S2 - Part 35

5.8K 931 104
                                    

Baihee diam untuk mencerna sebelum perasaannya membucah karena suatu ide terbesit di pikirannya.

"Boleh aku tahu kemampuan musik yang kalian katakan?"

Permintaan Baihee disambut tatapan aneh oleh Xuan Wu, Qian Qu, dan Hongli. Karena situasi saat ini sangat tidak mendukung untuk acara unjuk diri.

Menyebalkannya lagi, Xuan Wu dan Qian Qu tidak dapat mendengar pikiran Baihee, sama seperti Hongli. Sepertinya mereka harus bertanya nanti pada Baihee.

Keduanya tak tahu saja bahwa Hongli dan Baihee juga kebingungan mengapa pikiran Baihee tidak dapat didengar lagi. Beruntungnya Baihee masih dapat 'mendengar' mereka semua.

Jangbu, Jigme, dan Jalus memiringkan kepalanya dan menoleh kecil seolah meminta petunjuk dari saudaranya yang lain. Apakah perlu dituruti atau tidak.

Namun karena tak ada yang bersuara, Jalus meraih tas kain selempangnya untuk mengambil sebuah benda kecil yang terbuat dari batang bamboo.

Karena musik adalah 'hidup' para libetian, Jalus dengan antusias langsung meniup benda yang mirip seruling namun berbentuk kecil seperti pluit itu.

Seolah memang terkoneksi dengan melodi. Jangbu dan Jigme langsung turut rileks dan mulai mengontrol nafasnya, bersiap untuk menyanyi. Jangbu juga mengambil sebuah alat dari tas kain yang selalu digendongnya.

Baihee menelisik dan mencoba mengingat nama alat musik yang dikeluarkan oleh Jangbu. Tapi nihil, Baihee tidak mengingat apapun karena bakatnya bukanlah bermusik.

Alat yang dibawa oleh Jangbu mirip seperti gitar tapi hanya memiliki satu senar? Entahlah, Baihee benar-benar tak ingat apa nama alat musik itu.

Ketika tempo melodi yang sangat dikenalinya, mulai memasuki bagian lirik. Jigme langsung membuka suaranya untuk bernyanyi.

Seketika semua suasana langsung hening dan semua fokus pada Jigme yang bernyanyi.

Semuanya tertegun dengan suara yang dikeluarkan oleh Jigme. Menakjubkannya lagi, meski mereka tak pernah belajar bahasa khusus libetian, tapi anehnya, mereka dapat mengerti.

Lirik yang sebenarnya hanya terdapati beberapa kalimat yang diulang, tapi mampu memainkan perasaan pendengarnya.

Semakin merinding ketika Jangbu mulai bersenandung, mengharmonisasikan lagu mereka menjadi semakin hidup.

Qian Qu dan Baihee bahkan sudah berkaca-kaca karena sungguh, ini pertama kalinya mereka terserap kedalam sebuah alunan melodi. Mereka seperti turut merasakan kesedihan yang memang lagu itu lantunkan.

Tak hanya kedua perempuan itu. Xuan Wu dan Hongli bahkan turut terdiam. Begitupun semua pelayan dan prajurit yang masih bertugas.


*anggap lagu ini yang dinyanyikan oleh Jangbu, Jigme, dan Jalus ya.
Aku memang terinspirasi dari movie ini untuk chapter ini


Ketika musik usai dimainkan. Bersamaan dengan itu pula air mata Baihee dan Qian Qu menetes. Mereka benar-benar tersentuh.

Baihee akhirnya mengangkat tangannya dan bertepuk tangan kecil dan mulai disusul tepuk tangan Hongli, Qian Qu, Xuan Wu, dan bahkan para prajurit dan pelayan yang masih terpaku dengan penampilan ketiga anak itu.

"Luar biasa. Kalian memang berbakat." Baihee memuji tulus. "Sebelumnya kalian mengatakan bahwa kalian memiliki keluarga yang sudah berusia lanjut, bukan? Kira-kira ada berapa orang Libetian secara total saat ini?" Lanjut Baihee dengan pertanyaan.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang