Liam terbangun dengan pusing di kepalanya. Tengkuknya terasa sakit. Liam mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Yang ia ingat adalah malam ketika dirinya dan Ica menemukan lokasi Dariel yang tidak jauh dari rumah teman Dariel, mereka menemukan Dariel bersandar di bawah pohon dalam kondisi tak sadarkan diri. Tidak ada orang lain selain Dariel di sana.
Namun baru saja dirinya akan melangkah lebih dekat, Liam merasa sebuah benda keras dipukulkan ke tengkuknya hingga dirinya jatuh tersungkur. Dalam keadaan mulai kehilangan kesadaran, Liam melihat Ica juga jatuh pingsan di dekatnya.
"Ica!" Kesadaran Liam sudah terkumpul. Liam berusaha bangun, dirinya masih berada di tempat yang sama dan hari sudah terang.
Terlihat Ica masih tak sadarkan diri tak jauh darinya.
Liam segera menghampiri Ica, "Ca, Ica, bangun Ca." Liam menopang punggung Ica dan menepuk pelan pipi Ica.
Beberapa detik mencoba membuat Ica sadar, akhirnya Ica membuka perlahan matanya. Ringisan terdengar dari bibirnya, Ica memegang kepalanya yang terasa pusing. Liam membantu Ica mendudukan dirinya.
Ica menatap sejenak Liam lalu melihat ke sekeliling. Tiba-tiba mata Ica membulat dan kembali menatap Liam.
"Dariel?!"
Liam memakaikan blazernya pada Ica lalu membantu Ica berdiri, "kita akan menemukannya."
Liam mengajak Ica kembali ke mobilnya, "aku akan mengajakmu ke rumahku lebih dulu, kita perlu mempersiapkan pencarian Dariel, tentang tuan Filmore, aku yang akan menanganinya nanti."
Ica menahan tangan Liam yang akan menggerakan stir, "aku juga akan membantu, ini misi kita maka aku juga bertanggung jawab."
Liam tersenyum tipis dan mengangguk sekilas lalu kembali menjalankan mobilnya.
Ica mengikuti Liam masuk ke dalam rumah Liam. "Kau mandi dulu, masih ada yang harus aku urus."
Ica mengangguk dan masuk ke kamar Liam yang Liam tunjukan. Sementara Ica mandi, Liam menyiapkan sarapan untuknya dan Ica.
Usai mandi, Ica bergabung dengan Liam di dapur. "Kau bisa masak?" Tanya Ica melihat Liam melepas apronnya dan membawa dua piring sarapan melewati Ica menuju meja bar miliknya.
"Lumayan," sahut Liam, "ini untukmu." Liam meletakan salah satu piring dihadapan Ica. Ica duduk di samping Liam dan menyendokan sesendok makanan ke mulutnya.
"Enak." Guman Ica namun masih terdengar oleh Liam. Liam tersenyum kecil dan menghabiskan sarapannya.
Setelah sarapan, Ica membereskan piring makan mereka, sedangkan Liam membersihkan dirinya.
Liam mengajak Ica ke ruangannya setelah mandi dan berganti pakaian. Liam duduk di hadapan laptopnya, dan Ica didekatnya.
Ica menyalakan tabletnya. "Sepertinya ponsel Dariel masih ada padanya."
"Itu hal yang bagus, kita bisa mencari keberadaannya." Liam menekan salah satu tombol di atas meja, di samping laptopnya, sehingga salah satu lemari buku di sudut ruangan bergeser.
Ica menatap takjub melihat lima mobil mahal terpajang dibalik lemari itu. Semuanya berwarna hitam.
"Itu semua mobilmu?"
Liam mengangguk sekilas, "mobil untuk menjalankan misi."
"Ayo." Liam mengajak Ica masuk ke salah satu mobilnya. "Kau yang akan menunjukan arah ke mana Dariel dibawa."
Ica mengangguk patuh.
Liam menekan salah satu tombol di remot yang ia simpan di saku kemejanya. Perlahan lantai dibawah mobil yang mereka naiki, turun, begitupula mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Enemy
Romance"Aku sudah sangat tidak menyukainya sejak kami masih memakai diapers!" -Angelica Wijaya- "Melihat wajah manisnya yang kesal karena ulahku, menjadi kesenangan sendiri untukku." -Kenneth Adhitama- -------------------------- Action - Romance