Part 60

8.1K 1.3K 117
                                    

Baihee di bawa ke dalam rumah kecil dimana suaminya berada. Dan ketika tiba, betapa terkejutnya Baihee mendapati tubuh sang suami yang mengurus. "Apa kalian tidak makan baik disini?" tanya Baihee pada Ling yang masih berada disana.

Ling menghela nafas. "Seperti yang sudah saya sampaikan bahwa kami tidak berani keluar dari segel sihir sehingga kami hanya dapat mengandalkan persediaan yang ada disini saja. Tapi mengingat lebih banyak orang sakit, kami yang merasa mampu memilih mengalah demi mereka sehingga kami kehilangan banyak porsi makan. Sehari bahkan kami hanya dapat memakan beberapa lembar selada air untuk mengganjal perut."

Alis Baihee mengerut tidak senang. Pantas saja semua berat badan menurun drastis. Tubuh memerlukan lemak, karbohidrat, dan protein. Tidak hanya serat. Wajar pula bila mereka lebih mudah terserang penyakit karena kondisi tubuh yang lemah memang akan rentan. Bersyukur suaminya sempat meminum air mata Phoenix. Kendati demikian, asupan makanan yang tak wajar pastilah tetap mempengaruhi berat badan. Ini sama saja dengan diet super ekstrim yang tak sehat.

Baihee yang tak ingin mengganggu tidur Hongli langsung mengajak Ling kembali keluar, sekaligus menghampiri ketiga ksatrianya. "Apa nona Qi yang kau maksud sedang tidur?" Baihee bertanya untuk menguatkan hipotesanya perihal celah segel yang sedikit terbuka sehingga dirinya dapat masuk.

Ling pun mengangguk. "Benar, nyonya."

Baiklah, berarti tebakan Baihee tidak salah. "Sekarang coba anda duduk, saya akan memeriksa anda."

Ling dengan ragu mendekat dan duduk di sebuah batu, dekat dengan Baihee. Melihat itu, Baihee langsung mengambil tangan Ling dan meneliti kulit bernanah Ling tanpa jijik. "Apa kondisi awalnya adalah benjolan berisi air yang cukup banyak?" tanya Baihee pada Ling.

Mata Ling langsung membulat karena terkejut mendapati Baihee dapat menebaknya secara akurat. Apakah Ling dapat benar-benar berharap kesembuhannya? "Benar, nyonya. Mulanya banyak benjolan kecil yang sangat banyak dan saat pecah, ada isi airnya."

Sudah Baihee duga. "Ini disebut dengan cacar air. Seharusnya dia tak akan pecah bila kalian tidak menggaruknya yang mengakibatkan infeksi dan berujung nanah. Cacar air itu akan mengempis dengan sendirinya bila ditangani dengan benar. Tapi berhubung kalian semua tidak tahu perihal cacar air dan cara mengobatinya, kalian memecahkan cacar seperti memecah jerawat, alhasil merusak kulit seperti ini."

Baihee sebenarnya bingung, mengapa dimasa ini cacar air baru ada dan lucunya menyerang orang dewasa juga. Karena di jamannya, cacar air itu pasti di alami semua orang ketika kecil atau maksimal remaja. Ini bukan penyakit berbahaya karena sudah banyak antibiotik dan obat saleb.

Berbeda dengan jaman kuno ini dimana baru pertama kali mendapati penyakit ini. Sehingga, penyakit ini di anggap berbahaya dengan tanpa adanya obat yang diketahui.

Baihee berpikir, bila cacar air mulai ada, maka penyakit ini akan menjadi gempar karena cepat atau lambat semua orang akan terkena dan seiring berjalannya waktu pun akan menjadi hal biasa seperti di dunia nya.

Baihee tersenyum dalam hatinya. Ah, rencana bisnis obatnya sepertinya bisa dimulai dengan membuat vaksin dan obat untuk ini. Sepertinya semesta memang berbaik hati padanya.

"Apa disini ada garam laut, madu, lidah buaya, daun jambu, atau mungkin jahe?" tanya Baihee setelah mencuci tangannya yang selesai memeriksa singkat kulit Ling.

Ling berpikir sesaat. "Di desa ini sepertinya hanya ada garam laut karena memang itu digunakan sebagai bahan masakan. Untuk madu, desa dengan perekonomian sulit seperti desa Lioth, jelas mustahil. Jahe sendiri saya belum pernah melihatnya selama berada disini. Sedangkan lidah buaya, apa itu, nyonya?"

Alis Baihee berkerut, mencoba berpikir apakah jaman ini belum tahu nama lidah buaya? Tapi karena Ling sendiri bingung, jadi sebaiknya lupakan. "Kalau anda tidak tahu, lupakan saja. Lalu bagaimana dengan daun jambu?"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang