Ica mematut dirinya di depan cermin yang cukup besar di kamarnya. Mulai hari ini dirinya harus menyamar sebagai anak usia 14 tahun.
Semalam di ruang rapat,
"Kau akan menyamar sebagai sepupu jauh Dariel dan bersekolah di sekolah yang sama dengannya, nama samaranmu adalah Agatha Darrance."
"Oke aku mengerti."
Ica menyeret kopernya memasuki sebuah rumah yang sangat megah. Menaikan sedikit kaca mata perseginya yang sengaja ia pakai sebagai bagian dari penyamaran. Beberapa pelayan meminta untuk membawakan koper Ica namun ditolak.
"Selamat datang Agatha," sambut sang tuan rumah, Ashton Filmore, "senang bisa bertemu lagi denganmu!" Ashton sengaja bicara seperti itu meski tahu siapa Ica karena didekat mereka ada beberapa pelayan sedang bekerja.
"Senang bertemu lagi denganmu juga paman." Sahut Ica.
Ashton mengantar Ica ke kamar yang akan ditempatinya.
"Terima kasih sudah datang ke sini," ucap Ashton setelah menutup pintu kamar, "anakku sedang di kamarnya, beristirahat, aku akan memperkenalkan kalian nanti."
Ica mengangguk paham.
"Beristirahatlah sejenak, aku akan meminta pelayan membangunkanmu saat jam makan malam."
Ica kembali mengangguk, "terima kasih tuan Filmore."
Ashton tersenyum lalu meninggalkan Ica.
.
.Usai acara makan malam yang sangat hening, Ashton membawa Ica dan putranya ke ruang kerjanya.
Sebelum mengobrol, Ica sempat memeriksa terlebih dahulu ruang kerja Ashton untuk berjaga kalau Liam melewatkan sesuatu ketika berkunjung ke rumah ini beberapa hari lalu, namun sepertinya pria itu sudah mempersiapkan secara sempurna.
Ashton duduk di kursi kerjanya setelah Ica mengatakan ruangan ini aman.
"Dariel, Dad akan memperkenalkanmu pada gadis ini, kau bisa memanggilnya Agatha, dia yang akan menjagamu sampai pelaku yang mengincarmu tertangkap."
"Apa aku harus dikawal oleh seorang gadis Dad?" Protes Dariel.
"Agatha sangat bisa dipercaya, dia adalah agen yang Dad bayar untuk menjadi pengawalmu, dia akan bersekolah di sekolahmu dan jika ada yang bertanya katakan bahwa Agatha adalah sepupu jauhmu."
Dariel hendak kembali memprotes namun diurungkannya saat melihat wajah Dadnya yang sangat serius.
"Baiklah jika dia tidak mencampuri urusan pribadiku!"
"Aku tidak berhak ikut campur jika itu tidak berhubungan dengan tugasku." Sahut Ica dengan nada dingin.
"Whatever!" Dariel pergi meninggalkan ruang kerja Dadnya dengan wajah kesal.
"Dariel memang begitu, tapi percayalah dia anak yang baik, keadaannya terlalu menekannya sehingga ia menjadi sedikit kasar jika berbicara."
"Tidak apa tuan." Ica tersenyum kecil lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya.
Ica mengganti pakaiannya dengan piyama. Menatap ponsel ditangannya yang bukan miliknya. Liam memintanya untuk meninggalkan ponselnya di markas dan sebagai gantinya, Liam memberikan ponsel sementara agar mereka bisa saling berkomunikasi.
"Harus tahan ngga komunikasi sama yang lain." Gumam Ica tertunduk lesu. "Baiklah harus tidur sekarang, besok akan jadi hari yang panjang!"
Ica berbaring dan memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.
Pagi-pagi sekali Ica sudah bersiap lalu beranjak ke ruang makan, sudah ada Dariel dan Ashton di sana.
Hal yang paling Ica tak suka di rumah ini adalah saat di ruang makan. Meski ini baru kedua kalinya Ica makan bersama pasangan ayah anak ini, namun Ica sudah tidak merasa nyaman. Terlalu hening, tidak ada obrolan singkat sejenak untuk membunuh kecanggungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance