S2 - Part 46

4.9K 788 117
                                    

Tok

Tok

Tok

"Masuklah."

Ketika Xiao Yi mendengar suara dari Hongli. Xiao Yi langsung membuka pintu ruang rapat di kediaman Hongli untuk Baihee masukki. Setelahnya Xiao Yi mengundurkan diri karena perlu mengerjakan hal lain atas seizing Baihee.

Melihat istrinya datang dengan pakaian hanfu sederhana namun tampak menawan, membuat Hongli melirik pada sepuluh tamu yang berada di ruang rapat tersebut.

Hongli mendengus cemburu karena seperti biasa para laki-laki pasti akan memandang takjub dan terpesona pada paras sempurna sang istri.

Meski sudah seringkali menghadapi situasi ini. Hongli masih merasa kesal dan makan cuka.

"Ekhem. Istriku, kemarilah." Hongli berdeham untuk menyadarkan para tamunya dan menekankan bahwa sosok sempurna itu adalah istrinya dan bahkan ibu dari anak-anaknya.

Berhasil. Ke sepuluh orang itu langsung berdiri memberi salam hormat pada Baihee yang baru saja tiba.

Mendengar pikiran Hongli, Baihee hanya dapat menggelengkan kepalanya kecil sembari tersenyum manis.

Baihee menyambut uluran tangan Hongli yang menuntunnya agar duduk disisinya.

"Seperti yang sudah diketahui bahwa wanita di samping saya adalah istri saya dan sekaligus pemilik resmi dari pulau Feng Huang yang kini telah beralih nama menjadi Negara Dreamland. Istri saya pula lah yang memiliki pemikiran untuk memberikan kesempatan pada orang-orang yang memang layak diberi kesempatan hidup yang lebih baik. Dan saya tahu bahwa kedatangan kalian ke tempat ini adalah untuk memastikan kebenaran berita tersebut, apa benar?" Hongli berbicara dengan tegas dan wajah yang datar penuh wibawa.

Berbanding terbalik dengan tindakannya yang menggenggam tangan Baihee dan mengusap lembut punggung tangan Baihee dengan ibu jarinya.

"Benar, Jenderal." Jawab seorang pria paruh baya yang tidak memiliki tangan kiri. Namun tak menampik bahwa tubuh kokohnya terlihat masih sehat dan kuat.

"Istriku, apa ada yang ingin kamu tanyakan atau utarakan?" Hongli menoleh menatap lembut sang istri yang terdiam memperhatikan satu demi satu tamu yang datang. Tentunya tetap menjaga kesopanan agar yang diperhatikan secara kilat itu tidak merasa dan tidak tersinggung.

Baihee tersenyum dan mengangguk pada sang suami. Lalu wajahnya menatap kembali seluruh tamunya. "Sebelumnya, boleh saya tahu tuan-tuan siapa dan berikan alasan yang dapat membuat saya mempertimbangkan untuk menerima kalian atau tidak di Negara ku nanti."

Pria yang tak memiliki sebelah tangannya menoleh kepada ke Sembilan pria lainnya. Dan berakhir dirinya yang berbicara lebih dahulu. "Baiklah nyonya, dimulai dari saya. Saya adalah Liu Bo San. Saya adalah seorang mantan prajurit Kerajaan Turt yang kehilangan sebelah tangannya di medan perang beberapa puluh tahun silam. Karena kehilangan kemampuan saya dalam bertarung, saya pun di berhentikan dan berakhir bekerja serabutan karena memiliki orangtua, istri dan tiga orang anak."

Bo San menunduk dan terlihat mengenang kehidupannya dahulu ketika menjadi prajurit. Keuangan bukanlah menjadi masalah kala itu, namun semua berubah ketika dirinya cacat dan berakhir dibuang karena sudah tidak dibutuhkan karena memang tidak berguna lagi.

Dengan keadaan yang cacat, tidak ada satupun bangsawan yang bersedia memperkerjakannya. Alhasil dirinya bekerja apapun yang dibutuhkan. Entah tukang angkut barang di pasar. Membersihkan sepatu bangsawan. Apapun itu selama dapat menghasilkan uang, akan Bo San lakukan.

Hongli dan Baihee tentu dapat melihat jelas pikiran Bo San dan cukup bersimpati.

Seharusnya sosok berjasa seperti Bo San, mendapatkan dana pensiun dan bukan di 'buang' begitu saja.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang