S2 - Part 62

3K 442 19
                                    

Setelah terjeda beberapa waktu. Barulah kini Baihee dapat berbincang dengan Guang Shan dan Bai Rong. Tentunya ditemani oleh sang suami dan kedua 'legenda'.

Baihee sempat mengira bahwa selama Baihee ke Negara Bagian Barat, Hongli telah bertemu dan berbicara dengan Guang Shan. Ternyata Hongli menunggunya untuk berbincang bersama.

Kini ke enam sosok manusia tersebut berkumpul di ruangan rapat yang lebih kecil dan lebih tampak seperti ruang keluarga.

Baihee bahkan melihat kekonyolan Bai Rong yang membuka mulutnya karena terperangah dengan design interior di ruangan ini.

Baihee tak dapat membayangkan bila Bai Rong mengelilingi setiap ruang dan sudut di Dreamland ini. Mungkin matanya dapat menggelinding keluar.

Sudut bibir Baihee bahkan berkedut ketika mendengar pikiran Bai Rong yang terus bertanya dalam pikirannya, 'apakah ini surga?'.

Tak jauh dengan Guang Shan. Dirinya juga takjub namun lebih mampu mengontrol diri.

"Ekhem. Jadi, bagaimana kabar Pangeran Guang Shan selama ini?" Baihee membuka obrolan karena menunggu suami pendiamnya yang berbicara, itu cukup percuma. Terlebih Hongli dan Guang Shan sebenarnya tidak begitu berhubungan baik sebelumnya.

Selain mereka. Sesungguhnya Baihee juga tidak berhubungan baik dengan Bai Rong. Tentu saja. Namun, kepribadian jiwa Baihee, yang tak lain adalah Mayleen ini merupakan sosok yang tidak dapat tahan dengan keheningan canggung seperti ini.

Baihee dapat melihat bahwa Guang Shan tampak lebih 'hidup'. Bahkan aura negatif nya seolah lenyap dan hanya membawa aura positif.

Apakah sebegitu buruknya dulu ketika Guang Shan tinggal di istana Henix?

Guang Shan tersenyum lembut. Hingga alis Baihee terangkat tak percaya.

Sosok Guang Shan dulu diingatan Baihee merupakan sosok yang memiliki tampang licik, culas, mesum, dan penuh aura kebencian serta permusuhan.

Tapi sekarang Guang Shan tersenyum lembut? Dan itu tampak tulus.

"Saya sangat baik. Terimakasih telah menanyakannya, adik ipar." Jawab Guang Shan menatap Baihee dengan tatapan terpesona.

Harus Guang Shan akui bahwa paras Baihee memang menawan. Dan dirinya tak berbohong mengenai perasaannya dulu ketika menginginkan Baihee menjadi miliknya.

Tapi itu dulu.

Guang Shan tidak berniat merebut istri orang lain. Biarlah dirinya yang menyimpan perasaannya sendiri.

Hongli sadar arti dari tatapan Guang Shan dan menatapnya tidak suka. Pada akhirnya Hongli berdeham keras agar Guang Shan mengalihkan tatapannya dari sang istri. Tak sadarkah Guang Shan bahwa dirinya duduk tepat disebelah Baihee?

Hongli, "tolong dijelaskan, alasan Pangeran Mahkota melakukan ini semua? Berpura-pura mati dan melarikan diri dari tanggung jawab."

Guang Shan meringis malu mendengar perkataan Hongli. "Untuk itu, aku minta maaf. Tapi ini semua demi Henix."

Alis Hongli bertaut. "Apa maksud, Pangeran?"

Guang Shan melirik Qian Qu dan dibalas anggukan. Akhirnya Guang Shan menyiapkan nafas untuk bercerita panjang.

Guang Shan, "kamu tahu bahwa ibuku terlalu berambisi pada kekuasaan, bukan? Tapi sebenarnya, banyak orang yang menghasut ibuku untuk menjadikanku penguasa tertinggi. Mereka tak lain adalah para fraksi pendukung kami."

Tidak ada yang menyela kalimat Guang Shan dan memilih diam untuk menyimak.

Guang Shan, "mereka bertindak seolah mendukung aku dan ibuku namun sesungguhnya menginginkan kami menjadi boneka mereka. Mulanya aku bertahan demi ibuku. Namun suatu hari aku tanpa sengaja mendengar bahwa mereka sering mengadakan pertemuan rahasia tanpa aku dan ibuku..."

"... Aku tentu curiga dan memilih menyelidiki. Barulah disana aku menemukan bahwa mereka tengah menyusun rencana pemberontakan tak langsung dengan menggunakan aku dan ibuku..."

"... Ketika aku telah berhasil naik tahta, mereka berniat menghasut ibuku demi mendorongku untuk menyingkirkan satu per satu anak-anak Kaisar. Dan setelah yang tersisa hanyalah aku. Mereka akan bergabung untuk melengserkan aku dan ibuku dengan dalih bukti bahwa aku membunuh para saudara-saudariku sendiri..."

"... Aku ingin mengatakan semuanya pada ibuku namun aku tahu bahwa ibuku tak seberkuasa itu atas fraksi-fraksi tersebut. Kalian semua jelas tahu bukan? Bahwa istana tidak pernah lepas dari darah. Dan aku ingin menghentikan itu semua..."

"... Aku tak memiliki kekuatan hebat untuk membantai mereka tanpa sebab. Aku tak memiliki kuasa untuk menjatuhkan hukuman tanpa bukti. Meski aku Pangeran Mahkota, aku masih belum mampu melakukan apa-apa..."

"... Aku pun lelah dengan segala intrik politik istana. Aku benci hidup dengan penuh permusuhan dan tuntutan. Aku lelah menjadi boneka orang lain. Dan akhirnya terpikirkan cara ini..."

"... Aku adalah pion terbesar mereka. Karena aku adalah Pangeran Mahkota yang kelak akan naik menjadi Kaisar. Lalu bagaimana mereka menjalankan rencana mereka bila pion terkuat mereka justru meninggal? Ibuku sudah jelas tidak berguna dimata mereka. Dan pada akhirnya, rencana mereka akan terblokir dengan ketiadaanku..."

"... Bila kamu atau adik kita yang lain naik tahta, mereka akan kesulitan menghasut karena kalian memiliki darah Wigon yang tak tamak akan duniawi. Dan aku pun akan lepas dari kehidupan memuakkan itu. Aku terlalu buntu dan berpikir bahwa ini caraku satu-satunya yang dapat ku pilih..."

"... Tapi sesungguhnya, niatku adalah bunuh diri sungguhan dan bukan berpura-pura. Namun sebuah keberuntungan karena aku diasingkan di Lioth dan tanpa sengaja bertemu dengan nona Qi. Tak diduga bahwa nona Qi memiliki cara yang lebih mencengangkan. Dan ini semua akhirnya terjadi."

Kini Baihee, Hongli, dan bahkan Bai Rong yang baru mendengar cerita itu pun, reflek menoleh pada sosok Qian Qu yang dengan tenang menyeruput teh.

"Lalu dimana selama Pangeran tinggal?" Kini Bai Rong reflek bertanya.

Berhubung Hongli dan Baihee memiliki pertanyaan serupa dibenak mereka. Mereka kini menatap Guang Shan kembali.

Guang Shan mengernyit aneh menatap Bai Rong. "Bukankah nona sudah berkunjung kemarin. Itulah tempatnya." Guang Shan tak menyangka bahwa Bai Rong sebodoh itu. Sedangkan Bai Rong terdiam sebentar sebelum akhirnya tersenyum kikuk.

Berbeda dengan Hongli dan Baihee yang menatap mereka datar.

"Hmm itu tidak menjawab kami." Protes Baihee dengan senyuman kesalnya.

Bila Guang Shan memaki kebodohan Bai Rong di benaknya. Maka Baihee juga menghujat Guang Shan di benaknya.

Sesama orang bodoh janganlah saling memaki meski itu dalam hatinya.

Kini Guang Shan yang tersenyum malu pada Baihee. Melupakan Hongli yang juga menatapnya datar.

"Ah kalau itu sebaiknya dijelaskan langsung oleh nona Qi. Rasanya beliau lebih berhak menceritakannya." Guang Shan dengan sopan menunjuk Qian Qu dengan telapak tangan utuhnya.

Cangkir teh Qian Qu diletakkan dan dengan senyuman anggunnya menatap Baihee dan Hongli diseberang tempat duduknya.

"Aku juga memiliki tempat berteduh bagi mereka yang 'terbuang'. Meski tidak sebesar dan seindah milikmu ini. Aku menamainya Wu Ming." Jawab Qian Qu.

Mata Baihee membulat. Wu Ming?

Baihee tampak familiar dengan nama Wu Ming. Hingga akhirnya dirinya menatap Qian Qu dengan rumit.

Bukankah Wu Ming ada di sejarah kehidupan aslinya?

Bukankah dunia ini berbeda dimensi?

Tubuh Baihee menegang. Bila ini adalah line kehidupan sejalan, bukankah Baihee merusak sejarah dengan membangun hal modern sejak saat ini?


To Be Continued

***

Hai~ maaf ya lama update. karena aku sibuk urus kesehatan fisik aku yang mulai turun dan gampang sakit. hehehe

Semoga kalian gak apus cerita ceritaku ya~

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang