Part 34

11.8K 2K 647
                                    

Hongli saat ini tengah diobati oleh tabib kediamannya karena tabib istana belum tiba. Baihee sendiri senantiasa selalu menemani Hongli sembari membaca sertifikat dan hak milik kepulauan mati yang dimintanya dengan teliti. Memastikan tidak ada kejanggalan apapun. Dan betapa gembiranya Baihee karena semua sudah sesuai permintaannya.

Bertepatan dengan tabib yang selesai mengobati luka Hongli. Baihee dengan segera langsung berdiri menuju ranjang. "Bagaimana?"

Tabib tersebut membungkuk dan tersenyum, "Tuan Hongli pasti akan cepat sembuh dengan obat-obatan yang nyonya berikan. Bila boleh hamba bertanya, darimanakah nyonya mendapatkan tanaman langka tersebut?"

Memang sebelum tabib tiba, Baihee mencuri waktu sejenak untuk mengambil para tumbuhan yang diperlukan untuk pengobatan dan pemulihan cepat sang suami di Gua dimensinya.

Karena ingin cepat, Baihee tidak mampu meracik maupun menumbuknya sendiri. Dirinya lebih memilih membawa tanaman tersebut keluar dimensi. Dan ketika tabib tiba, Baihee langsung menyerahkannya dan meminta tabib tersebut menggunakan bahan tersebut.

Mulanya sang tabib terkejut karena seluruh tanaman yang diberikan Baihee tergolong langka dan diluar itu, mengapa Baihee mengetahui secara rinci setiap manfaat tumbuhan itu? Tabib tersebut bertanya-tanya, apakah Baihee sesungguhnya memang mempelajari obat-obatan.

Namun bukan Baihee namanya bila tak mampu berdalih dengan lancar. Dirinya dengan wajah polosnya menjawab bahwa tanaman-tanaman tersebut diberikan oleh kekaisaran maupun kerajaan di waktu hari pernikahannya sebagai salah satu hadiah. Dirinya pun berkata bahwa tidak tahu menahu perihal manfaat lengkapnya, hanya diberitahukan secara tersurat, bahwa bila suatu ketika dirinya terluka parah, tanaman tersebut dapat digunakan sebagai penyambung nyawa.

Tabib yang hanya tinggal di kediaman Hongli di perbatasan utara ini, tentunya percaya saja. Dan dengan tanaman itu pun kini Hongli diobati dengan baik.

Karena merasa pekerjaannya telah usai, tabib segera undur diri untuk membuatkan ramuan obat yang perlu diminum. Baihee sendiri tentunya tidak melarang. Justru meminta tabib tersebut agar cepat membuatnya.

Kepergian tabib, Baihee gunakan untuk kembali ke Gua dimensinya, untuk mengobrak-abrik segala macam obat-obat berbentuk pil yang pernah dirinya coba buat. Baihee ingat, dirinya pernah mencoba membuat elixir berkat panduan salah satu buku alkemis di perpustakaan alamnya. Dan tentunya elixir tersebut berhasil dengan tingkat kemurnian 98 persen. Oh tentunya setelah mengalami kegagalan berpuluh kali. Karena membuat elixir tidak semudah membuat pil kimia. Banyak tanaman yang tidak boleh di didih dalam kadar terlalu panas, tidak lupa pengaturan waktunya. Salah prosesnya bahkan bisa menjadi racun.

Sekitar setengah jam mengobrak-abrik persediaan obat-obatannya. Akhirnya elixir tersebut dirinya temukan. Dengan cepat kembali berteleportasi dan hendak membuat Hongli memakannya.

Namun keadaan Hongli yang pingsan, menyulitkannya untuk membuat Hongli menelan elixir berbentuk bola kecil itu. Salah! Tidak kecil melainkan cukup besar untuk dipaksakan kepada orang yang pingsan.

Tidak kehabisan ide, akhirnya dengan berat hati, Baihee memasukkan elixir tersebut ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Mengeryitkan dahinya ketika rasa yang begitu pahit, begitu terasa di lidahnya.

Sesuatu terasa diperutnya.

Mual.

Membulatkan matanya. Baihee langsung menarik tubuh Hongli agar terduduk dan menenggakkan kepala Hongli. Membuka mulutnya dan langsung melesakkan obat kunyahannya.

Namun ternyata......

HUUEEEKKK

.

.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang