S2 - Part 17

5.8K 896 115
                                    

"Mayleen...."

"Datanglah padaku, Mayleen...."

"Aku menunggumu...."

Tersentak Baihee langsung terbangun secara tiba-tiba. Mimpi aneh yang sempat Baihee dapatkan ketika masih baru menikah dan pindah ke perbatasan Logos.

Waktu itu dirinya berpikir bahwa ini hanyalah bunga tidur biasa. Namun, saat ini, entah mengapa Baihee tergerak untuk mencari tahu, siapa suara wanita yang mengalun dalam mimpinya itu? Suara yang lembut, memintanya untuk datang. Tapi datang kemana?

Baihee menyeka keringatnya dengan kain lengan kirinya. Sebelum akhirnya memilih berendam di gua dimensinya sendiri. Mandi dengan air di danau abadi, selalu membuatnya tampak segar dan bugar.

Kali ini Baihee langsung keluar dimensinya seusai berendam. Karena masih ada satu laki-laki asing yang membutuhkan penawar racunnya. Baihee bukan pembunuh sehingga bila tak mengetahui jelas motif penyusup itu baik atau tidak. Baihee tidak akan tenang, membiarkan orang lain sekarat karena racun. Dirinya sama saja melanggar kode etik kedokteran.

Memakai hanfu yang cukup tertutup berwarna putih. Baihee tampil dengan kecantikan yang memang tak diragukan lagi. Baihee seperti seorang dewi. Hongli pasti sangat bangga memiliki istri seperti Baihee. Memikirkan hal tersebut membuat Baihee tersenyum sendiri hingga membuat Xiao Yi yang kini tengah berjalan di sampingnya menuju ruangan si penyusup, keheranan.

"Sepertinya nyonya sangat bahagia? Apa tidur nyonya sangat nyenyak dan bermimpi indah?" Xiao Yi yang kesulitan mengontrol rasa penasarannya memilih langsung bertanya.

Baihee yang berjalan dengan tangan kiri di bawah perut dan tangan di pinggang belakang, menoleh pada Xiao Yi. "Ah katakan saja begitu. Aku hanya memikirkan suamiku."

Xiao Yi langsung tersipu malu-malu. "Tuan dan nyonya sangat romantis. Padahal belum genap hari berganti, tapi nyonya tampaknya masih belum puas melepas rindu disana."

Baihee, "tentu saja. Apalagi anakku ini sepertinya manja dengan ayahnya."

Xiao Yi terkikik geli dan ternyata keduanya telah tiba di sebuah ruangan yang dijadikan Chen sebagai 'penjara' sementara.

Ingat bukan? Bahwa Baihee enggan menginjak penjara bawah tanah yang kotor dan pastinya berbau tak sedap, sarat akan kematian.

"Selamat malam tuan. Apakah rasa sakitnya mulai terasa?" Baihee menyapa pada penyusup yang masih berlutut sembari menundukan kepalanya.

Mendengar suara targetnya, penyusup itu mendongak. Sempat terpesona lagi pada sosok Baihee ini. Ya, lagi. Karena sebelumnya, penyusup itu dapat tertusuk jarum Baihee akibat kelengahannya yang tertegun terpesona melihat paras Baihee yang baru saja memasuki kamar. Meski perutnya membesar, namun sulit dipungkiri oleh kaum laki-laki sepertinya, paras Baihee bagaikan magnet yang mengundang lawan jenis untuk mendekat.

"Hei, hidupmu itu terancam, tunda dulu memandangku. Aku memang mempesona tapi nyawamu lebih penting, bukan?" Mendengar pikiran penyusup yang terpesona padanya. Cukup membuat Baihee geleng kepala. Tuannya sepertinya salah memilih orang.

Tersadar. Penyusup itu mulai merasakan kebas lagi di seluruh sendinya, hingga membuatnya meringis. "Berikan aku penawarnya atau kau akan menyesal."

Alis Baihee terangkat. Xiao Yi sendiri sudah membawa gagang sapu untuk memukul penyusup itu, bila hendak melukai nyonyanya.

Dalam ruangan ini, hanya ada Baihee, Xiao Yi, Chen, dan penyusup itu. Jun dan Kai secara terpisah memilih menjaga kamar pribadi Baihee dan menjaga pintu ruang interogasi ini.

"Kenapa aku harus menyesal?" Dengan main-main, Baihee memancing.

"Karena aku Pangeran Ketiga Wigon!!" "Kau tak perlu tahu siapa aku. Intinya kau harus melepaskanku!" Lain di mulut dan di hati. Penyusup yang ternyata Pangeran itu, berteriak dalam hatinya.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang