Kini ketiganya hanya menunggu waktu dimana segel menunjukkan sedikit celah agar Baihee dan ketiga ksatrianya dapat masuk. Hari bahkan sudah mulai gelap kembali, beruntung mereka membawa persediaan bekal yang cukup untuk berhari-hari. Bersyukur pula dalam ruang dimensi yang dimiliki, tidak membuat makanan yang disimpan menjadi rusak.
"Nyonya lihatlah itu." seru Kai menunjuk sebuah cahaya tipis yang teramat redup di balik semak.
Baihee dengan antusias langsung berdiri dan berjalan cepat menuju cahaya redup itu. "Ya! Ini pasti celah itu. Aku akan coba masuk." Namun belum sempat dirinya memasukkan tangannya. Chen dengan sigap menahannya dan mengatakan bahwa dirinya saja yang pertama untuk masuk lalu disusul Baihee, Jun, dan Kai.
Bagaimanapun mereka tidak tahu apa yang menanti mereka di balik lapisan segel 'cacat' itu.
Sebenarnya Chen menawarkan memeriksa terlebih dahulu, bila dirasa aman, barulah ketiganya menyusul, namun kekeraskepalaan Baihee sungguh sulit dibujuk.
Ketika ke empatnya telah masuk. Tercium bau menyengat yang cukup amis menguar di udara, membuat mereka reflek menutup hidungnya. Jun dan Kai bahkan langsung bersigap berdiri di sisi kiri dan kanan Baihee, sedangkan Chen tetap di depan.
Tapi Baihee merasa familiar dengan aroma amis ini. Ini bukan aroma amis darah namun amis lain.
Berjalan sebentar, mereka dipertemukan lagi dengan batu selamat datang desa Lioth yang sesungguhnya. Terlihat pula beberapa rumah namun kali ini tak ada tampilan tanaman subur dan sehat.
"Nyonya Han Baihee?" Seseorang memanggil dari arah depan mereka. Chen langsung mengeluarkan pedangnya untuk berwaspada diri.
Baihee yang dipanggil mencoba menajamkan matanya karena langit malam tanpa penerangan sempurna, membuat keadaan semakin buram.
Sosok yang memanggil Baihee menggunakan topi jerami dan bahkan tubuhnya pun dililit mantel jerami yang biasanya digunakan untuk jas hujan ala jaman ini. "Siapa anda, tuan?"
Sulit menebak, Baihee memilih langsung bertanya.
"Saya Ling, tangan kanan Jenderal Han." Lalu dengan perlahan membuka topi jeraminya agar Chen, Jun, dan Kai dapat mengenalinya.
Ketika topi terlepas sempurna, Chen, Jun, dan Kai langsung melotot terkejut dengan keadaan Ling tersebut. Begitupun dengan Baihee.
"Benar nyonya, bentuk wajahnya memang terlihat seperti komandan Ling, tangan kanan tuan Hongli di barak tapi postur tubuhnya sangat jauh berbeda." Jawab Chen tanpa menyarungkan kembali pedangnya. Bagaimanapun fisik Ling membuat mereka cukup waspada. Pasalnya Ling yang memiliki tubuh sempurna kini kurus kering dan bahkan terdapat banyak luka bernanah di wajah dan lehernya yang terlihat.
"Apa yang terjadi?" Baihee mencoba mendekat untuk melihat kondisi Ling namun ketiga ksatrianya menahan pergerakannya.
Ling menghela nafas lemah, "seharusnya nyonya tidak kemari. Semua orang disini, terkena suatu kutukan yang menjadikan kami seperti ini."
Alis Baihee terangkat naik, entah kenapa dirinya tidak merasa itu sebuah kutukan melainkan sebuah penyakit kulit. Ingatkah bahwa jiwa Mayleen adalah seorang dokter kecantikan? Tentu perihal kulit, Baihee sudah menguasainya. "Dimana suamiku? Apa dia juga terjangkit kondisi yang sama?"
Kali ini Ling menggeleng, "Jenderal berada disini namun tidak terkena kutukan seperti kami. Tapi karena berusaha menolong yang hampir meninggal, beliau baru saja tertidur karena sudah delapan hari berturut-turut tidak tidur."
Baihee terdiam. Baihee yakin bahwa kondisi Ling bukanlah kutukan. Dan bau amis yang menyeruak di udara adalah bau nanah karena bila prediksinya benar, penyakit ini adalah penyakit kulit yang menular. Terbukti dengan Hongli yang tidak terjangkit, pasti itu karena efek magis dari air mata Phoenix yang pernah Baihee berikan untuk Hongli minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasyMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...