Part 53

8.3K 1.3K 84
                                    

Ketika Baihee dan Xuan Wu hendak keluar melewati portal dimensi untuk pulang. Langkah Baihee tiba-tiba berhenti dengan ekspresi mata membulat karena teringat akan sesuatu.

Seketika ekspresi Baihee langsung kaku ketika melirik Xuan Wu.

Xuan Wu yang memperhatikan Baihee, mengangkat alisnya bingung. "Ada apa?"

Baihee menggaruk pelipisnya yang tak gatal sembari menatap Xuan Wu malu-malu. "Hmm itu.. Apa kau dapat memastikan, telurnya berada di bawah kolam atau air terjun?"

'Sial! Aku lupa bahwa di buku dikatakan, air mata Phoenix yang sesungguhnya kan air terjun dan itu berada di ruang dimensi Hongli. Tadi hanya kolam saja. Pantas saja telurnya tidak ditemukan. Sampai kehabisan nafas berenang di kolam tadi pun, tak akan pernah ditemukan. Ahhh! Pura-pura tak tahu saja! Aku malu dan gengsi pastinya' pekik Baihee dalam hatinya, bersyukur dirinya tak lupa untuk mengunci pikirannya sendiri agar tak di dengar Xuan Wu.

Xuan Wu sendiri terdiam sesaat untuk mengingat sesuatu. "Memangnya ada air terjun?"

Rahang Baihee rasanya hampir jatuh. 'Huh~ bersyukur wawasan Xuan Wu tidak seluas si naga. Berarti Xuan Wu tidak tahu ya, air mata Phoenix yang sesungguhnya itu air terjun atau kolam itu semata? Syukurlah! Lumpur dan tambangku masih menjadi milikku' kekeh Baihee licik dalam hatinya.

"Seperti yang pernah ku katakan, bahwa kami tidak dapat menyelam berkat air atau lumpur kami masing-masing. Jadi, aku tak pernah mencoba melihat air mata Phoenix maupun danau abadi. Hanya mendengarnya tapi tak merasa perlu tahu juga saat itu. Jadi, apa kolam ini memiliki air terjunnya? Tapi tadi aku tidak melihat adanya air terjun disana." Lanjut Xuan Wu membuyarkan batinan Baihee.

Baihee memasang wajah polosnya. "Ya, ada air terjun dan itu sangatlah cantik. Saking cantiknya, aku meminta suamiku untuk memindahkannya ke ruang dimensi miliknya agar tak dihancurkan oleh ketidak sengajaan manusia. Jadilah kami hanya menyisakan kolamnya saja disini."

Xuan Wu mengangguk percaya, membuat Baihee tertawa dalam hati. Ternyata sifat jahilnya yang telah lama terpendam sebelum menikah dahulu, mulai bangkit lagi. Terserahlah, yang penting Baihee tidak menipu Xuan Wu, dirinya akan mencari telur itu di ruang dimensi Hongli nantinya. Suruh siapa pula, Xuan Wu tidak benar-benar tahu.

Bagaimanapun, Baihee masihlah manusia yang licik sedikit boleh lah. Eh, salah. Bukan licik melainkan cerdik. Cerdik memanfaatkan situasi.

"Ah aku serahkan saja padamu. Pokoknya cari telur itu dan berikan padaku. Itu adalah peninggalan sahabatku maka aku akan merawatnya. Semoga saja dapat menetas meski telah banyak tahun terlewati." Xuan Wu menyerahkan tanggung jawab pencarian pada Baihee, toh Xuan Wu telah 'membayar' nya.

Win Win Solution

Baihee tertawa puas dalam hati, begitupun Xuan Wu yang hanya suka menunggu jadi.

***

Ketika tiba di kediaman barunya, Baihee dikejutkan dengan kedatangan Xiao Yi yang berlari kearahnya dengan wajah penuh air mata, membuat Baihee ikut panik di buatnya.

"Nyonya! Nyonya!" pekik Xiao Yi.

Baihee ikut melangkah cepat, mendekati Xiao Yi. Memegang tangan Xiao Yi ketika keduanya sudah saling menggapai. "Ada apa, A Yi? Kenapa kau berlarian seperti ini? Dan mengapa pula kau menangis?"

Xiao Yi semakin histeris. "Nyonya, kabar buruk! Pangeran mahkota Henix ditemukan meninggal di pengasingannya, bahkan.. bahkan menurut berita yang beredar, kondisinya begitu memprihatinkan."

Mata Baihee membulat dengan ekspresi terkejut yang kentara. "APA? Bagaimana bisa? Siapa yang membunuhnya?"

Xiao Yi menggeleng ribut. "Sekarang tuan muda Hongli tengah diminta pergi ke tempat pengasingan untuk menyelidiki penyebab kematian mendadak ini, sekaligus menjemput tubuh Pangeran Mahkota."

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang