Part 14

18.4K 2.7K 66
                                    

Hahah kemarin malam aku cek jam 7 lewat masih kurang Vote dan karena sekarang udah, Selamat membaca

Enjoy!

______________

Kaisar Hao Cun dan Raja Iger saling bertatapan sejenak sebelum kaisar Hao Cun mencoba menggali lebih dalam mengenai alasan permintaan Baihee. Memang permintaan Baihee bukanlah hal sulit karena pulau itu hanya pulau tandus karena beracun namun mendengar Baihee menginginkan pulau terbuang itu, tak bisa membuat Kaisar tidak penasaran.

Kaisar, "mengapa menantu menginginkan pulau itu? Apakah kediaman mewah yang ayahanda berikan di perbatasan Hegon, tidak memuaskan menantu?"

Baihee menggeleng "hamba tidak ingin berbohong namun hamba menginginkan pulau itu sebagai tempat pribadi hamba dan suami hamba, tempat dimana tidak ada siapapun dapat mengusik, tempat dimana hukum kekaisaran dan kerajaan tidak berlaku, tempat dimana hamba dan suami saya dapat bebas bersikap tanpa mementingkan aturan hukum dan etika. Hamba menginginkan kebebasan mutlak melalui tempat itu dan pulau itu terpisah dari daratan kekaisaran dan kerajaan manapun walaupun kini masih terdaftar dalam wilayah kekaisaran Henix namun bila ayahanda mertua memberikan pulau itu, maka pulau itu resmi menjadi milik hamba dan suami hamba, kelak siapapun tidak diperbolehkan masuk dan keluar tanpa izin hamba dan suami hamba"

Semua orang terdiam mendengar itu, bagi mereka, permintaan Baihee sangat naïf, bagaimana mungkin menginginkan tempat beracun sebagai gerbang kebebasan?

Kaisar terdiam memikirkan keinginan Baihee dan melirik ke arah putranya, Hongli, namun Hongli hanya diam menatap sang istri seolah memang menyiratkan bahwa keinginan Baihee adalah keinginannya juga.

"Tapi disana hanya tanah tandus yang bahkan tidak ada sebatang pohonpun dapat tumbuh, semua orang yang ayahanda utus kesana, hanya berujung mati karena keracunan akan sesuatu, selalu seperti itu hingga ayahanda menghentikan pencaritahuan di pulau itu. Apakah menantu yakin, masih menginginkan pulau itu? Bila yang diinginkan menantu adalah kebebasan, ayahanda dapat memberikan kartu emas untuk memudahkan menantu dalam beraktivitas dimanapun" saran Kaisar.

Baihee lagi-lagi menggeleng "kartu emas itu bukan kebebasan melainkan pemantauan dalam pembatasan. Mohon ayahanda mertua mengabulkannya, karena hamba yakin bahwa hamba dan suami hamba dapat hidup nyaman dari itu"

"Sebenarnya ada hal menarik apa yang membuat putri menginginkan pulau itu" Putra Mahkota Henix menyuarakan pendapatnya dengan wajah penuh curiga.

Tawa kecil, Baihee gema kan dengan anggun "karena itu adalah pulau yang paling tidak dipandang oleh semua orang, karena itu adalah pulau yang tidak direbutkan oleh siapapun, hamba hanya mencari aman dan damai namun tetap mampu merealisasikan keinginan hamba. Bila pangeran mahkota mencurigai sesuatu, ayahanda Kaisar dan siapapun boleh melakukan investigasi terlebih dahulu secara menyeluruh sebelum berakhir kepemilikan, karena bila sudah berada dibawah kekuasaan hamba dan suami hamba, seperti yang sebelumnya hamba sebutkan bahwa tempat itu 'tidak akan tersentuh' oleh siapapun tanpa seizin hamba dan suami hamba"

Pangeran mahkota menyunggingkan senyum miring, baginya Baihee menyimpan sesuatu yang akan berpengaruh cukup besar kemudian hari namun seberapa keras dirinya mencoba melarang, tidak ada alasan logis untuk menolak memberikan pulau buangan itu.

Kaisar menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk "baiklah, ayahanda mengabulkan permohonan menantu. Pulau itu akan resmi menjadi milikmu dan pangeran Hongli. Tidak ada aturan, hukum, dan etika kekaisaran maupun kerajaan yang berlaku disana, apakah sudah sesuai harapan menantu?"

Baihee hendak menjawab namun suara Permaisuri menyela "tapi bukankah itu beresiko? Bagaimana bila suatu hal tak diinginkan dibangun dan direncanakan rapi disana? Bukan menuduh namun mencegah tentu akan lebih baik"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang