S2 - Part 71

2.7K 390 54
                                    

"Jenderal, sebentar lagi kita akan memasuki wilayah perairan Dreamland." Seorang pria yang berjubahkan pakaian perang berwarna perak, melapor pada sosok pria yang cukup tampan, mengenakan pakaian perang berwarna emas.

Mereka adalah orang-orang yang diutus oleh Kerajaan Niu.

Sosok yang kini disebut dengan Jenderal pun, merupakan salah satu pangeran dari Kerajaan Niu tersebut. Niu Zi Zheng.

"Hentikan seluruh armada kapal, tepat sebelum menyentuh perairan mereka." Suara dalam penuh wibawa itu pun terdengar.

Tanpa mempertanyakan maksud dari perintah Niu Zi Zheng. Seseorang yang melapor tersebut langsung membunyikan gong sebagai peringatan untuk berhenti pada kapal lain.

Banyak awak dek kapal yang mempertanyakan keputusan Niu Zi Zheng, namun mereka takut bertanya karena Niu Zi Zheng memiiki karakter yang tidak suka ditanya. Salah. Lebih tepatnya, Niu Zi Zheng benci perintahnya dipertanyakan oleh orang lain. Karena itu menyangkut harga dirinya.

Hanya beberapa orang yang berani bertanya. Keluarganya dan ajudannya, alias tangan kanannya. Seperti saat ini.

Datang seorang pria dengan mengenakan pakaian hanfu dan bukan pakaian perang. Sosoknya terihat bersih dari noda kejahatan. Dirinya juga tidak pernah terlibat dengan perang secara langsung. Ini adalah kali pertama dirinya terjun.

Meski demikian, sang ajudan ini tidak akan pernah benar-benar diterjunkan ke medan penuh darah itu. posisinya hanya untuk menemani sang Pangeran yang memiiki beban tanggung jawab yang sangat besar, sebagai penasehat.

"Kenapa Pangeran meminta semuanya berhenti?"

Niu Zi Zheng melirik kecil pada ajudannya yang bernama Niu Xi Wang.

Niu? Ya, sesungguhnya mereka masihnya kerabat. Ayah Xi Wang merupakan adik bungsu dari Raja Niu saat ini.

Zi Zheng, "kita sudah mendengar bahwa mereka memiliki pertahanan yang tak mudah ditembus. Lantas, mengapa kita tergesa-gesa untuk menerobos ketika kita bahkan tidak tahu kekuatan besar apa yang berada disana."

Xi Wang dengan tak berekspresi. Memalingkan kepalanya untuk melihat pemandangan laut milik 'musuh'.

"Bahkan setelah mendengar itu pun, mengapa kita justru harus berperang dengan mereka?" Xi Wang sangat menyesali keputusan petinggi Istana Niu, yang ingin mengakuisisi Dreamland.

"Serakah. Memang apalagi yang bisa tua bangka itu pikirkan? Dirinya tak cukup puas dengan hanya pijakan kaki di wilayah Niu." Zi Zheng juga menyesalkan keputusan sang Raja yang begitu serakah.

Xi Wang, "tapi kenapa harus Pangeran yang berperang? Pangeran lain masih begitu banyak yang tampaknya menganggur."

Zi Zheng tersenyum tipis mendengar gerutuan Xi Wang. "Karena ada yang menginginkan kematianku."

Xi Wang menghela nafas berat. "Apa kita akan mati disini?"

Zi Zheng terdiam sesaat. "Kalaupun iya. Setidaknya aku tidak mati sendirian."

Dengan kesal, Xi Wang langsung memukul kepala belakang Zi Zheng. "Aku masih belum mau mati. Jadi, pastikan perang ini mudah atau kita harus pergi untuk menyelamatkan banyak orang di dek lain."

Mendengar ini, Zi Zheng terkekeh. "Maksudmu kita menyerah? Apa kau tak takut kepalamu lepas ketika Raja tahu, penasehat yang dirasa berbakat hingga ditempatkan disisiku ini, ternyata justru menasehatiku seperti ini."

Xi Wang ikut tersenyum tipis. "Ya mari kita lihat hukumannya bila masih hidup."

Mereka benci perang namun mereka tak dapat membantah titah Raja. Menolak berarti memberontak. Dan itu sama saja dengan kematian.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang