Part 39

11.4K 1.8K 251
                                    

"Mereka masih hidup." Jawaban Hongli setelah mereka menunggu sekitar satu jam. Dan Baihee langsung berbinar karena berarti metode tetesan darah itu berhasil.

Dengan cepat merentangkan tangan, bermaksud meminta bantuan Hongli agar dirinya terbangun dari duduknya di salah satu batu.

Hongli langsung meraih tangan Baihee dan membantu Baihee berdiri tegap dengan hati-hati.

Baihee, "ayo masuk."

Hongli mengangguk dan dengan penuh sikap waspada, menggenggam erat Baihee agar Baihee aman dari bahaya apapun. Baihee sendiri hanya mendiamkannya. Dia mencoba mengingat penjelasan penting dari buku yang dirinya baca dan ketika masuk lebih dalam. Pemandangan indah terbentang begitu luas.

Terdapat air terjun dengan aliran air yang begitu jernih. Dan Baihee yakin, itu pastilah yang disebutkan dalam buku.

Air Mata Phoenix.

Di buku dijelaskan bahwa di dalam Feng Huang Dao, terdapat sebuah air terjun yang diberikan nama Air Mata Phoenix.

Diberikan nama tersebut bukan hanya sebatas nama melainkan memang terbentuk karena legenda yang menyebutkan bahwa Air Mata Phoenix ada karena duka sang Phoenix betina yang kehilangan cinta sejatinya.

Sudah disebutkan bukan, bahwa setiap pejantan yang selesai mengawini betinanya, maka pejantan itu langsung hangus terbakar, menyisakan betinanya dengan telurnya yang pasti terbentuk.

Itu sebabnya mengapa di dunia modern, Phoenix selalu identik dengan mempelai perempuan. Karena memang hanya betinanya lah yang mampu bertahan hidup, guna mengerami telurnya, yang bermakna tersirat, mengayomi keturunannya. Sosok seorang ibu bagi semuanya.

Dan Air Mata Phoenix ini ada karena Phoenix betina itu. Phoenix yang akhirnya mati bersama sang sahabat, karena ulah manusia.

Sebelum benar-benar mati, Phoenix itu menyegel pulau ini dan hanya memperbolehkan darah keturunannya yang dapat membukanya.

Tanpa siapapun tahu selain sang Naga dan sang Kura-Kura, yang tersisa kala itu, bahwa telur sang Phoenix yang dinyatakan menghilang itu berada di dasar air terjun.

Baihee melangkah dan mendekati air terjun, diikuti oleh Hongli. Mengambil airnya dan meminumnya. Tidak lupa menangkupkan air di telapak tangan yang di cekungkan untuk disodorkan kepada Hongli. "Minumlah. Air terjun ini dikatakan sebagai air mata Phoenix dan kamu sebagai keturunan terpilihnya, tentu tahu manfaat air mata Phoenix, kan?"

Mata Hongli membulat karena terkejut dengan fakta yang Baihee ucapkan. Ya benar, dirinya tahu manfaat dari air mata Phoenix, tidak lain ada penyembuh segala macam penyakit dan penawar segala macam racun. Bila ada manusia lain yang tahu perihal ini, pasti mereka berbondong-bondong untuk menggerus hingga kering, air ini.

Baihee tertawa melihat ekspresi Hongli. "Aku berpikir untuk menyembunyikan keberadaannya dengan memindahkannya ke ruang dimensi. Demi menjaga keamanan dan kedamaian hidup. Kita dapat membaginya ke masyarakat luas dengan dalih berbisnis obat yang sangat terjangkau. Kita dapat jadikan ini sebagai pemasukkan pulau kita juga."

Hongli mengangguk dan menepuk kepala Baihee dengan sayang, "kau memang cerdas. Dimensi siapa yang kau inginkan? Aku atau kamu?"

Baihee, "dimensimu saja, bagaimanapun ini adalah peninggalan leluhurmu. Di dimensiku sudah ada danau abadi. Jadi biarkan air mata Phoenix berada di milikmu."

Hongli, "aku tak masalah dengan itu. Tapi bila kau telah memutuskan. Maka aku akan mengikutinya." Lalu Hongli merapalkan sesuatu, membuat garis bercahaya di sekeliling air terjun. Ketika garis itu bertemu satu sama lain, cahaya terang melingkupi mata keduanya. Cahaya menghilang bersamaan dengan air terjun yang telah lenyap dari penglihatan, meninggalkan padang hijau saja. "Jadi, apakah rencanamu adalah tinggal di pulau ini seumur hidup?"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang