Setelah acara pelukan Baihee dan Xuan Wu, Xuan Wu langsung pamit karena merasakan aura Hongli yang mendekat. Tak lupa Xuan Wu membantu Baihee menghilangkan bekas auranya dan perlengkapan minum teh.
Xuan Wu sudah seperti selingkuhan Baihee yang takut ketahuan.
Sekarang ketika mengingatnya kembali, untuk apa Xuan Wu kabur? Baihee juga tak masalah bila Hongli yang melihatnya, selama bukan pekerja mereka, karena Hongli pasti akan bertanya, tidak seperti pekerja yang lebih mempercayai apa yang mereka lihat lalu menyebarkan rumor yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.
"Sayang?"
Hongli membuka pintu dan langsung menyapa istrinya yang berdiri di pintu kaca balkon. Baihee menoleh dan menyambutnya dengan senyuman. "Sudah selesai bekerjanya?"
Dengan perlahan, Hongli mendekat dan memeluk tubuh ramping sang istri dan mengusap singkat perut Baihee yang mulai terlihat sedikit tonjolan. "Masih banyak pekerjaan namun aku ingin melihat istriku terlebih dahulu untuk mengisi ulang tenaga yang melelah."
Membalas pelukan Hongli, Baihee menduselkan wajahnya pada dada bidang sang suami. Baihee begitu menyukai aroma tubuh Hongli. Bersyukur pula janinnya pun menerimanya sehingga terasa begitu nyaman bagi Baihee berada di dalam pelukan suaminya ini.
"Sedang apa berdiri disini? Kenapa tidak ke balkon saja, menghirup udara segar?" Tanya Hongli.
Baihee pun menjawab dengan jujur, perihal kedatangan Xuan Wu dan alasan mengapa menutup pintu balkon, itu demi menghindari rumor tak sedap.
Hongli mendengarkan tanpa menyela. Terlihat sebenarnya mimik wajah Hongli yang seketika mendatar. "Han Baihee?" Suara dalam nan tegas milik Hongli menyapa pendengaran Baihee, membuat Baihee mendongak heran karena sangat jarang Hongli memanggil namanya dengan marga sang suami pula.
Baihee, "ya?"
Hongli melepaskan pelukan Baihee dan membawa Baihee duduk. Lagi, tidak seperti biasanya, Hongli mendudukkan dirinya bukan pada pangkuan Hongli bila di kamar. Kini Baihee di biarkan duduk sendiri dengan Hongli yang berdiri menjulang di hadapannya, menatapnya penuh ketegasan.
Hongli, "aku berterimakasih karena kamu begitu jujur namun ku harap ini adalah terakhir kalinya kau berlaku demikian. Baihee, ruangan ini adalah kamar tidur kita. Ini adalah ruangan pribadi dimana tidak boleh ada siapapun masuk sembarangan. Bahkan keluarga saja tidak sembarangan boleh masuk. Dan kau justru membawa orang asing masuk dan berbincang di dalamnya? Aku mengerti bahwa dia datang sendiri, namun seharusnya kau menyuruhnya bertemu dan berbincang di tempat lain, bukan di kamar pribadi kita berdua. Aku bukan mengekang dan melarang kalian bertemu, melainkan tempatnya yang salah. Rumor? Bukankah lebih buruk kalau ada orang lain yang tahu bahwa kalian bertemu di kamar? Masih lebih mudah kita tepis pergunjingan diluar sana bila kalian bertemu di tempat terbuka, Baihee."
Baihee terdiam dan menunduk. Dirinya mengerti bahwa saat ini Hongli tengah menegur dan Baihee menerimanya, bagaimanapun, apa yang dikatakan oleh Hongli benar dan berdasar adanya. "Maafkan aku."
Hongli menghela nafas sebelum akhirnya berjongkok di depan Baihee dan meraih tangan yang saling bertautan karena rasa bersalah. "Ya, dan ku harap tidak kau ulangi atau aku akan marah, mengerti?"
Dengan cepat, Baihee mengangguk. Melihat tingkah Baihee, bagaimana mungkin Hongli bisa menahannya. Dengan gemas, Hongli menggendong singkat Baihee yang terduduk sebelum memindahkannya pada pangkuan Hongli sendiri. Memeluk Baihee hati-hati, agar sang istri tak terjatuh. "Jadi, bagaimana solusi pembekuan sel telur dalam ceritamu tadi? Sepertinya belum diceritakan lebih jelas."
Mata Baihee seketika melotot dan dengan kesal, menepuk keningnya. "Bodoh! Aku bahkan melupakannya karena teralihkan dengan hal lain. Maaf." Kikuk Baihee. Sudah membuat kesalahan dengan membiarkan laki-laki masuk. Dan justru tak membuahkan hasil solusi dari masalahnya.
Hongli pun dengan geram, mencubit hidung mancung Baihee dan menariknya hingga membuat Baihee terpekik terkejut. Sakit? Tentu tidak, Hongli tidak menggunakan kekuatan untuk hal kecil seperti itu.
"Kau ini benar-benar. Ah benar. Tadi sepertinya ada yang bercerita, menawarkan sebuah pelukan dan akhirnya berpelukan? Wah~ hukuman apa yang harus ku berikan untuk seorang istri yang nakal?"
Dengan gerakan kaku, Baihee tertawa kikuk dan berusaha turun dari pangkuan Hongli. Dirinya merasa ada alarm berbahaya bila tetap berada di kamar.
"Mau pergi kemana?" Pelukan Hongli semakin mengerat tanpa menyakiti Baihee. Dan dalam jentikkan jari, terdengar suara pintu terkunci dan bahkan gorden besar di kamar bergerak sendiri menutupi cahaya luar.
Mata Baihee melotot. "A.. aku ingin buang air." Cicit Baihee tak berani menatap Hongli.
Alis Hongli terangkat sebelah sebelum akhirnya mengangguk kecil. Kemudian Hongli berdiri dengan menggendong tubuh Baihee.
"Ma.. mau kemana?" gugup Baihee, tak berani menatap Hongli.
Hongli menundukkan wajahnya. "Tentu saja membantumu buang air. Atau kamu ingin langsung kepada hukumanmu? Aku tak keberatan bila tanpa sengaja kau menumpahkannya di ranjang, bersamaan dengan sesuatu, mungkin?"
Mata Baihee langsung melotot horrot pada Hongli.
PLAK
"Mengapa suamiku dapat berkata begitu vulgar dengan mudahnya? Mengapa suamiku menjadi mesum begini? Tidak! Kau bukan suamiku, kan? Turunkan! Aku tidak mengenalmu lagi. WAAAA AAAA YIIIIIIIIII. ADAA BINATANG BUAAASSSS" Teriak Baihee, berusaha memberontak dan mencari pertolongan. Baihee masih mengingat seberapa menggilanya Hongli dalam urusan ranjang. Tidak! Baihee banyak pekerjaan, dirinya akan kesulitan beraktivitas bila mereka melakukannya sekarang. Hongli terlalu ganas bagi Baihee.
Ketakutan Baihee, tentu Hongli mendengarnya, namun bagi Hongli, justru itu begitu menggemaskan. Hongli tersenyum miring dengan tingkah 'menggemaskan' istrinya itu. "Sssttt, tak perlu berteriak sekarang. Aku bahkan belum memulai apapun. Tenang saja, sudah ku pasang sihir pengedap suara." Bisik Hongli yang terdengar begitu menyeramkan di telinga Baihee.
"TTTIIIIDAAAAKKKKK. MAAAMAAAAA!!!"
***
"Mengapa wajah nyonya begitu murung?" Xiao Yi bertanya karena kini berada di kamar tuan nyonyanya atas perintah Hongli untuk membersihkan tubuh nyonyanya.
Baihee memberengut kesal namun malu untuk menceritakan. Bagaimanapun itu masalah intim dirinya dengan sang suami mesumnya. "Jangan bertanya, A Yi. Karena saat ini, aku benar-benar bisa memakanmu karena kesal bukan main."
Xiao Yi yang telah selesai membantu Baihee membersihkan tubuhnya, kini beralih membereskan ranjang tuan nyonyanya yang berantakan. Mengganti dengan alas sprei yang baru sembari tertawa kecil karena dirinya kini mengerti. Xiao Yi memang masih remaja, namun bukan berarti dirinya sepolos itu hingga tak mengerti perihal ini.
"Ah jadi nyonya kesal karena tuan?" goda Xiao Yi sembari memasang sprei baru.
Baihee langsung menatap Xiao Yi dengan garang namun sungguh, itu tak terlihat menyeramkan. "A Yiii." Desis Baihee.
Xiao Yi tertawa. "Baiklah baik. Maafkan saya nyonya. Saya akan menyiapkan minuman jahe agar nyonya merasa lebih baik."
"Ck! Terserah kau saja." Baihee masih kesal dengan godaan Xiao Yi, sehingga dirinya bersikap merajuk.
Xiao Yi memeluk baju kotor dan sprei kotor dalam dekapan mungilnya, mengarah ke pintu untuk keluar menyerahkan cucian kepada bagian pembersihan. Namun sebelum benar-benar keluar. Xiao Yi menoleh kepada Baihee yang masih berkomat-kamit kesal. "Dan akan saya bawakan saleb untuk luka lecet di bagian itu nyonya." Lalu segera berlari keluar.
"A YIIIIIIIIIIIIIII"
To Be Continued
***
Yuk yuk Vote and Commentnya
Makin kalian kasih apresiasi makin aku semangat updatenya looohh T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Her
FantasyMayleen, seorang dokter kecantikan tradisional yang ber transmigrasi ke seorang perempuan jaman kuno yang diperkosa oleh jelmaan naga. Langsung di baca aja beberapa part, bila menarik silahkan lanjut, bila tidak menarik, hapuslah dari perpustakaanm...