S2 - Part 19

6.2K 925 378
                                    

"AHHHHHHHHH" Jerit seorang perempuan dengan pakaian mewah namun berantakan. Wajahnya pun pucat pasi, yang bahkan tidak tertutupi dengan amarahnya saat ini.

Dengan histeris, Bai Rong membanting, melempar, dan merobek apapun yang dapat diraihnya untuk menyalurkan rasa tidak terima di hatinya.

Hartanya semuanya lenyap dalam sekejap dan kekuatannya bahkan dihancurkan paksa. Bai Rong sangat mengingat rasa sakit yang dirinya terima ketika golden core miliknya dihancurkan oleh eksekutor Kerajaan Iger.

Rasanya seluruh saraf ditarik paksa, tulang dihancurkan begitu kasar, dagingnya dicabik-cabik. Bai Rong bahkan merasa menyerah kala itu dan berharap mati. Namun nyatanya, dirinya sembuh dan harus bangun dalam kondisi tidak berguna.

Air mata terus menetes mengalir di pipi Bai Rong. Dirinya tidak terima dengan hukuman berat yang dilimpahkan padanya. Mengapa ayah ibunya sendiri bahkan hanya diam ketika dirinya menjerit kesakitan saat golden core dirinya dalam proses penghancuran. Kenapa?

Bai Rong kecewa.

Dirinya merasa tak adil.

BRAK

"Rong'er!!" Pekik Rong Yi yang terkejut dengan putrinya yang menghancurkan kamarnya sendiri. Padahal hampir seminggu putrinya itu tak sadarkan diri, efek penghancuran golden core miliknya.

"Hentikan!!" Rong Yi berusaha meraih Bai Rong yang sudah tampak kacau hingga kini berteriak seperti orang tidak waras.

Mendengar suara bentakan ibunya. Bai Rong menghentikan jeritannya dan menoleh dengan wajah sembabnya, menatap Rong Yi. "Kenapa?" Lirih Bai Rong dengan tatapan hampa penuh kesedihan, kekecewaan, dan amarah.

Rong Yi menghela nafas berat. Sungguh sulit melihat putrinya satu-satunya dalam keadaan terpuruk seperti ini. Rasanya dirinya semakin membenci Baihee karena berani melakukan ini pada putrinya. "Maafkan ibu, ibu tak dapat melakukan apapun. Bukti kejahatanmu sudah jelas. Dan ibu tak dapat membelamu."

Tawa sinis penuh duka, menggema di kamar berantakan itu. "Tidak dapat? Ibu berbohong!!! Ibu bisa bertindak tapi karena ibu tidak rela dengan tahta ibu, aku harus kehilangan golden core ku. Aku kini benar-benar sampah, bu!! Semua yang kumiliki sudah tidak ada. Bahkan ibu yang seharusnya paling depan melindungiku, justru pasrah dengan alasan bukti." Lirih Bai Rong menatap pedih ibunya.

Rong Yi mengepalkan tangannya. Rasa nyeri mengalir di dadanya karena putrinya sendiri kini menatapnya bagai musuh dan orang asing. "Bukan seperti itu, putriku. Ibu melakukan ini dan menjaga tahta ini demi melindungimu."

"Hahahahaha. Untuk melindungiku? Bila memang untuk melindungiku, mengapa disaat aku hampir mati karena penghancuran golden core ku, ibu hanya diam dan membuang muka? Aku bisa saja mati karena penghancuran itu." Air mata tak berhenti mengalir dari kedua bola mata yang biasanya terpancarkan ambisi. Kini padam seutuhnya.

Sebegitu pentingnya golden core pada masa ini. Karena memang di jaman seperti ini, yang kuat lah yang berkuasa. Itu sebabnya mengapa Baihee dulu dinyatakan pecundang dan sampah karena terlahir tanpa kekuatan sihir. Meski dirinya berdiri sebagai posisi Putri Mahkota. Tak ada yang menghargai dan menghormatinya.

"Ini tidak adil. Kenapa? Kenapa aku harus mengalami ini, bu? AHHHHHHHH!! Ini tidak adil!!!" Bai Rong mulai mengacau kembali.

Mata Rong Yi mengembun. Bagaimanapun gilanya dirinya pada tahta, namun Bai Rong tetaplah putrinya. Putri yang lahir dari rahimnya. "Sadarlah, Rong'er. Kau harus bangkit. Tanpa sihir kau masih bisa berpedang." Bujuk Rong Yi dengan mata memerah menahan tangis.

Bai Rong, "pedang tanpa energy qi tetap saja lemah, ibu! Aku tidak berguna lagi. Ini tidak adil. Aku benci ayah dan ibu. Kenapa kalian membiarkanku seperti ini?!"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang