasa. Lantas mengapa pula masih berpikir hal kecil seperti ini. "Kamu ada-ada saja. Wei Long kita tidak akan iri dengan adiknya. Jadi, dia tidak akan merasa tidak adil. Kamu juga tahu bahwa mereka luar biasa."

Baihee tidak menjabarkan secara frontal perihal Wei Long dan Nan Fei yang mampu berpikir cerdas. Karena di ruangan ini ada dua pelayan pribadi Wei Long dan Nan Fei.

Hongli mengendikkan bahunya. "Tetap saja aku tidak ingin merasa bahwa aku telah bertindak tidak adil. Lagipula, aku sangat menyukai ketika mereka tertidur nyaman di dekapanku. Aku merasa berhasil sebagai ayah, kau tahu?"

Tatapan Hongli pada Wei Long dan Nan Fei sangatlah tulus. Baihee bersyukur karena Hongli tak pernah sedikitpun menyinggung bahkan berpikir bahwa Wei Long dan Nan Fei bukanlah anaknya. Hongli mengasihi mereka begitu besar. Justru Hongli selalu ketakutan bahwa kedua anaknya yang tak menganggap Hongli sebagai ayah mereka.

"Hmm aku tahu. Mereka juga pasti dapat merasakannya. Oleh sebab itu, terkadang Nan Fei kecil lebih rewel ketika tidak ada dirimu, tidak peduli meski aku berada disana untuk menenangkannya."

Hongli tertawa kecil dan mengecup singkat kening Nan Fei. "Itu memang gadis kecil ayah." Lalu tak lupa turut mengecup kening Wei Long. "Ini juga putra hebat ayah. Kelak, bebanmu akan sangat besar karena harus melindungi ibu dan adik. Tapi jangan khawatir, selama ayah ada bersama kalian. Ayah akan menopang beban itu dari pangeran kecil ayah ini."

Mata Baihee berkaca-kaca. Sungguh kalimat Hongli sangatlah menyentuh hatinya. Baihee berharap semoga Hongli dapat terus bahagia bersamanya dan anak-anaknya.

"Kamu adalah ayah dan suami yang hebat sejauh ini. Terimakasih." Bisik Baihee lalu mencium punggung kokoh Hongli yang mengangkut banyak tanggung jawab itu.



To Be Continued

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang