Part 33

11.4K 2.1K 1.1K
                                    

Padahal comment dari beberapa part sebelumnya belum sampe 1k tapi yaudah lah karena aku lagi baek, jadi ku update. 

Kecewa sebenernya. Target Vote kecewa, pake Comment juga gak nyampe. apa antusias pembaca udah mulai gak ada ya? ceritaku mulai garing kah?

Yaaa~

Ku post dulu deh


Enjoy



***

"Baiklah maka dengan ini diputuskan bahwa Pangeran Mahkota akan digugat di pengadilan, namun bukan berarti kau lepas dari hukuman, Pangeran Kedua. Kau telah melukai calon kaisar masa depan dengan begitu parah. Maka dari itu, kau akan mendapatkan hukuman dua puluh lima cambukan, sesuai dengan peraturan istana yang tidak memperbolehkan melukai anggota imperial." Ucap Kaisar Haocun sembari melirik Permaisuri. Dirinya terpaksa menghukum Hongli juga karena bila dirinya tidak berlaku demikian, Haocun takut bahwa Permaisuri akan melampiaskan amarahnya pada Selir Agung atau ibunda kandung dari Hongli.

Dan sesuai tebakan Kaisar, mendengar kalimat tersebut, Permaisuri menjadi tidak begitu mendung dan senang karena suaminya juga menghukum Hongli. Itu berarti suaminya tidak menerima putra mereka dilukai, bukan? Hanya membayangkan hal tersebut saya, Permaisuri merasa hangat dalam hatinya.

Berbeda lagi dengan perasaan Baihee yang kini menatap tidak suka dengan keputusan tersebut. Ingin berbicara namun kini gentian Hongli yang menggenggam tangannya, menyiratkan lewat pandangan matanya, agar Baihee diam.

Bagi Hongli, keputusan ini sudah tepat. Dirinya juga tahu, apa yang mampu Permaisuri lakukan pada ibunya. Dan keputusan ini akan membuat ibunya tidak akan kenapa-kenapa, hanya karena kecemburuan Permaisuri pada keputusan Kaisar.

"Dan ini adalah janjiku yang menyatakan akan memberikan sertifikat tanah dan hak milik kepulauan yang kalian inginkan." Kaisar memberikan kertas gulung terbuat dari kulit dengan sihirnya sehingga melayang tepat di depan Hongli dan Baihee.

Mata Baihee berbinar melihat itu dan Hongli yang menyadarinya, tersenyum tipis. Dengan segera, Hongli mengambil gulungan itu dan memberikannya pada Baihee. "Ini milikmu."

Baihee menatap gulungan itu dan wajah Hongli bergantian, mengambilnya sembari tersenyum manis. "Milik kita."

Hongli mengangguk dan kembali menatap ayahnya. "Saya siap menerima hukuman."

Kaisar sedikit sedikit namun akhirnya tetap berucap. "Pengawal, siapkan cambuk dan hukumlah Pangeran Kedua dengan dua puluh lima cambukkan."

Mendengar itu, Permaisuri tersenyum puas, seolah lupa dengan nasib putranya yang masih belum diketahui apa hukumannya.

Baihee sendiri walau kesal namun Baihee yakin bahwa kemampun fisik Hongli, jauh lebih kuat dari bayangan siapapun. Jangan lupakan kemampuan penyembuh dari genetik hewan abadi, tidaklah dapat diremehkan. Baihee bahkan sudah berancang akan langsung ke Gua Dimensinya untuk membuat ramuan obat mujarab agar dapat membantu mempercepat kesembuhan dan pemulihan luka di tubuh sang suami nanti.

Hanya selang beberapa menit, pengawal tersebut kembali dengan sebuah cambuk, diikuti oleh seorang pria paruh baya yang biasa bertugas untuk mencambuk para pelaku kesalahan. Seorang pria yang dapat dikatakan sebagai eksekutor atau algojo dari segala perintah hukuman sang Kaisar.

Cambuk diberikan kepada pria paruh baya setelah pria tersebut memberi hormat pada Kaisar dan Permaisuri.

Hongli pun mulai menjauh dari sang istri dan mulai menumpukkan kedua lututnya di lantai kayu tengah aula.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang