Part 15

18.7K 2.8K 218
                                    

Baihee jalan beriringan bersama Hongli ke taman bunga istana utama kerajaan, ketika tiba, Baihee berlari kecil ke ladang bunga sambil merentangkan tangan, berfokus menghirup segarnya alam, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut yang masih ramping itu dan itu adalah tangan kekar suaminya.

Baihee merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya dengan sikap manis yang dilakukan Hongli padanya. Dirinya merasa bersyukur karena Hongli terlihat menerimanya sebagai istri dengan baik dan Baihee berharap semoga Hongli tidak akan pernah berubah karena bila sekali saja berkhianat maka dipastikan tidak akan ada kesempatan kedua.

Dengan lembut, Baihee mengusap lembut punggung tangan Hongli yang tertengger apik di perutnya. Merasakan sentuhan penerimaan yang baik dari Baihee, Hongli memberanikan diri bersikap lebih manja dengan menumpukan dagunya pada bahu Baihee, menghirup aroma wangi tubuh Baihee yang dapat dipastikan, mulai detik ini adalah candunya.

"Ada apa?" Baihee bertanya dengan lembut.

Hongli menggeleng pelan, membuat Baihee sedikit geli karena dagu Hongli yang masih setia menempel dengan pundaknya "jangan banyak bergerak, aku geli dengan pergerakanmu di dekat leherku" jujur Baihee.

"Hm?" dengan sengaja Hongli malah mengecup leher putih Baihee.

"Pangeran!" tegur Baihee sambil terkekeh geli "hentikan"

Bukannya berhenti, tawa merdu Baihee justru membuat Hongli semakin gencar menggoda istrinya, bahkan kali ini dengan berani menyesap leher putih Baihee hingga membercakkan tanda kemerahan.

"Han Hongli!!!" pekik Baihee ketika merasakan perbuatan Hongli yang dianggapnya tak tahu malu karena bagaimanapun ini masih berada di luar.

"Ya? Han Baihee?"

Blush

'Ck! Dia Cuma memanggil namaku saat ini kenapa rasanya begitu deg-deg an, ah aku seperti kembali ke masa SMA yang mudah tersipu malu. Ayo Mayleen, kau itu sudah dewasa aslinya, jangan bertingkah konyol! Ah tapi tidak bisa! Ini terlalu manis!! Sepertinya aku jatuh cinta lagi. ah maluuu~' pergejolakkan batin Baihee bertempur di kepalanya, tak menyadari bahwa setiap ekspresi Baihee, diperhatikan oleh seseorang.

"Wajahmu memerah, apa kau menyukai statusmu sekarang?" bisik Hongli yang jelas melihat wajah merona Baihee dengan jarak sedekat ini.

"Ti.. tidak! Aku memerah karena malu dengan tingkahmu yang tidak tahu malu di depan umum" elak Baihee membuang muka ke sisi berlawanan yang tak terlihat Hongli.

Hongli semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup pipi Baihee "kenapa malu? Semua orang sudah tahu bahwa kita pasangan suami dan istri"

Baihee mencubit kecil tangan Hongli dengan gemas "bukan berarti mengumbarnya seperti ini, bagaimana kalau ada anak-anak yang melihatnya, kau akan mencemari mata suci mereka"

Hongli yang mendengar itu kini mengelus lembut perut Baihee "tidak ada anak-anak karena anak kita masih di dalam sini, mereka tidak akan melihat karena masih terhalangi perutmu, tenang saja" jawab Hongli dengan santainya, membuat Baihee menautkan alis dan berbalik badan seketika, menangkup wajah Hongli dengan kedua tangannya.

"Kau siapa? Kenapa suamiku berubah menjadi receh seperti ini?" tanya Baihee menyipitkan matanya.

Hongli menautkan alis "receh? Apa itu?"

'Sial, aku lupa'

Baihee tertawa kikuk "ah itu maksudnya jadi mudah berhumor ria, aku menyingkatnya dengan kata itu"

Hongli mengangguk "receh, kata yang unik. Tapi aku tidak seperti yang kau bicarakan, aku hanya berbicara fakta"

"Nah ini!" tunjuk Baihee dengan berani sembari melotot yang justru tidak terlihat menyeramkan sama sekali "suamiku itu hanya berbicara hal penting dan bukan hal tidak jelas melantur kemana-mana bahkan cenderung tak tahu malu sepertimu"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang