Windy berjalan sambil memegang dada kirinya dan merasakan jantungnya berdetak cukup cepat. Pikirannya terus memikirkan masternya yang sudah pergi sejak beberapa menit lalu.
"Gue berhasil menemukan salah satu terorisnya, lo cari pria dengan ciri-ciri yang gue sebutin, dia memakai seragam pegawai mal dan ada luka di bagian tengkuk dekat belakang telinganya, kalau lo perhatikan kelakuannya pasti lo juga bakal langsung tau."
"Lo, Lo kapan menemukan pelakunya master? Kenapa lo ngga bilang?"
Ica tersenyum kecil, "gue mau kita menemukan bom ini dulu baru pelakunya karena gue yakin pemicunya ada di tangan dia sekarang, kalau kita menangkapnya lebih dulu bisa jadi dia akan nekat meledakan bom ini."
"Jadi maksud lo master?"
"Gue bakal pergi membawa bom ini keluar kota, jauh dari penduduk, untuk berjaga jika lo ngga berhasil merebut pemicu dari pelaku."
Windy berusaha fokus meski ketakutannya lebih mendominasinya. Hatinya terus merapalkan doa agar tidak terjadi apapun pada masternya.
"Mereka ngga boleh tau?"
"Lo kabarin mereka setelah gue meninggalkan mal."
Windy memejamkan erat matanya lalu menyalakan alat komunikasinya.
"Agen Swan masuk, barang ditemukan."
"Katakan di mana lokasi." Suara Ken lebih dulu terdengar membuat Windy tidak tega mengatakan hal sebenarnya.
"Swan?!" Windy tersentak saat Daffa memanggilnya.
Windy menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya, "Barang dibawa Dove menjauhi lokasi, Dove meminta kita temukan target lebih dulu."
"Dove?! Maksudmu?!" Edward terdengar sangat cemas.
Windy akhirnya mengatakan seperti apa yang Ica katakan, terdengar beberapa helaan nafas berat yang Windy tebak salah satunya berasal dari Ken.
"Oke, calm down guys," sela Adam, "sekarang kita harus mencari target dan menyelamatkan Dove, meskipun berat tapi Dove sudah melakukan hal yang benar, sekarang tugas kita membawa Dove kembali."
"Ya aku juga setuju, Dove sudah melakukan tugasnya, kini giliran kita," imbuh Carter.
Windy tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya mencari target yang harus mereka tangkap.
...
Setelah memasukan bom ke dalam mobil, Ica menyalakan mesin mobil yang ia dapat kuncinya dari Windy. Daffa memang menitipkan kunci mobil yang dirinya bawa ke mal pada Windy.
Segera Ica menjalankan mobil tersebut meninggalkan pelataran mal.
Sepanjang jalan Ica harus rela mendapat beberapa klakson dan makian karena mengemudi dengan kecepatan tinggi namun Ica tidak peduli karena saat ini yang dibawanya bisa membunuh banyak nyawa.
Ica membawa bom yang ia temukan menjauhi pemukiman dan warga, meninggalkan kota. Yang pasti tempat di mana tidak ada penduduknya.
Ica hanya memiliki waktu dua jam sebelum bom ini meledak.
Sementara itu di mal, seluruh tim masih berusaha mencari satu diantara banyak pegawai di dalam mal yang memiliki ciri-ciri yang Ica katakan pada Windy.
"Bagaimana?" Tanya Daffa setelah berhasil bertemu Windy.
"Gue belum ketemu, master ngga ada bilang sama gue di mana dia ketemu pelakunya." Windy mengusap wajahnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Roman d'amour"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance