S2 - Part 53

4.8K 814 68
                                    

Kini di ruangan besar yang megah dan mewah. Tampak meja kayu yang panjang dan sudah dikelilingi oleh puluhan orang.

Sedangkan di penghujung meja, terdapat sepasang kursi dengan corak yang berbeda, menandakan bahwa posisi pemiliknya, lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Kursi dengan corak naga, didudukki oleh Hongli dan kursi bercorak Phoenix, ditempati oleh Baihee.

Kini mereka tengah berada di aula rapat utama yang berada di dalam Istana mereka.

Sebagai pemimpin, Hongli membuka suaranya lebih dahulu untuk membuka acara pertemuan ini di adakan.

Hongli, "karena semua sudah berkumpul disini, tanpa membuang waktu lagi, kita langsung pada tujuan pertemuan ini dilakukan. Pertama, saya dan istri saya tersanjung dengan kesediaan semuanya disini untuk bernaung di bawah payung yang sama di Dreamland. Dengan sumpah darah kesetiaan kalian, kami selaku pemimpin Dreamland, juga berjanji akan memberikan rumah yang aman dan damai, sesuai kesepakatan kita..."

"... Kalian mengabdi pada Dreamland. Maka, kami pun akan melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan kalian dan keluarga kalian. Meski kalian sudah mengetahuinya dari kontrak tertulis. Namun, tak jengah saya ingatkan bahwa sumpah darah yang dilakukan akan selalu berlaku hingga garis darah kalian tidak ada lagi. dalam kata lain, kalian dan keturunan kalian wajib setia..."

"... Kesetiaan disini bukanlah suatu pengekangan. Kalian dapat bebas melakukan apapun selama tidak merugikan Dreamland baik secara langsung maupun tidak langsung. Kalian boleh keluar dari Dreamland, namun tidak diperkenankan memberikan satupun informasi perihal Dreamland..."

"... Kalian juga mungkin bertanya-tanya, bagaimana bila suatu saat, keturunan saya dan istri saya lah yang membuat rakyat menderita? Apakah sumpah itu masih berlaku? Maka, jawabannya adalah ya."

Kalimat terakhir Hongli membuat semuanya langsung membeku. Namun mereka dengan sabar menunggu kalimat berikutnya, karena mereka yakin bahwa Hongli dan Baihee, bukanlah sosok yang buruk.

Mendengar pikiran orang-orang itu, Hongli dan Baihee semakin puas. tampaknya mereka tidak salah dalam memberikan izin masuk dan tinggal pada mereka.

Lagipula, meskipun salah, sumpah mereka tetap mengikat. Mereka yang sudah berpikir buruk, pasti tidak akan mampu melewati gerbang utama.

Kali ini Hongli menoleh dan membiarkan sang istri yang melanjutkan. Pasalnya, jawaban atas pernyataan sebelumnya adalah hasil kebijakan sang istri atas persetujuannya juga.

Baihee yang menangkap maksud sang suami, langsung tersenyum dan mengangguk. "Sesuai isi kontrak dimana selain menuliskan kewajiban kalian. Tentu kalian memiliki hak untuk mendapatkan imbalannya. Ketika masa kepemimpinan saya dan suami saya, seharusnya tidak akan ada kecurangan dan diskriminasi. Kalian akan bekerja demi memutar ekonomi Dreamland dan dari penghasilan itu pula lah kalian akan mendapatkan upah yang sesuai..."

"... Ingatlah. Kalian bukan budak. Kita disini saling membutuhkan. Dreamland membutuhkan kalian dan kalian juga membutuhkan Dreamland. Sehingga, ketika masa ini, menabunglah. Tabunglah pundi-pundi dari hasil kerja keras kalian seolah esok kita harus pergi dari Dreamland..."

"... Bila suatu saat, keturunan kami lah yang membuat kalian menderita. Pergilah dari Dreamland. Bawalah seluruh harta kalian juga. Karena meskipun kami mengatakan bahwa kami yakin keturunan kami tidak akan seperti itu, tapi kembali lagi, sebagai manusia, hanya ucapan saja tidak dapat dipercaya. Jadi, inilah solusi yang dapat ku berikan..."

"... Bila kalian kembali berpikir bahwa tidak akan mudah pergi dari Dreamland disaat kekacauan itu terjadi. Aku dan suamiku pun telah melakukan sumpah di tanah Dreamland. Bilamana suatu hari tak terduga membuat keturunan kami berubah menjadi sosok yang buruk. Tanah Dreamland ini akan membuatnya tersegel dan tak ada satupun kekuatan yang dapat melepasnya..."

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang