Part 82 - Operasi Tengah Malam

3K 173 17
                                    

Ica mengambil ponselnya setelah keluar dari ruang rawat kakek yang dikenalnya lalu mencari tempat sepi dan menghubungi Thomas.

"Ya Agent Dove?"

"Terget sudah ditemukan, izin untuk ikut serta melakukan penangkapan."

"Ada apa Dove? Aku hanya memintamu untuk melaporkan, orang-orangku yang akan menangkapnya."

"Ada yang harus aku lakukan bigboss, jadi izinkan aku untuk ikut serta dalam operasi."

Hening sejenak selama beberapa detik, "segera ke markas sekarang juga."

"Siap!"

Ica menelpon Mamanya untuk mengabarkan bahwa dirinya sedang ada urusan jadi tidak bisa pulang bersama Mamanya. Kemudian Ica menjalankan mobil menuju markas.

"Baiklah aku mengerti," Thomas berdiri dari kursinya, "aku memberikanmu izin untuk ikut serta melakukan penangkapan."

Ica tersenyum lega lalu menundukan sedikit kepalanya, "terima kasih bigboss!"

"Sebelumnya aku ingin bertanya." Wajah Thomas kembali serius, "kenapa kamu bisa yakin bahwa mereka target kita?"

Ica tersenyum kecil dan mulai menjelaskan, "didata yang bigboss berikan mengatakan bahwa pelaku memiliki salah satu ciri-ciri kidal, dan tadi aku sengaja menjatuhkan benda yang menggelinding hingga ke kakinya, pria itu mencoba membantu mengambil dengan tangan kirinya, kemudian dikatakan bahwa pelaku sempat mendapat luka tembak di kaki, mungkin memang tidak terlihat karena celana pasien yang dipakai menutup sampai pergelangan kaki,

Namun ketika pria itu akan mengambil benda yang kujatuhkan, posisinya mengambil justru memberikan beban pada kedua kakinya, jika kakinya terluka pasti akan langsung bereaksi rasa sakitnya, dan benar saja aku sempat melihat ekspresi wajahnya yang menahan sakit. Dan hal lain yang membuat saya lebih yakin," Ica membuka lembaran berkas yang sengaja dibawanya lalu menunjukan foto target yang terpasang di sana,

"Dia memang pintar menyamar, namun tetap saja wajah mereka tidak jauh beda baik di foto ini maupun penyamarannya."

Thomas tersenyum mendengar penjelasan yang Ica berikan. "Jadi luka tembak di kakinya masih belum membaik."

"Aku menduganya seperti itu, mungkin luka itu tidak tersentuh pihak medis."

"Maksudmu?"

"Menurut data pasien yang aku baca, pria itu masuk ke rumah sakit sebagai pasien kecelakaan kendaraan bermotor, jadi menurutku dia memang benar-benar mengalami kecelakaan yang disengaja sehingga pihak medis yang menangani terfokus pada luka kecelakaan yang terlihat."

"Lalu kakinya? Apa mungkin pihak medis tidak memeriksa kakinya untuk memastikan tidak ada luka lain?"

Ica mengangguk, "pasti diperiksa, namun akan beda ceritanya jika luka itu berhasil disembunyikan."

"Lanjutkan penjelasanmu."

"Ini hanya berdasarkan pemikiran aku saja bigboss, jadi kemungkinan sebelum kecelakaan yang disengaja, luka tembak tersangka sempat di tangani oleh rekannya, namun sayangnya penanganan itu tidak seratus persen baik, terbukti sampai tadi tersangka masih merasakan sakitnya, lalu paginya mereka bersembunyi di rumah sakit dan menyamar sebagai pasien dengan kecelakaan yang disengaja, pihak medis mungkin memeriksa namun pasien yang saat itu masuk dalam keadaan sadar mengatakan bahwa itu adalah luka lain jauh sebelum kecelakaan."

"Jadi maksudmu--"

Ica kembali mengangguk, "entah bagaimana caranya, pasien atau mungkin rekannya yang mengantar bisa meyakinkan pihak medis untuk tidak menyentuh luka tembak itu."

My Dearest EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang