Part 25

16.1K 2.5K 55
                                    

Sejujurnya masih 200 lagi vote sebelum mencapai 1k, cuma yaudah lah aku update aja.


Enjoy!




***


Merasa tidak memiliki hal mendesak yang harus dikerjakan. Baihee memutuskan untuk ke gua dimensinya untuk mengecek lahan tanaman miliknya. Walau sesungguhnya tak perlu pantauan karena dikelilingi sihir murni, sehingga tidak akan membuat tanaman rusak, layu, ataupun permasalahan lainnya. Namun, Baihee menyukai rutinitasnya mengelilingi 'perkebunan'nya.

Hingga dirinya melotot terkejut dengan sebuah pohon kecil yang bersinar terang karena terpantulkan cahaya seperti cahaya matahari namun bukan.

Dengan langkah konyol sembari menutup mulutnya dengan tangan. Baihee mendekati pohon itu.

"Hahahahaha" Baihee tertawa kencang karena merasakan kesenangan yang tak terkira. Dirinya berlutut di pohon yang masih setinggi dadanya namun tetap saja telah berdaun banyak.

"Aku kaya raya. Astagaaaa! Jadi sisik naga bila ditanam di gua dimensi ini akan menjadi benih dan bertunas lalu tumbuh menjadi pohon emas? Hahahahaha! Pantas saja naga dijuluki simbol kekayaan dan kesejahteraan. Bila begini caranya, aku memang akan kaya dan sejahtera. Tak peduli bahwa tak ada korelasi antara sisik hewan menjadi bibit tanaman. Yang penting aku memiliki pohon emas." Baihee terus berceloteh gembira.

Dirinya memetik satu daun emas dan menyimpannya ke dalam hanfu. Dirinya ingin memastikan kemurnian emas itu sendiri.

Gua dimensi sang naga adalah harta berlimpah yang bahkan tak sebanding dengan kekaisaran manapun. Terlalu banyak harta yang tertimbun selama ratusan ribu tahun sesuai usia sang naga itu sendiri. Jangan lupakan fakta bahwa semakin tua usianya maka akan semakin panjang dan besar tubuhnya dan tentu saja akan memiliki lebih banyak sisik naga.

Baihee sungguh ingin bersorak sorai. Dirinya sungguh berpikir, bila saja Baihee berbaik hati ingin menghidupi satu kekaisaran, hartanya dari sang naga ini bahkan tidak berkurang lebih dari 1%. Tapi beruntung Baihee bukan orang culas seperti itu. Dirinya akan menggunakannya dengan bijak, karena gua ini adalah peninggalan terakhir dan hanya akan diketahui oleh dirinya dan keturunan murninya.

Bersyukur pula bahwa gua ini tidak dapat dialihkan pada siapapun. Izin akses paten tidak dapat berubah sekalipun diberikan secara ikhlas.

Baihee membaca buku yang ditulis oleh sang naga itu sendiri perihal gua ini. Gua ini hanya mengizinkan seseorang masuk dengan inti naga itu sendiri. Jadi sudah dapat dipastikan hanya Baihee dan keturunan murninya. Dan bila diberikan kepada yang bukan pemilik inti naga maka sekeras apapun mencoba masuk, mereka tetap tidak akan dapat memasuki dimensi ini.

Dan keunikkan lain dari inti para hewan mytic legenda adalah, inti mereka tidak dapat dicuri ataupun diambil paksa, sekalipun membunuh pemiliknya. Kecuali inti itu diberikan secara sukarela. Tapi siapa gerangan yang rela memberikan intinya karena itu sama saja dengan menghantarkan nyawa seperti apa yang dialami oleh sang naga pada Baihee.

Baihee mengusap perutnya yang masih datar, "kelak aku akan mengajarkan pada anakku bahwa cinta tidak harus buta dan bodoh, jangan berusaha menentang takdir dengan memberikan nyawa pada orang yang masih belum dirinya pahami 100%. Jangan karena ego sendiri akhirnya membawa kehancuran dan keributan. Gua ini, bila sampai ada yang mengetahuinya dan orang itu adalah orang serakah, maka dapat dipastikan mereka rela membunuhku demi mendapatkan gua ini. Yang tanpa mereka ketahui bahwa sekuat apa mereka mencoba, mereka tidak akan pernah berhasil."

***

"Akhirnya kau kembali" sapaan Hongli terdengar ketika dirinya baru saja pergi dari gua dimensi. Dirinya memang tidak memindahkan fisiknya juga karena takut Xiao Yi yang kelimpungan mencarinya bila dirinya tidak ada. Sehingga hanya jiwanya saja yang memasukki gua.

Baihee tersenyum dan mendudukkan dirinya dibantu oleh Hongli yang sigap menolongnya.

Baihee, "ini masihlah sore hari, apa pekerjaanmu telah tuntas semua?"

Hongli menggeleng, "aku memerlukan izin darimu untuk pergi ke istana kekaisaran karena kaisar memintaku datang."

Alis Baihee berkerut "apa harus hari ini juga?"

Hongli dengan berat hati mengangguk, mengiyakan pertanyaan Baihee. Melihat bahwa Hongli sendiri enggan, Baihee harus menjadi istri yang supportive, sehingga dengan perlahan memeluk pinggang Hongli yang masih berposisi berdiri di tepi ranjang. "Haruskah aku ikut untuk menemanimu?"

Hongli langsung membalas pelukan Baihee sembari mengelus lembut surai panjang istri tercintanya. "Tidak perlu. Aku tidak ingin istri dan anakku kelelahan. Lagipula dengan berkuda tanpa henti, hanya memakan waktu 9 jam perjalanan pulang-pergi. Aku tidak akan menginap disana dan akan langsung kembali."

Baihee menggeleng rebut, "kau pikir tubuhmu itu besi? Sekarang saja sudah menjelang petang dan itu berarti kau akan berkuda di kegelapan malam. Aku lebih suka kau menginap di istana daripada memaksakan berkuda ketika bahkan keadaan tengah rawan."

Hongli, "tapi aku tidak bisa meninggalkan istri dan anakku sendiri disini. Itu membuatku tidak tenang."

Baihee mendongak mencoba menatap sang suami, "aku tidak sendiri. Banyak pelayan dan pengawal yang menjagaku. Jangan lupakan bahwa aku memiliki armor dari sisik nagaku."

Nagaku...

Entah mengapa Hongli merasa panas di telinga dan bahkan dadanya. Dirinya menggerutu dengan sebutan yang diceletukkan oleh mulut istrinya. Beruntung dirinya tengah mengunci pikirannya agar tak terdengar oleh Baihee. Bersyukur bahwa dirinya juga pewaris mythic legend sehingga mampu melakukan penguncian pikiran. Bila saja kekuatannya dibawah Baihee maka Hongli hanya dapat berpasrah diri bila sikap kekanakkannya terdengar oleh Baihee.

"Buktinya kau keracunan kemarin." Dengus Hongli dengan nada jengkelnya.

Baihee terkekeh, "ey bahkan aku keracunan ketika bersamamu, suamiku. Jadi tidak ada persoalan antara ancaman datang ketika kau ada maupun tiada. Kalau waktunya celaka ya celaka saja."

Tak

Kening putih Baihee disentil oleh Hongli. "Jagalah ucapanmu. Hah~ baiklah aku akan mengutus penjaga bayangan yang terlatih untuk berjaga di sekitarmu. Pastikan selalu berhati-hati dan sebisa mungkin membiarkan pelayan mencoba makananmu terlebih dahulu. Bukan aku jahat namun dalam dirimu tengah membawa nyawa lain. Mengorbankan satu orang lebih baik daripada mengorbankan dua."

Mulut Baihee terbuka dengan tidak elitnya karena mendengar penuturan santai sang suami. Haruskah dirinya terharu karena perhatian suaminya atau miris karena hendak menumbalkan orang lain?

Melihat mulut Baihee yang terbuka dengan ekspresi konyolnya, Hongli tertawa kecil dan dengan cepat membungkuk lalu meraup bibir sang istri dan menggigitnya, gemas. Membuat Baihee membeku karena masih belum terlalu sering melakukan skinship dengan suami 'baru'nya.

Wajah Baihee memerah dan dengan cepat membenamkan kepalanya pada telapak tangannya sendiri, membuat Hongli semakin gemas.

Hongli, "aku jadi semakin sulit meninggalkanmu." Menarik kepala Baihee untuk terbenam di perutnya yang keras, sembari mengusap surai Baihee kembali.

Baihee mencubit pinggang Hongli dengan pelan, "jangan bercanda. Cepatlah pergi sebelum hari semakin malam. Lagipula aku masih tidak habis pikir mengapa kaisar memintamu datang disaat malam hari, seperti tidak ada hari esok." Gerutu Baihee.

Hongli, "berarti ada hal penting lainnya yang bersifat rahasia yang perlu diberitahukan padaku."

Baihee menghela nafas dan mengangguk, mencoba mengerti. "Baiklah, ayo ku antar sampai gerbang sekarang. Semakin cepat suamiku pergi maka akan semakin cepat pula suamiku pulang."

Hongli menggeleng pelan sembari tersenyum, sebelum akhirnya mengikuti langkah Baihee dan meraih pinggang rampingnya.


To Be Continue

***

1000 votes = next cepet

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang