S2 - Part 56

5.4K 688 83
                                    

Namun nihil. Tampaknya tak ada seorangpun yang berani mengajukan diri karena merasa tidak percaya diri.

Suasana hening itu berakhir ketika salah seorang mengangkat tangannya.

Hal tersebut sontak membuatnya menjadi pusat perhatian dan dengan kikuk dirinya tersenyum canggung. "Ah maaf, tapi saya bukan berniat mencalonkan diri. Hanya saja saya ingin bertanya." Lalu menurunkan tangannya dengan malu-malu.

Baihee mencoba mengingat sosok wanita muda tersebut.

Bila dirinya bukan dari kalangan kepala keluarga atau wakil kelompok. Itu berarti dirinya adalah orang-orang rekomendasi pihaknya atau pihak sang suami.

Namun nihil. Baihee tampaknya tak mengingat apapun perihal sosok perempuan muda tersebut. "Hmm maaf, boleh sebutkan dulu identitas lengkapmu agar kita semua disini dapat mengenalmu."

Dengan malu, perempuan yang mengenakan hanfu sederhana itu berdiri.

Meski secara fisik tidak begitu cantik, namun Baihee melihat bahwa gadis tersebut cukup manis. Dan terlihat pintar?

"Perkenalkan. Saya Xue Xin Xin. Saya disini atas rekomendasi nona Qian Qu." Lalu dirinya menunduk karena malu.

Baihee tersenyum tipis dengan tingkah yang cukup menggemaskan itu. Bila dilihat-lihat, tampaknya Xin Xin ini masih remaja. Tapi mendengar bahwa Qian Qu lah yang merekomendasikannya. Pastilah Xin Xin memiliki sesuatu yang 'bermanfaat'. Biarlah nanti dirinya akan mencari informasi tersebut.

"Baik Xin Xin, silahkan duduk kembali. Dan boleh langsung katakan, apa yang ingin kamu tanyakan?" Baihee bernada lembut agar Xin Xin tidak semakin gugup.

Xin Xin, "itu... tadi Yang Mulia hanya mengatakan Wakil Presiden dan Hakim Agung saja. Tapi, bukankah Ketua Mahkamah Agung yang sempat dijelaskan, belum ditentukan siapa?"

Bibir Baihee tertarik sempurna. Xin Xin, gadis tersebut tampaknya cukup teliti. Baihee memang sengaja tidak menyebutkannya karena dirinya sudah memiliki kandidat untuk posisi itu. Dirinya berniat tak membahas bila tak ada yang bertanya. Tapi sayang, Xin Xin menanyakannya.

"Haha aku suka ketajaman dan ketelitianmu. Tapi khusus untuk posisi Ketua Mahkamah Agung, aku sudah menentukannya sendiri. Dia adalah sosok yang sangat pantas mendudukki posisi tersebut. Sayangnya, hari ini dia tidak dapat berkumpul bersama kita karena masih memiliki urusan. Yang pasti, orang ini sangat layak. Jadi jangan khawatir." Ucap Baihee.

Xin Xin dan semuanya hanya mengangguk. Mengikuti keinginan pemimpin mereka, yakni Baihee.

Baihee, "baik, sekarang lanjutkan kepada penentuan Wakil saya dan Hakim Agung."

Lagi, semua kembali hening dengan tatapan saling melempar. Baihee berdecak dalam hatinya. Ini seperti perkumpulan anak sekolah yang saling melempar ketika guru bertanya siapa yang bersedia menjawab soal.

Hongli terkekeh dalam hatinya ketika mendapati wajah masam Baihee. Hongli tahu bahwa Baihee adalah tipe wanita ambisius dan memastikan semuanya berjalan sempurna. Baihee menuntut sesuatu sempurna karena Baihee mampu melakukan hal serupa.

Tapi tampaknya Hongli perlu memberitahu sang istri bahwa dalam membangun dan membentuk sesuatu, tidak segala hal akan berjalan sesuai kehendaknya.

Seperti saat ini. Baihee menginginkan inisiatif para pengikutnya. Namun, bukannya berinisiatif, mereka cenderung saling melempar dan bahkan menciutkan nyali.

Sungguh komunitas saat ini, berbeda dengan para orang-orang serakah tahta. Bila keadaan serupa berada di istana Kekaisaran atau Kerajaan, pastilah banyak orang menunjuk dirinya sendiri agar terpilih menjadi salah satu pejabat.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang