S2 - Part 44

5.2K 806 31
                                    

Di sebuah ruangan tertutup yang terlihat tampak mewah bila dilihat dari pahatan kayu pada dindingnya. Namun terlihat kosong karena banyak perabotan yang dihilangkan selain sebuah ranjang yang bahkan tidak diletakkan di sebuah kerangka. Ranjang itu tampak di letakkan langsung di atas ubin. Itulah kondisi kamar Bai Rong saat ini.

Sejak hartanya dirampas paksa karena hukuman dan golden core miliknya dihancurkan. Hidupnya sudah tampak tak berarti lagi.

Tak ada binaran kehidupan di manik mata kosong itu.

Berulang kali Bai Rong mencoba membunuh dirinya sendiri tapi selalu berhasil digagalkan oleh ksatria bayangan yang diberikan Raja Iger padanya.

Hal ini pula lah yang menyebabkan kamarnya hanya berisikan ranjang. Karena Bai Rong selalu memanfaatnya segala alat di sekitarnya untuk melukai dirinya sendiri.

Meski hanya sebuah ranjang saat ini. Tak jarang pula, Bai Rong berusaha membenturkan kepalanya sendiri pada dinding kayu jati kediamannya.

Bai Rong benar-benar sudah kehilangan gairah hidupnya.

Dirinya menyesal. Andai saja dia tidak menaruh iri pada Baihee. Mungkin saat ini dirinya masih hidup baik sebagai seorang putri yang berharga.

Tapi percuma. Menyesal pun tak akan ada gunanya. Kini dirinya sudah cacat.

Mengapa dulu Baihee mampu bertahan ketika satu Kerajaan mencemoohnya?

Bai Rong sadar bahwa ini semua adalah karmanya karena membuat Baihee celaka dan bahkan menjadi buruk rupa selama bertahun-tahun.

Dan kini Bai Rong yang berada di posisi Baihee kala itu.

Dikucilkan karena tidak memiliki sihir dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

Posisi Baihee dulu, benar-benar Bai Rong rasakan. Dan itu menyesakkan. Sungguh Bai Rong menyesal.

Dirinya baru beberapa bulan merasakan kehidupan seperti ini tapi puluhan kali Bai Rong berusaha menyerah.

Bagaimana dengan kakaknya itu?

Kakak? Bai Rong bahkan kelu dan malu untuk menyebutnya seperti itu. Dirinya hanya iblis yang terus berusaha mematahkan sayap malaikat Baihee.

Bai Rong benar-benar menyesal. Andaikan waktu dapat diputar kembali. Bai Rong tidak akan mengusik Baihee.

Andai dia tahu bahwa akhirnya akan seperti ini. Sungguh Bai Rong tidak akan berani menyentuh Baihee.

Kini air matanya bahkan sudah kering.

Beribu kata maaf dalam hatinya pun tak membuatnya tenang. Dirinya hanya memiliki satu tujuan. Yaitu mati. Hanya itu. Tapi ibunya terus menggagalkan rencananya.

Bai Rong bukan mati otak hingga tak dapat berpikir ketika ibunya berusaha mendoktrin dirinya agar bangkit untuk balas dendam dan membalas semua yang terjadi ini.

Tapi Bai Rong sudah tak memiliki niat itu sama sekali.

Balas dendam akan yang terjadi?

Bukankah perbuatan Baihee juga dapat dikatakan sebagai aksi balas dendamnya karena perbuatan Bai Rong dan Rong Yi dulu padanya?

Bai Rong hanya memilih diam ketika ibunya terus berceloteh untuk memaksanya bangkit. Percuma, ibunya tak akan pernah mendengarkan apapun.

Dirinya ini adalah cerminan karakter ibunya.

Bai Rong sadar bahwa ibunya hanya akan jera bila sudah seperti dirinya. Bila tidak, semua orang menasehatinya pun, percuma.

Ini sebabnya Bai Rong hanya diam. Dirinya sudah berusaha mengatakan untuk tidak ikut campur lagi masalah Baihee. Tapi Rong Yi bersikeras akan membalas.

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang