Setelah penawaran yang diberikan oleh Baihee. Jangbu dan Jigme memilih pulang terlebih dahulu untuk berdiskusi dengan para orang dewasa, seperti yang disarankan oleh Baihee. Sedangkan Jalus sendiri memilih tinggal karena kondisi Jampa yang masih belum begitu pulih.
Dan ada kabar duka dari Jampa ialah Jampa kehilangan suaranya karena pita suaranya yang robek akibat tusukan batu seminggu yang lalu.
Ya, seminggu sudah hari terlewati. Dan saat ini, Baihee meminta Xuan Wu untuk menepati janjinya perihal mengelilingi pulaunya dengan lumpur mematikan Xuan Wu karena memang pembangunan sudah selesai seutuhnya.
"Jadi dalam jarak berapa aku harus meletakkan lumpurku?" Xuan Wu melihat ke arah lautan lepas dari puncak Tower Selatan.
Jujur saja, Xuan Wu tengah berdecak kagum dalam hatinya. Sungguh dirinya tak menyangka. Pulau yang semula terbengkelai menjadi pulau indah seperti sekarang.
Semua begitu sempurna hanya tinggal diberikan 'kehidupan'. Tanpa adanya penduduk dan aktivitas manusia, pulau indah ini sama saja seperti pulau mati.
Xuan Wu tidak sabar membawa keponakan kesayangannya, Qian Qu, kemari. Bagaimanapun, pulau ini mulanya memanglah habitat sang Phoenix.
Mengapa Qian Qu tidak ikut bersama Baihee dan Xuan Wu? Maka jawabannya adalah Qian Qu lebih senang bermain dengan si kembar Wei Long dan Nan Fei daripada melihat Xuan Wu 'bekerja'.
Hongli juga tidak ikut karena dirinya harus mengurus masalah politiknya dengan pihak istana. Sekaligus melatih para prajurit di bawah naungannya sebagai seorang Jenderal.
Sesungguhnya, Hongli tak mengira akan diberikan jabatannya kembali sebagai seorang Jenderal, setelah melepaskan tahta Pangeran Mahkotanya. Padahal Hongli sudah berpikir akan menghabiskan banyak waktu dengan keluarga kecilnya. Tapi apalah daya bila sang Kaisar sudah memberikan titahnya.
Baihee juga mendukung keputusan Kaisar Haocun karena memang adik Hongli yang terpaksa naik tahta, masihlah belum stabil dan mumpuni. Akan bahaya bila orang lain yang menempati posisi orang terpenting ketiga setelah Kaisar dan Pangeran Mahkota itu.
Adik Hongli yang belum kokoh, akan menjadi sasaran empuk para pemberontak. Terlebih bila berpikir bahwa Hongli tak memiliki kekuasaan apapun lagi di pemerintahan istana.
Berbeda dengan Hongli yang tetap menjadi Jenderal. Dirinya akan mampu menjadi tameng kekuatan bagi adiknya.
Mendengar penjelasan Baihee perihal keselamatan sang adik, tentu langsung menggerakkan hati Hongli. Keluarga yang paling dicintai Hongli adalah ibunya dan kedua adiknya lalu kini bertambah tiga orang lagi yakni Baihee dan anak kembarnya. Jadi, bila dirinya harus berkorban demi keluarga tercintanya, tentu Hongli rela.
Kembali pada Baihee dan Xuan Wu.
Baihee membuka peta yang telah dirinya dan Xin Li susun rapi. Membentangkannya pada sebuah meja kerja. "Aku minta paman letakkan lumpur paman di sekeliling ini semua. Jarak antara pantai dan lumpur, selisihkan sepuluh kilometer agar penduduk pesisir masih dapat leluasa berenang dan bermain di laut." Tunjuk Baihee di peta tersebut.
Alis Xuan Wu bertaut. "Sepuluh kilometer? Kamu sudah memiliki izin untuk menggunakan perairan tersebut?"
Dengan senyum lebar, Baihee mengangguk. "Tentu. Suamiku yang mengurus surat kepemilikan atas kuasa perairan sebesar dua puluh kilometer dari pesisir pulau, saat dirinya masih menjadi Pangeran Mahkota."
Xuan Wu berdecih kecil. Baihee benar-benar memanfaatkan kekuasaan sementara Hongli. "Kau mendapatkan dua puluh, lalu mengapa memintaku di jarak sepuluh?"
Baihee meraih sebuah kuas tinta dan menggambar sebuah lintang pada peta. "Sepuluh kilometer sisanya adalah tempat para nelayanku mencari sumber penghasilan di laut. Dan apa paman tahu? Di wilayah sini sampai sini adalah habitatnya kerang mutiara. Dan sebelah sini sampai sini adalah habitatnya rumput laut. Aku benar-benar sudah melakukan pengecekkan dan itu sebabnya aku meminta suamiku segera mengurus kepemilikannya agar tak ada yang merebut sumber uang Negaraku."
Xuan Wu menganga tak percaya dengan pikiran licik Baihee. Harus Xuan Wu akui, selain licik, Baihee juga diberkati keberuntungan yang luar biasa. Bila tidak, bagaimana mungkin Baihee menemukan sumber uang begitu mudah.
"Lalu apa manfaat perairan dalam 'perbatasan' selain digunakan untuk berenang dan bermain. Dengan otak culasmu, aku yakin itu tak sesederhana itu." Mata Xuan Wu menyipit. Memandang curiga pada Baihee yang kini terkekeh geli.
Baihee, "karena lumpur paman secara otomatis memisahkan antara perairan batas dalam dan batas luar. Juga tentunya membuat tak ada makhluk hidup yang dapat bebas keluar masuk dari perbatasan lumpur. Aku memiliki rencana lain yang tak kalah menghasilkan..."
"... Garam." Baihee tersenyum hingga matanya menyipit indah. Dirinya sangat puas dengan segala perencanaan matangnya. "Seperti yang paman katakan. Lumpur paman takkan melebur dengan air. Tapi bukan berarti air tak dapat bebas keluar masuk. Air selalu mampu melewati celah. Dan bagusnya, Air laut memiliki kandungan garam yang sangat tinggi. Kita akan mengolahnya di dalam batas dalam perairan."
Xuan Wu menggeleng kepalanya takjub sekaligus merinding. Otak Baihee benar-benar hanya berisikan uang, uang, dan uang. Bersyukur Baihee adalah manusia yang masih memiliki hati baik. Bila tidak, mungkin dunia bisa hancur karena pengetahuan Baihee.
"Oh setelah paman selesai meletakkan lumpur paman. Paman juga sudah bisa memberikan tambang yang paman janjikan." Cengir Baihee dengan wajah polosnya, mengingatkan hutang Xuan Wu lainnya.
Xuan Wu dengan gemas menyentil dahi putih Baihee hingga sang empu memekik terkejut. "Kamu ini ya! Kurang apalagi hartamu dan sumber-sumber mendatang? Masih saja menginginkan tambangku."
Baihee mencebikkan bibirnya sembari mengusap keningnya yang sedikit sakit. "Janji adalah janji, paman. Lagipula, semua itu bukan untukku sendiri. Paman ingat bukan bahwa aku adalah rumah bagi mereka yang terbuang tapi layak diberikan kesempatan kedua?..."
"... Apa paman pikir mereka itu banyak harta? Bila mereka banyak harta, mereka tidak akan terkucilkan dan diasingkan. Lalu dengan mereka yang datang tanpa membawa harta sedikitpun, bagaimana cara mereka makan? Semua itu tentu dari aku sebagai tuan rumah. Disaat inilah semua ini berfungsi sebagai roda ekonomi yang mampu mensejahterakan mereka."
"... Paman, aku menawarkan mereka rumah yang layak dan nyaman. Bukan sebuah gubuk reyot yang penuh dengan penderitaan. Menerima ratusan bahkan ribuan orang tanpa harta, tentu aku harus memiliki banyak sumber kekayaan demi menunjang mereka semua..."
"... Paman tidak lupa, bukan? Bahwa aku tidak sebaik itu? Meski aku memiliki banyak harta dari sahabat paman. Tapi itu akan aku gunakan untuk kepentingan anak-anak kami. Lalu harta suamiku, Hongli, itu untuk mensejahterakan rumah tangga kami. Jadi, semua sumber eksternal ini lah yang memberikan mereka semua pekerjaan dan penghasilan."
Baihee kini membalikkan badan, membelakangi peta dan menatap ke langit biru dibalik kaca puncak menara. "Semakin banyak aku ingin membantu orang lain. Semakin banyak pula sumber harta yang perlu ku siapkan. Aku tidak seikhlas itu untuk mengocek kantung pribadiku untuk mereka semua. Aku bukan seorang Dewi, paman."
Xuan Wu tertegun dengan penuturan Baihee. Dirinya bingung, apakah harus bangga atau tidak dengan cara kerja pandangan Baihee itu.
To Be Continued
***
Yuhuu~ Coba penggemar Baihee, ada yang inget gak usaha Baihee ada apa aja? >_<

KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasyMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...