Part 43

10.1K 1.7K 639
                                    

"Baiklah, kembali ke topik." Putus Baihee yang sudah malas berdebat.

Xuan Wu mengangguk. "Kau pasti sudah tahu mengapa Zhu Que dan Bai Hu akhirnya tiada, kan?" Baihee pun mengangguk, membenarkan.

"Lantas, apa yang membuatmu menghilang secara tiba-tiba?" tanya Baihee yang sudah penasaran sejak semula.

Xuan Wu. "Aku hanya perlu waktu untuk menenangkan diri. Kau tahu bahwa kami berempat begitu dekat layaknya saudara. Kami diturunkan dari langit pun secara bersama. Ketika aku mendengar berita kematian dua saudara dan saudariku, menurutmu apakah aku mampu tidak kehilangan akal sehatku? Aku bahkan berpikir untuk membantai seluruh manusia saat itu. Namun aku sadar bahwa aku diturunkan untuk melindungi mereka. Aku masih cukup ingat bahwa tidak semua manusia juga bersalah. Oleh sebab itu, aku pergi untuk menenangkan diri sekaligus berkultivasi. Tapi ketika aku kembali, justru aku mendapati kabar duka lagi bahwa satu-satunya saudaraku yang tersisa, mengorbankan nyawanya demi keselamatanmu dan anaknya."

Baihee terdiam mendengar pernyataan Xuan Wu. Bila dirinya yang berada di posisi Xuan Wu, pastilah dirinya akan terpukul dan mungkin saja tidak perlu menenangkan diri, dirinya langsung membabi buta membasmi para manusia itu.

"Suruh siapa kultivasinya ratusan tahun." Ucap Baihee dengan suara yang begitu pelan namun masih terdengar oleh Xuan Wu. Membuat Xuan Wu tertawa.

Xuan Wu, "kultivasi binatang dewa seperti kami tidak sebentar seperti kalian. Lihat saja dari usianya, kami bisa jutaan tahun sedangkan kalian hanya kurang dari seratus tahun. Itu yang membuat kultivasi kami membutuhkan waktu yang lama."

Baihee mengangguk saja karena menganggap jawaban Xuan Wu itu masuk akal. "Kalau boleh tahu, Phoenix kan memiliki air mata Phoenix. Naga memiliki danau abadi. Lalu dirimu dan Harimau Putih, memiliki apa?" Tanya Baihee dengan wajah polosnya.

Xuan Wu berdiri dari duduknya, berjalan kecil ke arah pintu kaca yang mengarah ke balkon, menatap langit dengan senyuman simpul di bibirnya. "Aku dan Bai Hu itu berbeda dengan Qing Long dan Zhu Que. Qing Long dan Zhu Que memang terlahir di langit, lahir dengan berkah dewa pada mereka. Sedangkan aku dan Bai Hu, itu entitas dari bumi ini sendiri. Berkat kultivasi, kemampuan, dan hati kami, kami diberkati oleh para dewa sehingga mampu setara dengan mereka namun tetap saja kami bukanlah mereka. Apa kau mengerti sampai sini?" lirik Xuan Wu pada Baihee yang menatapnya dengan tangan bertopang dagu.

Baihee, "ya."

Xuan Wu, "meski demikian. Kekuatanku dan Bai Hu pun tak dapat diremehkan. Aku diberikan hadiah oleh para dewa dengan lumpur hitam. Siapapun dan apapun makhluk bumi yang terkena lumpurku, dia akan meleleh seketika. Selain lumpur hitam, aku yang memang seekor kura-kura, tempurungku ini adalah perisai terkuat di alam semesta. Bahkan para dewa, Qing Long, Zhu Que, dan Bai Hu sekalipun, tidak dapat menghancurkannya. Sisik naga Qing Long yang sudah sebegitu keras pun, tak dapat mengalahkan kokohnya tempurungku. Ya, memang kita hidup pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya, bukan?"

Baihee mengangguk menyetujui. Baihee tidak banyak bersuara karena paham bahwa Xuan Wu masih akan melanjutkan ucapannya. Baihee tidak ingin menginterupsi karena dirinya begitu ingin mengetahui sejarah empat binatang legendaris yang menjadi panutan setiap kekaisaran atau kerajaan.

Xuan Wu, "dan untuk kemampuan Bai Hu, Dia memiliki kecepatan bergerak di luar nalar dan kemampuan bertarung secara fisik pun, Bai Hu lah yang terkuat. Sekalipun Qing Long dan Phoenix bergerak cepat di langit, mereka bahkan tak mampu mengejar Bai Hu yang berlari di daratan. Itu sebabnya Bai Hu lebih sering bersama Zhu Que karena Zhu Que merupakan satu-satunya betina di antara kami. Kami sering meledeknya dengan sebutan penjaga bayangan Zhu Que. Itu pula sebabnya ketika Zhu Que di serang, Bai Hu berada di sisinya dan ikut mati bersama."

"Dimana dirimu dan Qing Long saat mereka berdua diserang?" tanya Baihee pada akhirnya.

Mata yang memandang langit itu meredup. Memancarkan tatapan sendunya. "Kau sebagai manusia pasti tahu seberapa pintar dan licik manusia bila menginginkan sesuatu menjadi milik mereka, bukan? Para manusia yang menginginkan air mata Phoenix dan danau abadi menyerang secara bersamaan. Mereka sengaja memencar kami semua agar tak saling menolong namun ada sedikit kesalahan strategi dimana mereka tak memikirkan kemungkinan bahwa Bai Hu akan bersama Zhu Que dan aku pun saat itu tengah bersama Qing Long..."

"...Aku dan Qing Long berhasil memberantas mereka yang memang menyerang kami. Seperti yang ku katakan bahwa tempurungku sangat kokoh dan tanpa aku pun, sisik Qing Long cukup keras untuk mampu ditembus oleh anak panah besi biasa saat itu. Jangan lupakan kemampuan lumpur hitamku. Aku memasukkan Qing Long dalam tempurungku, sebelum ku lepaskan lumpur hitamku untuk melelehkan mereka semua. Tapi berkat pertarungan itu, kami terlambat menyusul Zhu Que dan Bai Hu. Mereka tak mampu menahan serangan ribuan manusia yang datang. Bagaimanapun tubuh mereka tidak sekeras diriku dan Qing Long..."

"...Saat kami tiba, kami sudah melihat keduanya meregang nyawa dimana Zhu Que memasang segel untuk melindungi air mata Phoenix nya. Kami sempat mencari-cari telur Zhu Que namun kami tak dapat menemukannya. Kemungkinan berada di dalam air mata Phoenix yang tersegel dan kami tak dapat menembus segel yang dibuat dari darah Zhu Que itu. Disanalah bencana mengerikan yang terjadi selama hidupku dan untuk pertama kalinya pula aku membenci sifat serakah manusia yang tak tahu diri. Padahal kami berempat selalu melindungi mereka tapi ini balasan mereka. Miris sekali bukan? Rasanya seperti kau ditikam oleh anak yang kau besarkan dan begitu kau jaga. Membuat kebencianku meluap dan hendak membantai mereka semua dengan menenggelamkan mereka dalam lumpur hitamku. Tapi Qing Long menahannya. Bagaimana pun tugas kami di dunia ini untuk melindungi mereka. Menggelikan bila diingat. Kami harus melindungi musuh kami sendiri. Tapi se naif itu lah Qing Long. Mungkin karena dia dan Zhu Que memanglah terlahir di alam dewa sehingga hatinya terlalu bersih untuk dihadapkan dengan kebusukkan dunia."

Baihee terkekeh meski tatapannya tidak tertawa. "Ya dan Qing Long berhati bersih yang kau maksud, sudah memperkosa seorang gadis tak berdosa seperti Baihee dan bahkan mengandung anaknya." Canda Baihee agar suasana tidak lagi menjadi dramatis. Baihee tidak suka keadaan melodrama.

"Kau benar! Sepertinya itu dosa pertama dan terakhir nya. Karena setelah itu dia pun mati untuk melindungi kalian. Hah~ semuanya benar-benar meninggalkanku sendirian. Bukankah hidup ini terlalu kejam? Tapi aku yang sudah abadi, tak bisa melakukan apapun. Ingin membantai manusia pun, aku tidak ingin mengecewakan perjuangan sahabatku yang bersikeras melindungi mereka. Akhirnya aku hanya memilih hilang dari peradaban. Dianggap sudah mati, itu tidak terlalu buruk."

Baihee melihat kesedihan dan rasa kesepian yang begitu mendalam pada sosok Xuan Wu pun akhirnya ikut bangkit berdiri dan berjalan ke arah Xuan Wu yang masih menatap langit. "Aku tak ada perkataan yang dapat menghibur, tapi bila kau membutuhkan pelukan saat ini, aku bersedia meminjamkan pundakku sebentar, hanya untuk hari ini, dan sebagai seorang sahabat."

Xuan Wu membalikkan badannya, menatap Baihee yang ternyata sudah merentangkan tangannya. Seperti seorang ibu yang menanti anaknya untuk bersandar. "Bolehkah?" lirih Xuan Wu.

Xuan Wu memang kuat namun di balik kekuatan fisiknya, hidup sendirian tetaplah kesepian.

Baihee mengangguk dengan senyum lembut. "Kemarilah."

Tanpa malu lagi, Xuan Wu memeluk Baihee begitu erat. Tanpa sadar air matanya menetes ke pundak Baihee. Tangisan tanpa suara. Itu rasanya lebih menyakitkan.



To Be Continued


***

Yuk Vote or Spam Next nya >_<

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang