S2 - Part 23

6K 1K 147
                                    

Tubuh Baihee bergetar. Air mata menetes dari kedua matanya. Meski ibunda Baihee bukanlah ibunda Mayleen namun perasaan sedih itu begitu terasa.

Tepat di depan matanya sendiri, Baihee menonton ingatan ibunda kandung Baihee disaat terakhirnya. Di detik dimana sebuah pedang menusuk punggung ibunya hingga tembus melalui jantungnya.

Tangan Baihee mengepal. Tubuh Baihee seperti mengingat trauma itu dan tanpa mampu Baihee kontrol, tubuh itu melemas dan hampir terhempas jatuh bila Chen tak menangkap tubuh Baihee.

Chen mengerti bahwa majikannya sedang berduka. Terlebih penyebab kematian seorang ibu yang begitu mengenaskan.

Chen ikut melihat reka ingatan itu karena permintaan Baihee diterima oleh Permaisuri Wigon. Tanpa menunggu lama, sang Permaisuri memberikan sebotol kecil berisi sebuah cairan yang sangat sedikit dan tidak berwarna seperti air biasa.

Tak pernah Chen sangka, ketika cairan tersebut di teteskan pada sebuah bola sihir, terlihatlah gambar bergerak dan Chen mulai mengerti, itu berisi ingatan mendiang Selir Agung Kerajaan Iger, yang Baihee minta.

Chen ikut menyaksikan bukan karena dirinya tak sopan, namun karena Chen yang bertugas menjaga Baihee malam ini, berakhir menjadi tahu karena Baihee menyaksikannya dalam kamar tanpa siapapun selain salah satu ksatrianya, yang tak lain kini adalah Chen.

Chen hanya mengetahui kisah pemerkosaan dan kehamilan keturunan sang Naga, tapi tidak dengan identitas jiwa asli Mayleen, yang hanya diketahui oleh anggota keluarga Kekaisaran Wigon.

Itu sebabnya Chen mewajarkan sikap duka Baihee saat ini. Anak mana yang tak bersedih ketika mengetahui bahwa ibunya di bunuh?

Chen panik ketika Baihee mengernyit merasakan nyeri pada perutnya. "Ch... Chen.. panggil... AKKHHHHH." Belum sempat Baihee menyelesaikan kalimatnya, perutnya merasakan sakit luar biasa.

Chen yang teringat bahwa ini adalah bulan kehamilan ke sembilan, yang mana pasti akan melahirkan, langsung memerintah Kai untuk memanggil tabib dengan telepatinya dan memerintah Jun untuk mengirimkan surat sihir pada Jenderal mereka.

Berbeda dengan pikiran Chen. Baihee jelas panik karena bila mengingat hitungan kelahiran yang diberitahukan oleh Xuan Wu, kelahirannya haruslah di usia kandungan ke sepuluh yang diketahui orang-orang. Tapi mengapa lebih cepat?

Intinya, lebih cepat menurut Baihee namun justru terlihat normal bagi semua orang yang dirinya dan sang suami tipu daya.

Baihee jadi takut dan merasa membutuhkan Hongli. Hanya Hongli yang mengerti perasaannya sekarang. Ini belum waktunya melahirkan!!

"Ho.. Hongli.. Panggil.. dia.. akkhhhhhh sa.. kit."

Baihee terus merapalkan doa dalam hatinya. Tolong jangan buat dirinya keguguran lagi. Tidak mungkin, kan? Selama ini dirinya merasa baik-baik saja. Dirinya juga rutin meminum penguat kandungan dan bahkan makan-makanan sehat serta berolahraga ringan. Seharusnya semua baik-baik saja, kan?

Inti sang Naga seharusnya mampu melindungi anaknya, kan? Tapi kenapa kini sakit perutnya Baihee seperti rasanya perutnya ingin meledak? Ada desakan di pangkal pahanya yang ingin keluar. Dan Baihee takut membayangkan.

Tiba-tiba perasaan buruk menyerang. Baihee langsung melupakan rasa sakitnya dan justru berteriak pada Chen untuk membelah perutnya.

Instingnya mengatakan bahwa bila Baihee tidak membuka perutnya, bayinya akan mati. Entah mengapa, hatinya terus menyerukan itu.

"AMBIL PEDANGMU DAN BELAH PERUTKU!!! KELUARKAN ANAKKU!! SELAMATKAN DIA AKHHHHHHHHHH."

Tiba-tiba langit Wigon berubah gelap. Awan hitam berkumpul dan menggelegar suara petir bersautan.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang