S2 - Part 18

6.5K 952 144
                                    

Senyum lebar menghiasi wajah cantik Baihee. Dirinya yang usai melakukan perkembangan pembangunan pulau, dibuat terpukau dengan hasilnya. Semuanya sangat sempurna sesuai ekspetasinya.

Pulaunya hampir delapan puluh lima persen selesai. Baihee bahkan jelas melihat dan berkeliling. Seluruhnya hampir terbangun kota-kota yang kosong isinya.

Melihat seluruh bangunan dengan berhiaskan banyak kaca, mengingatkannya pada dunia modern. Memang design bangunan yang dirancang oleh Baihee tidak sepenuhnya menggunakan tema kuno. Terutama jendela dan pintu yang hanya ditutupi oleh kertas. Bukankah itu membuat seseorang dapat mengintip sesuatu di dalamnya hanya dengan coblosan jari?

Oleh sebab itu, Baihee merangkai bangunan yang kini tertutup rapat. Aman dan tak akan mudah di rampok dan di bakar. Metode pengamanan yang digunakan Baihee sudah sedikit banyaknya, menggunakan ala modern. Seperti gembok besi, terpasang di setiap rumah calon penduduknya nanti.

Benteng yang mengitari keseluruhan pulaunya pun sangat mengagumkan kokohnya. Baihee mencoba mengetesnya dengan meminta Chen, Jun, dan Kai untuk menyerang benteng beton itu dengan sihir. Alhasil hanya menimbulkan sedikit goresan. Ketiga ksatria itu bahkan tercengang karena baru pertama kali melihat pembatas wilayah yang begitu kokoh.

Biasanya, perlindungan aman bukan karena materil bentengnya, melainkan jumlah prajurit yang mengitarinya. Dan menurut Baihee, itu sangatlah konyol dan membuang-buang sumber daya pekerja.

Dirinya memilih mengenalkan beton baja agar hanya diperlukan dua orang prajurit penjaga nantinya yang berguna menjaga pintu gerbang.

Bangunan jaman sekarang memang memudahkan seseorang menyusup. Itulah mengapa sangat mudah memasukan mata-mata apalagi yang memiliki kemampuan sihir.

Tapi Baihee pastikan bahwa wilayahnya tak akan mudah disusupi. Bentengnya kokoh dan cukup sulit dijangkau bila bukan binatang langit, alias mampu terbang. Karena selain sulit dihancurkan. Benteng Baihee sangatlah tinggi. Menggunakan sihir pun. Akan dipastikan mereka kehabisan daya Qi nya sebelum sampai di puncak benteng, karena terlalu banyak menggunakan energi. Baihee telah memperhitungkannya.

Sekalipun ada yang sekuat itu hingga hampir menyetarai kemampuan mythic legend. Tidak lupa bukan bahwa Baihee mengelilingi puncak bentengnya dengan Meriam? Bukan masalah meriamnya, melainkan tentu saja ada yang menjaga di atas sana.

Baihee yakin bahwa yang mampu menyusup hanyalah sekelas Xuan Wu, Hongli, dan Qian Qu. Karena mereka terberkahi kemampuan dewa. Meski Hongli bukan Phoenix asli namun darah pewaris mengalir kental di tubuhnya.

"Nyonya, ini luar biasa. Apa nyonya berniat membuat kerajaan baru? karena dari pembangunan ini, nyonya bahkan sudah menyiapkan banyaknya rumah penduduk." Tanya Xiao Yi yang terus menganga kagum.

Baru pertama kali dirinya diajak bergabung untuk melihat pembangunan pulau. Berbeda dengan Chen, Jun, dan Kai. Yang bersama maupun bergantian memang harus senantiasa bersama Baihee.

Baihee tersenyum kecil. "Bukan Kerajaan. Tempat ini adalah rumah bagi mereka yang layak mendapatkan kesempatan kedua atas ketidak adilan hidup ini."

Mendengar itu, Xiao Yi, ketiga ksatria, dan bahkan tuan Xin Li, sang kepala 'kontraktor', tertegun. Mereka bukan orang bodoh yang tak mengerti. Kesempatan kedua dan bahkan maksud dari ketidak adilan. Mereka memahami itu.

Mereka semakin mantap dalam hati mereka untuk senantiasa setia pada majikan seperti Baihee.

"Jadi, tuan Xin. Bangunlah sesempurna mungkin karena mungkin saja itu menjadi rumahmu dan keluargamu kelak. Bangunlah sangat kuat dan kokoh hingga tak mungkin ada seorang pencuri apalagi pembunuh dapat masuk. Bangunlah seolah nyawamu perlu berlindung di dalamnya."

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang