Windy memberikan sebotol air minum pada Ica saat Ica duduk di sampingnya beristirahat.
Beberapa hari ini Ica sedang menyiapkan latihan untuk timnya yang akan segera bertanding beberapa minggu lagi.
"Lo ngga pulang?" Tanya Ica pada Windy.
"Ngga, gue nunggu lo dulu master."
"Hiihh ngapain lo nungguin gue? Gue masih lama ini latihannya."
"Yee ngga apa lah, lagian gue sekalian jaga-jaga kalau musuh lo berulah lagi tau!"
"Yah terserah lo." Ica kembali berlari ke lapangan untuk latihan lagi.
Sekitar satu jam menunggu, Ica menyelesaikan latihannya lalu berganti baju dan pulang bersama Windy. Sebelum pulang, keduanya mencari jajanan terlebih dahulu baru menuju ke rumah.
"Ada angin apa lo tiba-tiba mau menginap di sini?" Tanya Ica berjalan masuk ke rumahnya. Di jalan pulang tadi Windy baru mengatakan kalau dirinya ingin menginap.
"Habis orang tua gue lagi ada urusan ke luar negri master selama beberapa hari, mungkin lebih dari seminggu, suntuk kalau di rumah sendirian."
Windy anak tunggal, itulah mengapa dirinya senang menempel pada Ica, merasa memiliki seorang kakak.
"Kan ada asisten rumah tangga lo."
"Beda lah rasanya kalau sama master." Windy tersenyum sumringah, Ica mengalah dan mengizinkan Windy menginap.
Windy mengikuti Ica ke kamarnya dan menaruh tas bajunya yang ia bawa sejak berangkat sekolah tadi pagi. Ica memang ngga pernah masalah soal kehadiran Windy di dekatnya, ia justru senang memiliki sahabat seperti Windy namun Ica bukan tipe orang yang suka berkata terlalu manis dan Windy pun tau itu.
"Mau gue buatin minuman Master?"
Ica menggeleng, "lo bukan pembantu gue, jadi diem aja disitu."
Windy mengangguk patuh lalu membereskan bajunya untuk dipindahkan ke salah satu bagian di lemari Ica atas perintah Ica.
Ica mengganti baju seragamnya dengan baju rumah lalu berbaring di kasurnya sambil mengutak atik ponselnya.
"Bentar lagi ulang tahun sekolah, gue bingung mau buat event apa yah." Ica mendudukan dirinya di kasur masih menatap ponselnya.
"Wah kapan master?"
"Sebelum pertandingan gue."
Windy nampak berpikir sejenak, "nanti malam deh gue kasih usulan acara, udah ada nih di otak."
"Oke sip." Ica kembali berbaring.
"Ca-- eh ada lo juga Win? Nginep apa pindah rumah tuh bawa baju banyak banget." Ico tiba-tiba muncul di pintu kamar Ica.
"Beberapa hari ini gue nginep sini." Sahut Windy masih merapikan baju-bajunya.
"Kenapa lo?" Tanya Ica.
"Oh itu, Daffa sama Daffi bilang nanti malam mereka mau main ke sini, Om Adit mau berkunjung soalnya."
"Oke, laporan diterima, kembali ke tempat."
Ico menatap datar adik kembarnya, "lo pikir lagi upacara?" Menutup kembali pintu kamar Ica lalu balik ke kamarnya.
"Kenapa muka lo merah gitu?"
Windy langsung gelagapan seperti maling tertangkap basah. "Aahhh akang Daffa mau main ke sini!!"
Ica memutar bola matanya jengah, "kumat lagi."
.
."Oh anak buah lo ini mau menginap Ca?" Tanya Daffi duduk di samping Ica di kamar Ico.
"Iya diusir dari rumah dia, lumayan kata emaknya mengurangi jatah beras." Jawab Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance